"Takdir selalu menemukan jalannya sendiri."
-My Possessive prince-
---
Mungkin ada kalanya mentari tak berarti hangat. Hujan tak berarti dingin. Mungkin juga semua bisa terasa sama dan hampa. Namun tidak dengan sebuah rasa. Sedih bisa sangat memilukan, bahagia bisa sangat menggembirakan. Lalu emosi, bisa begitu mendominasi.
Seperti pagi ini yang hangatnya mampu menyengat sampai ke dalam tubuh. Sensasi panasnya bisa membuat seseorang bersemangat, berkeringat dan kepanasan tentunya. Namun, mungkin ada seseorang yang menganggap panasnya terik matahari hari ini sama dengan hari-hari biasanya. Selalu, tak membuatnya merasakan kehangatan. Tak membuatnya merasakan semua sensasi yang ditimbulkan oleh keringat yang bercucuran.
Semua sama baginya. Hampa.
"Jadi aku di titipkan ke Om Farhan dan Tante Fani selama ayah tugas luar negeri?" sahut gadis bermata hitam bening itu geger saat mendengar pernyataan ayahnya yang begitu mendadak.
Natasya Affrani namanya, gadis berumur enam belas tahun yang sangat mandiri dalam mengurus dirinya. Sang Bunda yang meninggal sewaktu ia masih berumur tujuh tahun membuatnya sudah terbiasa jika harus ditinggal seorang diri ketika sang Ayah pergi bekerja.
Kening gadis itu berkerut dengan wajah yang cemberut. Kenapa sekarang ia harus dititipkan segala. Mana Natcha—panggilan akrabnya—juga tidak ingat siapa itu Farhan dan Fani. Ingatannya tidak bisa menembus kenangan sepuluh tahun silam untuk mengenang mereka.
"Ayah aku bisa, kok, tinggal di rumah sendiri. Lagian juga ada Bibi di sini," Natcha berusaha meyakinkan Yoga—ayahnya.
Yoga menatap putri semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang. "Ayah gak bisa tenang kalau harus tingalin kamu sendirian dalam waktu yang lama. Kalau cuma sehari dua hari atau lamanya itu seminggu masih gak apa-apa. Tapi ini tiga bulan bahkan bisa lebih," jelas pria paruh baya tersebut dengan tegas.
Gadis berambut lurus sebahu itu menghela napasnya, ia menyerah. Sia-sia saja jika tetap kukuh dengan keputusannya atau berbicara omong kosong tentang kepandaiannya menjaga dan mengurus dirinya sendiri, pasti tak akan berhasil juga membujuk sang Ayah.
"Oke, Natcha nyerah, Ayah."
"Nah, gitu dong... Itu baru anak Ayah," ujar laki-laki yang memiliki nama lengkap Yoga Triwijaya Kusuma itu tersenyum lebar.
Natcha menggembungkan pipinya merajuk. "Aku aja gak inget sama Om Farhan dan tante Fani, gimana kalau mereka gak suka sama aku? Gimana kalau mereka jutekin aku, marahin aku, jahat—
PLETAK!
Jitakan gemas mendarat tepat di kening atas Natcha. "Duh ini anak mikirnya yang enggak-enggak aja!"
"Aduh—Ayah, nih!"
"Siapa suruh kamu bicara begitu, Om Farhan dan Tante Fani itu teman baik Ayah sejak SMA hingga kuliah. Bisa-bisanya kamu bicara begitu."
Natcha meringis kecil. "Maaf, Ayah, he-he."
Yoga tersenyum tipis. Dengan sifatnya yang hangat dan ceria ia yakin Natcha akan cepat beradaptasi dengan keluarga Farhan. "Kamu pasti betah tinggal sama mereka karna mereka juga punya anak seumuran kamu, loh. Kalian juga satu sekolah."
"MASA, YAH? SIAPA?"
"Namanya Arllen Att—
"ARLLEN ATTHALA NAUFAL???"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE PRINCE √
Teen FictionHanya fiksi semata, ambil baiknya buang buruknya. Natasya Affrani (Natcha) tak pernah mengira takdir mempertemukannya dengan Arllen Atthala Naufal si cowok famous di sekolahnya. Ia tak tahu apa pun mengenai cowok yang terkenal karena ketampanan waj...