rythm

977 179 37
                                    

"Ini benar-benar gila."

Itu Se Hun yang berbicara dengan nafas terengah dan pelipis penuh keringat seperti habis mandi begitu sampai di atap rumah sakit yang sepi. Lelaki itu mengoceh sejak acara-mari-melarikan-diri mereka berjalan mulus tanpa hambatan berarti, kecuali hambatan yang akan mereka hadapi ketika Komisaris melaporkan aksi tiga orang ini ke komite disipliner rumah sakit. Dan hal itu adalah yang paling membebani Se Hun.

Masalahnya, mereka bertiga terlibat perkelahian konyol hanya karena mempermasalahkan permainan batu-kertas-gunting yang dimainkan Chan Yeol dan Se Hun di hadapan para pasien. Jong In yang menjadi wasit berteriak heboh saat Chan Yeol berkali-kali menang atas Se Hun. Jangan tanyakan kenapa Jong In bisa berada di rumah sakit hari ini, dia baru saja di drop out dari perusahaan majalah tempatnya bekerja. Dengan kata lain, Kim Jong In itu pengangguran.

Chan Yeol dan Jong In hanya menatap malas ke arah Se Hun yang sudah sepeti ibu-ibu penjual ikan di pasar--berisik. Dua orang itu merebahkan diri di atas meja panjang dan lebar yang disediakan di atap rumah sakit (entah untuk apa), sementara Se Hun hanya berdiri dihadapan dua orang gila itu dengan raut muka yang paling mengenaskan yang pernah dilihat Jong In sepanjang hidup lelaki itu.

Setelah dipergoki membuat keributan di rumah sakit oleh ayah Chan Yeol, mereka berlari ke atap rumah sakit dengan Se Hun yang memimpin paling depan, jangan salah, dokter itu adalah pelari hebat dimata Chan Yeol dan Jong In.

"Kalian benar-benar tidak waras!" Se Hun kembali mengumpat sambil mendelik kepada Jong In dan Chan Yeol yang kini mulai memejamkan mata mereka dengan lengan sebagai sandaran untuk kepala.

"Tidak perlu khawatir," kata Jong In, "paman Park tidak akan membunuhmu, kau 'kan kompeten. Betul, tidak?" Sambil menyikut pinggang Chan Yeol, lalu mereka melakukan high five bersama.

Se Hun mendengus keras, "aku tidak mau ada catatan hitam selama aku bekerja disini, dan kalian--" baru saja membuat masalah yang melibatkan diriku. Se Hun melanjutkan dalam hati. Ia menarik nafas kesal lalu memukul kepala Chan Yeol dan Jong In dengan tangannya.

Aneh sekali, sebenarnya Se Hun yang mengajak Chan Yeol untuk memulai permainan itu dengan alasan balas dendam. Mungkin jika dia menang hari ini, dia tidak akan mentraktir Chan Yeol makan siang nanti. Tapi yang terjadi adalah kebalikannya dan kini lelaki itu malah menyalahkan Chan Yeol dan Jong In atas kejadian tadi.

"Aku sih tidak perlu khawatir karena aku tidak bekerja disini, dan itu tidak akan membuat kerugian untukku. Hanya saja, Paman Park sering mengancamku di beberapa situasi, itu menyebalkan. Tapi, itu bukan masalah." Jong In bangun dari rebahannya sambil menggaruk rambutnya asal-asalan.

"Aku juga tidak masalah," Chan Yeol menimpali, "aku sudah terlalu sering membuat masalah dengan paman Park-nya Jong In. Jadi, tidak akan aneh lagi jika aku disuruh bertugas di UGD selama satu bulan sebagai hukuman." Lelaki itu mengucapkannya dengan bangga, seolah hal itu adalah peristiwa yang patut diberi penghargaan.

Se Hun memandang keduanya datar.

"Ngomong-ngomong," Jong In berdiri dihadapan Se Hun dengan senyum lebar, "aku Kim Jong In kepala Reporter dari majalah terkenal di Seoul, The Most." Ia mengulurkan tangannya.

"Bukannya kau dipecat?"

Jong In melotot ke arah Chan Yeol.

Se Hun memandang Jong In  dengan alis terangkat, lalu beralih pada tangan lelaki itu yang terjulur ke arahnya--minta disambut. "Aku tidak suka bersalaman."

Senyuman di wajah Jong In luntur seketika digantikan dengan ekspresi kesal bercampur kemarahan yang ditahan. Ia menepukkan kedua tangannya dengan gaya angkuh yang dibuat-buat.

My (False) Destiny (Chanyeol FF) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang