Bag 8

200 7 0
                                    

Sesampainya aku di rumah dengan raut wajah yang sangat kusut Ayah dan Ibu sempat heran mungkin karena tadi aku berpamitan untuk bertemu Kakak tapi aku pulang dengan kondisi kesal.

"Alfa sini nak" Saut ibuku.

Aku pun menghampiri Ayah dan Ibuku yang sedang menonton tv.
Ayah yang paling pertama ku tatap karena tatapan Ayah seperti menyimpan banyak pertanyaan yang akan dilontarkan nantinya kepadaku.

"Kamu tadi pamit untuk bertemu Iyan, tapi kenapa kamu pulang dalam keadaan kesal seperti ini ? Ada apa denganmu nak?" Tanya Ibuku dengan berharap aku segera menjawabnya.
"Iya bu, tapi sudah setengah jam lebih menunggu Kakak dia tidak juga datang. Aku mencoba untuk menghubungi dia tapi tidak ada jawaban atau pun balasan, setidaknya dia mengabariku dia akan telat datang. Aku sudah terlanjur kesal akhirnya aku memilih untuk pulang, saat aku ingin pulang tadi baru Kakak datang bersama kekasihnya itu" Jawabku dengan antusias kesal yang tak bisa ku tahan.
"Kekasih? Apakah tadi maksud Iyan ingin mengenalkanmu dengan Kekasihnya?" Tanya Ayah dengan heran.

Aku hanya menggangguk pelan dan langsung beranjak pergi ke kamar karena aku malas untuk membahas soal ini.
Maaf Ayah, Ibu jika aku tidak sopan meniggalkan kalian dalam kondisi masih mengajakku mengobrol. Tapi sungguh aku benar benar sedang tidak berselera untuk membahas soal kejadian tadi di Cafe.

Saat aku masuk ke kamar ternyata sudah ada Nabila dikamarku dengan membuka buka buku Diaryku.

"Nabila!!" Seru kesalku kepada sikap tidak sopan Nabila.
"Kembalikan Diaryku, cepat!" Aku semakin tidak senang dengan tingkah Nabila sekarang dia sudah terlalu sering membuatku kesal, sekarang dalam suasana hati yang tidak memungkinkan seperti ini dia masih juga membuatku kesal.
"Katakan padaku tuhan.. apakah benar aku cemburu karena Ka Iyan sekarang memiliki seorang tambatan hati. Berlebihan!" Ejek Nabila yang jelas sudah menghafal kalimat yang ku tulis di Diary ku.

"Nabila sudah cukup! Aku sudah muak dengan semua ini, kamu selalu mengejekku tentang Kakakku. Selama berbulan bulan ini aku selalu bersabar, tapi kali ini aku tidak bisa menahan kesabaranku lagi! Letakkan kembali Diary disitu dan cepat keluar dari kamarku, dasar penguntit!!" Ucapku dengan nada membentak Nabila namun sepertinya tidak mempan.
"Cepat keluar dari kamarku! Tidak jelaskah aku bicara tadi, tinggalkan kamarku sekarang! Aku sudah muak denganmu jangan tunjukkan lagi wajahmu didepanku aku tidak ingin bertemu denganmu!"

"Mba.. kamu kenapa? Tidak biasanya kamu semarah ini kepadaku, oh aku tau kamu pasti cemburu kan melihat kedekatan Kakakmu itu dengan gadis itu. Makanya kamu tiba tiba marah seperti ini"
Dalam kondisi seperti ini Nabila masih saja bisa menjawab bentakanku tadi, ah sudahlah! Jika aku masih meladeni dia yang ada aku semakin kesal.
Tanpa ku biacarakan lagi akhirnya Nabila pun meninggalkan kamarku dan membanting pintu kamarku untuk yang sekian kalinya.

Setelah Nabila keluar aku pun menatap buku Diary ku lagi, buku ini baru ku beli saat seminggu kenal dengan Ka Iyan.
Dan sudah terisi hampir setengah bukunya, aku merasa heran sekarang. Ka Iyan ini sebenarnya Kakakku atau kekasih ku, mungkin benar tanggapan semua teman temanku selama ini. Kalau aku terlalu berlebihan menanggapi Kakakku, tapi apa aku salah kalau aku merasa bahwa sangat senang memiliki seorang Kakak.
Dan apakah benar apa kata Nabila, kalau aku cemburu dengan Kekasih Kakakku itu? Semoga tidak ya tuhan..

____________________________________________________________________________

Satu tahun sudah aku menjadi adik Ka Iyan dan 5 bulan sudah Aggeris dekat dengan Kakakku. Hari hari kami lewati bertiga, jalan jalan, makan, nonton, apa pun itu Ka Iyan tidak pernah ketinggalan untuk mengajak Aggeris bahkan aku merasa bahwa sepertinya Ka Iyan lebih memberi perhatiannya lebih kepada Aggeris dibanding aku. Aku sering sekali merasa diabaikan oleh Ka Iyan kalau sedang bicara, aku ingat sekali dulu Ka Iyan pernah mengatakan sesuatu kepadaku
'Mau bagaimana pun wanita diluar sana, Kakak tetap pilih kamu. Karena kamu yang utama dalam hati Kakak'
Selain itu Ka Iyan juga pernah bilang
'Kakak lebih baik kehilangan Aggeris dibandingkan harus jauh dari kamu'
Kata kata itu masih terngiang ditelingaku sampai saat ini, Ka Iyan sudah berubah tidak seperti Ka Iyan yang ku kenal dulu. Dia melupakan janjinya dulu kepada ku biasanya jika ada apa apa atau mau pergi kemana pun Ka Iyan selalu mengajakku, tapi sekarang dia selalu dengan Aggeris. Aku merasa bahwa aku tidak dibutuhkan, tapi aku pun tidak bisa mengelak bahwa Aggeris juga sangat baik kepadaku. Dia juga sudah menganggapku seperti adik kadang aku pun suka curhat dengan Aggeris, dia pun sudah aku anggap seperti Kakakku sendiri.

"Ka, boleh aku menanyakan sesuatu?" Tanyaku kepada Ka Iyan yang sibuk dengan ponselnya
"Apa?"
"Jika disuruh memilih Kakak akan lebih memilih siapa? Aku atau Ka Aggeris yang saat ini mulai kakak sayang juga?". Pertanyaanku berhasil membuat Ka Iyan berhenti dengan kesibukannya dengan ponsel tadi.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya heran Ka Iyan.
"Jawab saja ka"
"Hmmm Kakak akan memilih.. Kakak bingung de"

Ya tuhan sungguh jawaban seperti ini benar benar menyayat hatiku, karena biasanya Ka Iyan selalu menjawab dengan Lantang bahwa dia akan memilihku. Tapi kali ini dia menjawab 'Bingung'

"Bingung? Kenapa?" Tanyaku heran.
"Kakak tidak bisa memilih salah satu dari kalian, Kakak takut kehilangan kamu dan Kakak juga tidak mau jauh dari Aggeris"
Sukses! Pernyataan yang sukses membuat hatiku begitu sakit, Kakakku mulai tidak komitmen dengan Janjinya
Tuhan haruskah aku mengalah demi kebahagiaan mereka berdua, aku serasa tidak dipedulikan lagi oleh Kakakku sendiri.
Ingin menjerit sambil menangis sekarang rasanya.

"Kenapa Kakak bingung? Kakak bilang aku yang utama dihati Kakak tapi kenapa Kakak menjawab seperti itu? Apakah aku sudah tidak penting lagi untuk Kakak? Apakah Kakak sudah bosan denganku karena selama ini aku selalu saja membuat Kakak kesal dengan amarahku yang tidak jelas! Apakah Kakak sudah lelah dengan sikapku yang seperti anak kecil dan pencemburu? Kakak tau kan aku mendambakan seorang Kakak laki laki yang bisa melidungiku, menjagaku, memanjakanku dengan kasih sayang dia. Tapi Kakak membagi dua itu semua dengan Aggeris wanita yang Kakak cinta saat ini! Katakan padaku ka? Masih pentingkah aku untuk Kakak? Jawab ka!" Ucapku dengan berderai air mata dihadapan Ka Iyan.
"Maksud kamu apa? Kamu mau Kakak seperti itu yang tidak memerdulikanmu lagi dan meninggalkanmu. Bukankah Kakak melakukan hal yang sama kepada kamu dan Agis? Apa kamu masih kurang dengan perhatian yang Kakak kasih, jika iya. Pergilah cari Kakak laki laki yang bisa sepenuhnya membuatmu bahagia!"
Ya tuhan.. dia bukan Ka Iyan, siapa dia tuhan. Aku tidak mengenal dia Ka Iyan tidak pernah membentakku seperti ini Ka Iyan tidak pernah melontarkan pernyataan seperti ini tuhan. Jika ini mimpi bangunkan aku dari mimpi ini ya tuhan ini sungguh menyakitkan pernyataannya sukses membuatku semakin deras menangis.
"Kaa.. apakah Kakak sadar saat bicara tadi? Ada apa dengan Kakak kenapa Kakak berubah tidak biasanya Kakak melontarkan perkataan seperti itu? Sakit hati ini ka, tidak ku sangka bisa setega ini Kakak denganku" Kataku dengan rasa sakit di dada yang ku rasakan.
"De jika memang Kakak bukan yang terbaik untuk kamu dan jika kamu merasa bahwa Kakak membagi rasa peduli Kakak ke kamu lebih baik kamu cari Kakak yang bisa membuatmu bahagia, karena Kakak tidak bisa bertahan denganmu jika hadirnya Aggeris membuatmu merasa tergeser" Jelas Ka Iyan kepadaku dan sukses membuat air mataku berjatuh begitu deras.

Aku pun memilih untuk pergi meninggalkan rumah Ka Iyan dan pulang sendiri, kondisi malam sepi karena waktu sudah menunjukan pukul 22.00
Aku memberanikan diri untuk pulang sendiri karena jika aku pulang dengan Ka Iyan aku takut Ka Iyan akan bicara dengan Kata kata yang menyakitkan hatiku lagi.

Surat Kecil Untuk KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang