Bag 9

176 7 0
                                    

Ditengah malam yang sepi angkutan umum pun sudah tidak ada yang lewat aku salah memutuskan untuk pulang sendirian sebenarnya aku takut dalam kondisi seperti ini, tapi jika aku pulang dengan Ka Iyan yang ada aku semakin sakit karena tak kuasa memandang wajahnya nanti.
Akhirnya aku pun pulang kerumah dengan berjalan kaki memang sangat horor tapi apa boleh buat tidak ada jalan lain aku harus segera pulang.
Ini sudah hampir sampai rumahku tapi tidak ada tanda tanda Ka Iyan menyusul ku aku fikir Ka Iyan akan menyusulku karena tidak tega membiarkan ku pulang sendiri, ternyata benar aku sudah tidak penting untuknya. Aku bukanlah Adik yang dia sayang lagi seperti biasanya aku tidak diperdulikan lagi oleh Ka Iyan.
Saat setengah jalan dekat rumahku tiba tiba datang 2 pria mabuk menggangguku, mereka terus saja menggodaku namun aku tidak memperdulikannya aku terus berjalan sama sekali tidak terpengaruh dengan omongannya.

"Eiittsss.. mau kemana sayang? Kemarilah temani aku malam ini" Saut salah seorang pria mabuk itu.
"Lepaskan! Jangan kurang ajar ya dengan wanita" berontakku kepada mereka.
"Oh ayolah cantik puaskan hasratku malam ini"
"Tidak! Tolooong....toloooong!" Aku berteriak dan berharap akan ada yang menolongku. Namun bala bantuan sama sekali tidak menunjukkan sinyalnya, tidak ada satu orang pun yang mendengar teriakanku.
"Teriaklah sekencang mungkin, tidak akan ada yang bisa mendengar mu" ucap kedua pria mabuk itu dengan tertawa getir.

Tuhan aku mohon selamatkan aku dari mereka tuhan, kenapa tidak ada yang mendengar teriakanku. Apa aku kurang keras berteriak hingga tidak ada seorang pun yang menolongku.

"Toloooong!! Toloooong!!"

Berhasil! Tiba tiba ada seseorang yang datang dan langsung menghajar habis kedua pria mabuk itu, aku seperti kenal dengan pria ini. Dia bukan Ka Iyan, Denny? Ya itu Denny, bagaimana Denny bisa tau jika aku ada diluar jam segini. Dan kenapa dia bisa ada disini, aku tidak peduli yang penting aku tidak kenapa kenapa.
"Denny awas!"
Untunglah Denny begitu gesit dalam berkelahi, akhirnya kedua pria mabuk itu pergi dengar berlari kocar kacir ketakutan. Terimakasih tuhan engkau telah menyelamatkanku.

"Kamu tidak apa apa kan?" Tanya Denny kepadaku.
"Tidak, kamu sendiri?"
"Aku baik baik saja, kamu kenapa malam malam begini lewat jalan sesepi ini. Bahaya untuk kamu jika aku tadi tidak datang tepat waktu bagaimana?"
"Umm aku tadi habis pulang dari rumah Kakakku Den, tapi aku memilih pulang untuk jalan kaki. Aku tidak tau jika akan seperti ini karena biasanya tidak pernah"
"Jangan lihat biasanya, bahaya bisa datang kapanpun"
Aku hanya mengangguk sambil sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada Denny, selama 4 bulan belakangan ini aku memang sering dekat dengan Denny. Bahkan aku sedikit merasa nyaman dengan dia namun aku masih takut untuk membuka hati lagi jadi aku dan Denny memutuskan untuk bersahabat saja, Denny pun membawaku kedalam pelukannya. Entah mengapa ini begitu nyaman tidak pernah lagi aku rasakan pelukan sehangat ini, Ka Iyan terakhir memelukku sekitar 3 bulan yang lalu. Ya tuhan jangan dulu kau buat aku jatuh cinta dengan Denny, aku masih takut untuk membuka hati lagi.
"Aku sayang kamu Al" Ucap Denny yang masih mendekapku dalam pelukannya.
Aku tidak bisa berkata apa pun, sejujurnya aku juga sayang kepada Denny tapi aku jauh lebih sayang kepada Ka Iyan. Aku hanya menganggap Denny adalah sahabatku bukan kekasihku, aku takut jika nanti aku membuatnya sakit hati.
Tiba tiba ada kedatangan seorang pria yang langsung menghajar Denny, aku terkejut karena posisinya tadi kami masih berpelukan. Aku kenal dia, Ka Iyan? Dia Ka Iyan ada apa tiba tiba memukul Denny

"Kakak cukup!" Teriakku kepada Ka Iyan namun Ka Iyan masih saja memukuli Denny
"Ka.. sudah. Dengarkan aku sud.." Tanpa sengaja Ka Iyan menghajar wajahku, ini sungguh sakit. Apakah ada memar diwajahku? Ini salahku karena melindungi Denny. Tapi aku tidak bisa jika Denny terus dipukuli oleh Ka Iyan tanpa alasan yang jelas.
"Alfa..Alfa kamu tidak apa apa"
"Kamu lihat Iyan? Kamu lihat? Ini karena perlakuan mu, adikmu sendiri kamu hajar" Bentak Denny yang tidak terima dengan perlakuan Ka Iyan.
"De.. maafin Kakak de. Kakak gak bermaksud buat mukul kamu, Kakak cuma tidak senang kamu pelukan sama dia! Lagian kamu ngapain malam malam seperti dijalan sepi pula peluk pelukan dengan dia, apa kamu tidak waras. Bagaimana jika banyak orang yang melihat?"
Bentak Ka Iyan kepadaku
"Kamu yang tidak waras, harusnya kamu tidak membiarkan adikmu pulang sendirian malam malam seperti ini. Kamu tau jika aku telat datang 1 menit saja adikmu pasti akan habis diterkam oleh 2 pria mabuk tadi. Jadi ini yang dinamakan Kakak? Kamu bilang kamu akan melindungi adikmu tapi lihat saat seperti ini saja kamu telat 20 menit untuk menyelamatkan dia?" Jelas Denny kepada Kakakku.
"Oke baiklah, jika kamu sudah tidak menganggap aku ini Kakakmu lagi yasudah! Mulai detik ini aku bukan lagi Kakakmu, jangan cari aku, jangan hubungi aku, jangan datang kerumahku, dan jangan menampakkan wajahmu dihadapanku lagi" Ucap Kakakku dan langsung pergi meninggalkan ku dan Denny.
Ya tuhan ini benar benar membuatku sakit hati aku tidak percaya Kakakku bisa berkata seperti itu, aku sangat kecewa dengan perkataannya tadi. Menangis, hanya itu yang bisaku lakukan.

"Sudahlah Al, biarkan saja dia pergi. Itu artinya dia sudah tidak sayang denganmu, mari aku antar kamu pulang"
"Aku bisa pulang sendiri!" Seruku dan langsung berlari meninggalkan Denny sendiri

Aku tidak menyangka bahwa Ka Iyan bisa setega itu mengatakan hal itu kepadaku, dia benar benar meninggalkan ku dan lebih memilih wanita itu dari pada aku (adiknya). Ya tuhan kembalikan dia kepadaku aku tidak sanggup jika berada jauh darinya, aku menyayangi dia Tuhan. Dia sudah seperti Kakak kandung ku sendiri, kenapa engkau memberi kebahagiaan itu hanya sebentar Tuhan. Hanya satu tahun kau izinkan aku merasakan memiliki Kakak, aku benar benar tidak bisa menerima keputusan Ka Iyan.
Apa yang akan ku katakan kepada Ayah dan Ibuku nanti jika melihat aku pulang dalam kondisi wajah memar dan menangis seperti ini. Aku pun sudah sampai dirumah dan mengetuk pintu rumah dengan keras. Akhirnya Ibuku membukakan pintu untukku, saat Ibuku baru membukakan pintu aku langsung memeluk Ibuku dan menangis meraung dipelukan Ibuku.

"Alfa kamu kenapa sayang, ayo masuk" Ucap Ibuku sambil masih memelukku.

Aku pun masuk kedalam dan masih didekap oleh Ibuku, aku masih sedikit ragu untuk menceritakan ini semua.

"Nak, ada apa? Wajahmu kenapa memar seperti ini, siapa yang memukulmu? Katakan pada Ibu, Iyan? Apakah Iyan yang memukulmu" Tanya Ibu kepadaku.
Aku tidak bisa berkata banyak aku hanya mengangguk karena memang benar Ka Iyan yang memukulku.
"Ya tuhan tega sekali, Ibu saja tidak pernah memukulmu seperti ini. Jelaskan pada Ibu ada apa sebenarnya"
"Ka..ka.. Ka Iyan meninggalkanku bu, dia sudah tidak menganggap aku Adiknya lagi. Dan luka ini, sebenarnya dia tidak sengaja memukulku"
Aku pun menjelaskan semuanya kepada Ibu, semakin lama deraian air mataku semakin deras. Aku tidak bisa menahan perihnya sakit hati ini Ibuku pun tidak menyangka jika Ka Iyan melepaskan tanggung jawab yang diberikan oleh Ayah.
Dadaku kembali terasa sangat sakit, nyeri benar benar nyeri saat ini dadaku. Baru kali ini , ini adalah sakit dada terdahsyat yang aku rasakan aku tidak kuat untuk menahannya.
Kaki ku semakin lemas untuk menahan berat badanku tak lama aku pun terjatuh. Kepalaku sangat berat aku benar benar tidak tahan dengan rasa sakit ini, tidak lama badanku terjatuh dan semuanya berubah menjadi gelap aku tidak bisa melihat apa pun selain mendengar teriakan ibuku tidak lama aku pun tidak bisa mendengar apa pun. Aku tidak sadarkan diri.

Surat Kecil Untuk KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang