2

3.1K 40 2
                                    

Ketika Giok Lan melihat hadir keempat orang itu air mukanya kelihatan berubah hebat bisiknya kepada diri Siauw Ling, "Samya sudah lihat keempat orang itu? dua orang berbaju putih dan dua orang berbaju merah."
"Sudah kulihat kenapa?"
"Itulah anggota Pet Toa Hiat Im atau delapan orang sukma bayangan berdarah yang diciptakan Toa Cungcu tak kusangka dari delapan sukma bayangan berdarah kini sudah ada empat orang yang hadir. Aku berani memastikan kali ini pihak Bu tong pay akan kalah total sekalipun mereka berhasil menangkan Kiem Hoa Hujienpun sama saja seluruh pasukannya bakal musnah...."
Mendadak Tjioe Tjau Liong berpaling buru-buru budak ini tutup mulut.
Sewaktu Tjioe Tjau Liong melihat Siauw Ling hadir sama kedua orang dayang agaknya ia merasa sedikit ada diluar dugaan setelah tertegun sejenak ia baru menggape ke arah sang pemuda.

Siauw Ling percepat langkahnya berjalan menghampiri, tetapi dengan cepat seluruh perhatiannya telah terhisap oleh pertarungan yang berlangsung dengan serunya ditengah kalangan.
Tampak pedang Thiat Kut San dari Ke Thian Ih sebentar naik sebentar turun dengan perubahan yang sangat banyak, cahaya merah sebentar menyambar lewat disusul bayangan hitam mendesir memekikan telinga. Semua serangan ditujukan ke arah jalan darah ditubuh Kiem Hoa Hujien.
Kiranya kipas dari Ke Thian Ih terdiri dari sebagian warna merah dan sebagian lagi warna hitam dengan begitu sewaktu berkelebatpun memancarkan cahaya yang berbeda pula.
Senjata yang digunakan Kiem Hoa Hujien juga sangat aneh sekali ditangan kirinya memainkan sebuah kelabang besar yang sedang mementangkan cakarnya sedang ditangan kanan memutar seekor ular aneh bersisikkan bintik-bintik merah.
Ular itu hanya sebesar jari tangan tetapi panjangnya mencapai tiga empat depa tubuh ular melingkar ditangan kanan Kiem Hoa Hujien sedang kepala ular sebentar menyambar sebentar menyusut dengan melancarkan serangan dibarengi pertahanan yang kuat.
Siauw Ling yang melihat kejadian itu jadi tertegun dibuatnya.
"Menggunakan ular aneh serta kelabang sebagai senjata bergebrak sungguh susah dipikirkan...."
"Sam te kau sudah datang terlambat satu langkah sebuah pertarungan sengit telah kau lampaui."
"Apakah Teng It Loei terluka dibawah patukan ular berbisa dari Kiem Hoa Hujien?"
"Teng It Loei mengandalkan ilmu kepalannya menjagoi seluruh kolong langit" sela Ih Boen Han To dari samping. "Dalam pertarungan yang pertama masing-masing tidak menggunakan senjata."
"Bagaimana? kalau begitu Teng It Loei terluka zdibawah serangan Kiem Hoa Hujien?"
"Tidak salah Teng It Loei mengandalkan ilmu kepalannya yang tiada tandingan dikolong langit. Siapa sangka justru kecudang dibawah serangan kepalan pula. Nama besar Tiong Lam Djie hiap kemungkinan besar akan hancur di dalam pertarungan sengit kali ini."
Ketika Siauw Ling memperhatikan kembali jalannya pertarungan ditengah kalangan, ia temukan permainan jurus dari Kiem Hoa Hujien benar-benar aneh dan telengas, tidak terasa pikirnya di dalam hati, "Tidak kusangka bukan saja perempuan ini pandai menggunakan beratus-ratus macam racun bahkan kepandaian silat yang dimilikipun sangat luar biasa. Jikalau ia benar-benar berniat untuk menjadi pembantu setia Djen Bok Hong dan bekerja sama di dalam perjuangannya mencapai cita-cita yang diimpikan rasanya tidak sukar bagi mereka untuk menguasai seluruh kalangan dunia persilatan!"
Terdengar Ih Boen Han To tiba-tiba berkata, "Sam Tjungtju kepandaian silatmu sangat lihay rasanya tidak sulit untuk meninjau siapa yang bakal menang dan siapa pula yang bakal kalah, entah dapatkah kau memberi bayangan siapakah yang bakal unggul di dalam pertarungan."
Dengan teliti dipandangnya pertarungan dikalangan! pemuda itu merasakan pertempuran yang sedang berlangsung susah untuk diberikan suatu bayangan yang tepat dalam saling serang menyerang yang berlangsung dikalangan masing-masing pihak menggunakan perubahan jurus yang sama-sama lihay untuk mempertahankan diri dan berusaha pula untuk merubuhkan lawan.

Tak terasa ia menyahut, "Bila ditinjau dari hasil pertarungan sampai saat ini mereka berdua masih setali tiga uang dalam dua puluh tiga puluh jurus masih susah untuk menentukan siapa menang siapa kalah menurut pandangan cayhe menang kalah paling sedikit baru bisa dilihat setelah bergebrak ratusan jurus lagi jikalau Ih Boen heng punya pendapat yang tinggi siauwte akan bentang telinga mendengarkan uraianmu."
"Menurut pendapat cayhe kemenangan berada ditangan Kiem Hoa Hujien bahkan tidak sampai seratus jurus kemudian."
"Bagaimana kau bisa berpendapat demikian?"
"Ke Thian Ih dipengaruhi oleh napsu untuk membalas dendam baru saja turun tangan ia telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya dan menyerang dengan gencar. Hal ini justru melanggar pantangan terbesar bagi seorang jago silat terutama sekali menghadapi manusia macam Kiem Hoa Hujien ia makin mudah untuk dikalahkan...."
"Ehhmmm....perkataannya sedikitpun tidak salah" pikir Siauw Ling di dalam hati, sedang diluaran katanya, "Walaupun jurus serangan yang dilancarkan Ke Thian Ih sangat ganas dan gencar tetapi pertahanan dilakukan amat rapat. Aku rasa perubahan belum tentu terjadi menurut dugaan Ih Boen heng?"
"Baik ilmu silat maupun jurus serangan yang digunakan Kiem Hoa Hujien kebanyakan beraliran aneh, apalagi senjata yang digunakan binatang hidup yang bisa menjulur menarik semaunya, walaupun pertahanan Ke Thian Ih sngat kuat inipun hanya bisa digunakan untuk sementara waktu saja."
Beberapa patah kata ucapan ini diucapkan dengan nada tinggi. Semua orang yang hadir dikalangan dapat mendengar dengan jelas.
Di dalam pertarungan jago-jago kelas wahid yang paling ditakutkan adalah pecahnya seluruh perhatian. Ketika Ke Thian Ih mendengar ada orang meneriakkan salahnya cara bertarung mendadak permainan jurusnya berubah dari penyerangan yang gencar ia berubah jadi kedudukan bertahan yang ketat....
Justru ketika Ke Thian Ih mengubah caranya bertempur itulah mendadak Kiem Hoa Hujien melancarkan dua jurus serangan yang maha dahsyat memaksa orang itu terdesak mundur dua langkah ke belakang.
Setelah serangannya berhasil merebut posisi yang menguntungkan, Kiem Hoa Hujien segera menggerakkan tangan kanannya melancarkan satu swerangan yang jatuh lebih gencar. Ular merah ditangannya mendadak menerjang satu depa lebih panjang mengancam wajah Ke Thian Ih.
Buru-buru Ke Thian Ih menggerakkan kipas ditangan kanannya untuk coba menggagalkan serangan tersebut tetapi gerakannya ini sudah keburu dikunci oleh serangan kelabang ditangan kiri Kiem Hoa Hujien.
Untuk beberapa saat untuk menangkis datangnya serangan tersebut Loo toa dari Tiong Lam Djie hiap ini menemui kesulitan dalam keadaan gugup dan terburu-buru tubuhnya menjatuhkan diri ke belakang. Kakinya menjejak! badanpun bersalto beberapa kali menghindar sejauh lima depa ke belakang.

Bayangan Berdarah (Wo Lung Shen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang