Hate You (1)

46 11 0
                                    

Author pov
Angin berhembus lembut menerpa wajah seorang gadis yang tengah duduk di gazebo.

Matanya terpejam menikmati hembusan angin dan sinar matahari yang muncul di cela-cela ranting pohon.

Senyum terlukis manis di wajah cantiknya, gadis itu Airen sudah hampir setengah jam dia duduk di gazebo menunggu vira, juan dan dion.

Seperti yang di rencanakan kemarin hari ini mereka akan mencari materi untuk presentasi.

Beberapa kali dia menghela nafas bosan, orang yang dia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Dia pun membuka hp dan mengetik pesan line

Ai_iren : vir, kmu dmna sih?

Ai_iren :bosen nunggu kamu dri tadi. Cepetan

Setelah mengirim line, airen pun kembali menutup matanya menikmati hembusan angin dan matahari yang menyinari wajahnya

Dion berdiri di samping airen sambil memperhatikan wajah cantik gadis itu, entah kenapa saat melihatnya dion seperti melihat orang yang satu tahun lalu meninggalkan dirinya, bukan pergi ke negara lain atau daerah lain. Tapi pergi ke sisi Tuhan.

Dion pun mengubah posisinya, menghadap airen yang masih saja memejamkan matanya sambil sesekali tersenyum.

Airen pov
Saat ku sedang menikmati semilir angin, entah kenapa aku merasa ada yang menutupi sinar matahari yang menyinariku
Kok gini, apa mendung ya batinku
Aku pun mulai mengerjapkan mataku mencari tau apa yang menghalangi sinar matahari

Aku menahan nafas saat sadar yang menghalangi matahari bukan mendung tapi Dion
"Udah sadar kalau ada orang?" tanya nya dingin

"Ehmm... Emang kamu dari tadi disini?"

"Iya, ayo cepet keburu sore" jawabnya sambil melangkahkan kakinya menjauh dariku
"Kok cuma kita, vira sama juan mana?" tanyaku kepo

"Udah duluan," jawabnya singkat

"Kok gak bareng kita, kemarin katanya barengan. Terus yang ke perpus cuma kita nih, ngumpulnya diman...." ucapanku terpotong saat dion membalikan badannya menatapku tajam.

Aku hanya meneguk ludah dan mulutkupun terkatup tanpa bisa meneruskan ucapanku
Ups, pangeran es mulai marah batinku ngeri

"Gak usah banyak tanya, dasar cerewet"ucapnya ketus.

Kamipun melanjutkan langkah kami ke tempat tujuan.

Tidak ada yang membuka suara diantara kami sampai kami turun dari bis.

Perpus daerah ada di dekat halte tempat kami berhenti.

Tapi aku merasa dari tadi tidak sampai-sampai.

Padahal sudah lelah dan dion terus jalan dengan cueknya di depanku, aku bahkan ketinggalan jauh di belakang dion.

Pfft dasar tidak punya perasaan, kakiku kan pendek mana bisa jalan cepet, ish nyebelin

"He!, gak bisa jalan lebih cepet" ucapnya tiba-tiba membuatku terkejut

Akupun mempercepat langkahku, menyeimbangkan dengan langkah dion

"Selain ceroboh ternyata lemot juga" ucapnya

"Siapa yang lemot ha?!" tanya ku kesal

"Ya, kamu sapa lagi emang, jalan gak bisa cepet dasar lambat"

"He!, aku tuh bukan lambat kamu aja yang kecepatan jalannya. Kaki ku tuh pendek gak kayak kamu seharusnya kamu tuh nyadar diri dong. Dasar gak peka" aku pun meluapkan isi hatiku saat itu juga

"Salah sendiri pendek, itu derita mu" ucapnya sakartis

"He kamu tuh ya gak bis...." ucapku terputus saat ada seseorang memanggil Dion

"Dion" ucap laki-laki yang mungkin usianya sama dengan ayahku

Laki-laki memandang dion dengan sayang, entah siapa dia. Apa mungkin ayahnya

Laki-laki itu berperawakan tinggi, kulit khas indonesia wajahnya terlihat tegas dan belum lagi setelan jas yang membuatnya terlihat berwibawa.

Dion hanya diam, wajahnya seperti memandang benci pada orang itu sampai laki-laki itu bersuara

"Kamu mau ke perpus yon?" tanya nya lembut. Dion hanya diam tidak menjawab

Akupun menyenggol tangannya
"Apaan sih?!"tanya nya ketus

"Kamu tuh di tanya jawab kek, bukan malah diem aja"

Pandangan laki-laki itu beralih pada ku
"Kamu temennya dion ya?" tanya nya ramah
"Ehm, iya om saya temennya dion"

"Namamu siapa?"

"Airen, maaf om ini ayahnya dion ya?"

"Iya"

"Kalian mau kemana?"

"Bukan urusan papa" jawabnya ketus

"Ih dion gak sopan.banget sih"

"Ayo ren, keburu sore" ucapnya sambil menarik tanganku menjauh dari papanya

Aku menghempaskan genggaman tanganku dari dion

"Maaf om saya kurang sopan saya pergi dulu. Sampai jumpa" ucapku sambil membungkukkan badanku

"Iya gak pa pa dion emang gitu, ya udah hati-hati

" iya om" aku pun melangkahkan kaki ku mejauh dari papanya dion

"Gak usah sok akrab"ucap di dion kesal

"He!, itu tadi bukan sok akrab tapi sopan santun. Itu kan papa mu seharusnya kamu tuh jawab kek kalo ditanya terus pamit dulu jangan main pergi aja gak sopan banget sih sama orang tua" ucapku sambil menahan emosi
"Salah kalo aku bersikap sopan sama orang yang yang lebih tua?, aku gak tau  yon apa masalah mu sama ayahmu tapi kamu gak pantes bersikap kayak gitu sama orang tuamu sendiri" lanjutku

"Aku punya alasan kenapa aku bersikap seperti itu, kamu gak tau apa-apa gak usah sok tau" ucapnya di depan wajahku, dengan ekspresi dinginnya lalu meninggalkanku yang masih berdiri terpaku setelah mendengar jawaban dion didepan perpus.

Akupun tersadar dan meneriaki namanya

"Dion!, kita belum nyari materi. Ih! Dion cepet balik kesini, he! Dion!!"teriaku histeris, dia terus pergi menjauh dari tempat ku berdiri.

Ponsel ku berbunyi tanda ada line masuk
Dion_ : cari sendiri materinya

Aku hanya bisa memejamkan mata sebentar sambil menghela nafas
Kalo bukan gara-gara satu kelompok udah habis kamu pangeran es gerutuku dalam hati

Akupun masuk ke perpus sendiri, mencari buku yang sesuai dengan apa yang akan aku presentasikan

Aku berhenti di rak buku sejarah, entah kenapa tiba-tiba pikiranku menuju pada dion.

Aku mulai bingung kenapa dia marah, apa karna perkataanku tadi tapi kan kata-kata ku bener di seharusnya gak gitu sama ayahnya.

Tapi dion bilang punya alasan, apa ya alsannya. Ah tau deh dari pada bingung mikirin dion mendingan nyari buku

Semoga gak nyampek rumah kesorean bisa-bisa kena omel ibu lagi. Akhh hari ini kenapa gak berpihak padaku sih

Update 2 chapter sekaligus, yeee
Jangan lupa vote ya





PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang