sorry

26 6 0
                                    

Hy readers akhirnya bisa update lagi

Maaf ya update nya lama ada sedikit masalah sama nih hp

Happy reading

Dion pov
Ku melangkah gontai sambil menaiki tangga, langkahku terhenti saat ku mendengar derap langkah seseorang memasuki rumah.

Suara derap langkah yang sudah ku kenali siapa lagi kalau bukan papahku.

"Dion, baru pulang?" Tanya nya
Aku hanya menjawab nya dengan deheman dan melanjutkan langkahku
"Papah mau bicara, hanya sebentar saja" ucapnya lembut
"Aku capek, lain kali aja"

"Hanya sebentar, ini tentang gadis yang bernama airen"
Refleks Aku langsung menatap papahku saat nama itu disebut

"Papah hanya mau bilang, dia gadis yang sopan dan baik. Dia mirip dengan adikmu, papah tau kamu juga berfikir seperti itu. Papah juga tau kalo kamu punya masalah dengan nya, jangan pernah anggap dia adikmu, karna dia memang bukan disty. Airen hadir bukan untuk menggantikan posisi disty dan satu hal yang harus kamu ingat disty gak akan pernah tergantikan" papah terlihat menghela nafas sebelum melanjutkan perkataan nya "selesaikan masalah mu, papah percaya kamu bisa menyelesaikn masalah ini dengan baik, sekarang kamu boleh istirahat dan besok temui Airen, dia di Bandung. Papah akan kasih kamu alamatnya" ucapnya sambil melangkah meninggalkan ku yang masih terdiam.

Aku menatap punggungnya yang mulai menjauh, kenapa papah tau semuanya

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Author pov
Matahari mulai menyapa, beriringan dengan Dion yang memacu motornya menembus jalanan Ibu kota lagi ini

Tujuannya hanya satu menemukan airen dan Meminta maaf pada gadis itu.

Dengan berbekal alamatnya yang diberikan papahnya, dia melanjutkan motornya menuju kota Bandung, tak peduli dengan kemacetan yang dia lewati

Semua perkataan airen dan papahnya terus berputar seperti film di otaknya,

Membuatnya makin melajukan motornya agar cepat sampai dan menyelesaikan semua kesalahpahaman ini

Dion pov
Aku sampai di depan rumah dengan halaman yang asri, ku kumpulkan keberanianku untuk mengetuk pintu dengan ukiran khas jawa

Ku benarkan letak tas ranselku dengan hati- hati agar sesuatu yang ku siapkan untuk permintaan maafku tidak rusak

Beberapa detik kemudian,

Terlihat seorang wanita seusia ayahku membuka kan pintu dengan senyum ramah terukir di wajah nya, yang merupakan Ibu airen hal itu terlihat dari senyum yang sama dengan senyum yang dimiliki airen

Seperti sudah tau niat kedatanganku, beliau menyuruhku masuk

Ku edarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah, sampai ku temukan sosok yang ku cari

Dia sedang duduk sambil sibuk menatap televisi, matanya terlihat sembab dan hidungnya merah, tanda dia menangis semalaman

"Airen, tuh ada temennya" ucap Ibu airen

"Siapa?" Ucapnya sambil menoleh

Pandangan kami bertemu, selama beberapa detik kami hanya terdiam sampai suara airen memecah keheningan

"Ngapain ke sini?, Mau minta penjelasan lagi?, Belum puas penjelasan Aku kemarin?"Ucapnya kesal

"Airen, ayah gak pernah ngajarin kamu bersikap kayak gitu" ucap seorang pria, yang merupakan ayahnya lalu menyuruhku duduk

"Selesaikan masalah kalian dengan baik-baik dan kamu airen jangan pernah menghindar lagi"ucapnya tegas

Airen hanya menghela nafas dan mulai bicara
"Mau ngapain kamu kesini?" ucapnya dingin

"Aku mau minta maaf" jawab ku singkat

Dia menatapku tidak percaya selama beberapa detik sampai Aku melanjutkan ucapanku.

"Aku serius, mungkin konyol bagimu tapi Aku serius untuk minta maaf"

Dia hanya diam dan menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan

"Airen, ini es krim mu. Mau di taruh di kulkas apa langsung kamu makan?"
Ucap seseorang dari arah pintu depan, dia mengucapkan itu sambil sibuk dengan barang bawaannya

"Eh ada tamu, temennya airen ya?" Tanya nya ramah sambil duduk di samping airen

"Es krim nya taruh di kulkas aja dulu, Aku masih mau bicara sama temen ku" ucap airen sebelum menjawab pertanyaan kakak nya

Seperti mengerti masalah kita, orang yang dipanggil Aren dengan sebutan kakak itu langsung meninggalkan kami berdua

"Maaf buat yang kemarin, aku kira kamu cerita ke temenmu tentang keluargaku" ucapku sambil menatapnya

"Dan maaf soal kalung itu, ini aku kembalikan kalungmu. Aku cuma bohongin kamu soal kalung itu buat ngasih pelajaran ke kamu, aku gak tau kalo kamu bakalan nangis kayak gini karna kalung itu" lanjutku sambil menyerahkan kalung berliontin bulan itu ke Airen

Airen hanya terpaku, mata nya memerah saat melihat kalungnya

"Kamu tau, kalung ini berharga buat aku dan satu lagi yang harus kamu tau aku gak pernah cerita soal pertemuan yang gak sengaja dengan papah mu itu kepada siapapun" ujarnya dingin

"Aku tau, sekali lagi maaf soal yang kemarin. Ini sebagai permintaan maafku" ucapku sambil memberinya bunga

Entah kenapa saat perjalanan tadi aku memikirkan apa yang harus aku berikan sebagai permintaan maaf dan pilihanku jatuh pada bunga mawar merah,

mungkin kalian akan menganggapku konyol karna bunga mawar merah adalah bunga yang biasanya di gunakan untuk menyatakan cinta

Tapi entah kenapa aku malah memilih bunga itu sebagai permintaan maafku

Setelah menyerahkan bunga itu aku langsung pamit kepada ibu dan ayah nya Airen ada rasa yang aneh saat aku menyalami tangan ibunya

Mungkin karna setahun terakhir aku tak pernah merasakan mencium tangan seorang ibu

Mereka mengantarku sampai depan, sedangkan Airen dia langsung masuk ke kamar dekat ruang tamu setelah aku pamit pulang

Tentang ekspresinya saat aku memberi bunga, wajahnya terlihat memerah dan tertegun beberapa sambil menatap bunga mawar itu dengan tatapan tak percaya

Ku lajukan motorku dengan kecepatan sedang, sesekali aku tersenyum mengingat bagaimana ekspresi gadis ceroboh itu saat menerima bunga dari ku

Aku rasa aku mulai menyukainya


PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang