Chapter [30]

12.8K 1.2K 87
                                    

Adele - All i Ask

----⛔----

Jakarta, 2012

"Ini semua gara-gara lo."

Kalimat itu adalah kalimat yang terakhir Gadhra ucapkan untuk Via sampai saat ini. Empat hari setelah kejadian itu, kini Via dan Gadhra sedang menunggu Ghea di depan ruangan ICU bersama dengan orangtua mereka masing-masing.

Gadhra tidak mau duduk di sebelah Via, bahkan dia enggan melakukan kontak apapun dengan perempuan itu.

Tidak pernah seharipun Via beranjak dari rumah sakit. Perempuan itu bersikeras untuk menunggu Ghea meskipun saat ini seluruh tubuhnya sudah terasa sakit, karena tidur di kursi selama empat hari. Matanya yang masih bengkak saat ini membuat kedua orangtua Via memaksanya untuk istirahat di rumah, yang dibalas dengan gelengan oleh perempuan itu.

Kedua orangtua Gadhra berulang kali datang menghampiri Via, mengatakan kalau ini sudah takdir dari yang di atas, menyuruhnya untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka berdua juga terpukul luar biasa karena kejadian ini.

Entah sudah yang keberapa kalinya Via menangis di pelukan kedua orangtua Gadhra, mengucapkan kata maaf yang sebenarnya ia tahu maaf saja tidak cukup. But she really means it.

Saat ini, kedua bola mata Via melihat Gadhra yang sedang memijat-mijat pangkal hidungnya. Laki-laki itu paling jarang mengeluarkan suaranya semenjak empat hari yang lalu. Dia diam, dia tidak menangis, namun tatapannya kosong.

Via berjalan menghampiri Gadhra yang duduk di salah satu kursi rumah sakit. Tangannya bergerak menggenggam tangan Gadhra, yang langsung dihempaskan oleh laki-laki itu.

Via diam. Dia sudah mulai terbiasa diperlakukan seperti itu oleh Gadhra selama beberapa hari ini. Gadhra memalingkan pandangannya, tidak mau melihat Via dan tidak mau berada di dekat perempuan itu.

Selang beberapa detik kemudian, Gadhra berdiri meninggalkan Via yang kembali terisak di dalam kedua telapak tangannya.

****

Kabar yang baru saja disampaikan oleh dokter membuat semua orang yang berada di ruangan itu tidak dapat menahan tangisnya. Luka parah di kepalanya membuat Ghea tidak bisa bertahan hanya dengan alat medis yang terpasang di tubuhnya. Ghea sudah bahagia di tempat lain.

Saat itu juga seluruh tubuh Via bagaikan tersambar petir yang begitu hebat. Suara tangisan yang memenuhi ruangan itu membuat dia benar-benar tidak tahan. Via mencoba melangkahkan kakinya menuju kursi terdekat, berusaha mencerna apa yang baru saja masuk ke pendengarannya.

Kedua orangtua Via berjalan menghampiri anaknya, berusaha memberikan ketenangan kepada anaknya yang kini sudah menangis kencang di dalam pelukan mereka.

Gadhra bergerak memeluk Ibunya yang terisak, akhirnya air mata yang selama ini ditahannya mengalir di pipinya. Diciumnya puncak kepala Ibunya yang sedang memeluk Ghea di atas tempat tidur rumah sakit, sebelum ia berjalan ke luar ruangan ICU dan membiarkan Ayahnya memeluk Ibunya.

Gadhra mengusap rambutnya. Disandarkannya tubuhnya ke dinding lorong rumah sakit yang sepi. Tangannya bergerak memijat-mijat keningnya, berusaha mengurangi sakit di kepalanya yang terasa berdenyut kencang saat itu, sebelum pada akhirnya ia menangis.

T R A P P E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang