5. SEBILAH PANAH ASMARA CUPID

127K 8.1K 280
                                    

Cupid, ketika diri ini jatuh hati bisakah aku memilih dengan siapa panah asmaramu ditancapkan?

֎֎֎

Natcha tergopoh-gopoh melewati setiap koridor sekolah dengan tumpukan buku di kedua tangannya. Ia mencoba menyeimbangkan tubuh dengan langkahnya supaya buku-buku di tangannya tidak terjatuh. Sekolah masih sangat sepi mengingat dirinya yang datang ke sekolah lebih awal karena harus melaksanakan tugas-tugas piketnya.

Semilir angin di pagi hari membuat wajah gadis dengan rambut terkuncir satu itu menjadi dingin dan sedikit pucat. Ia terus bergegas menuju ruangan guru untuk segera bisa menaruh buku-buku LKS dari kelasnya. Berat, Natcha berhenti sesaat ketika melihat sebuah tempat duduk terbuat dari semen di pinggir lapangan sekolah. Duduk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya, merasakan sensasi udara pagi yang menyegarkan dada.

Sedang santai-santainya istirahat ekor mata Natcha menangkap sosok seorang cowok bejalan ke tengah lapangan dengan bola basket di tangannya. Cowok itu kemudian menaruh bola basket dan memulai pemanasan. Otot-otot tangannya yang merenggang begitu tergambar jelas. Membuat Natcha yang saat itu melihatnya tak kuasa untuk tak menikmati pemandangan di hadapannya.

Ah, ia harus piket. Natcha bermaksud membawa kembali tumpukkan buku-buku itu tapi baru saja ia melangkah buku-buku itu jatuh dan berhamburan. "Duh, jatuh segala lagi!" eluhnya mendesah berat.

Cowok yang sedang melakukan push-up di tengah lapangan itu menoleh ke arah Natcha. Melihat Natcha yang sedang merapikan buku-buku yang berantakan di pinggir lapangan ia pun menghampiri.

"Ini." Cowok berperawakan tinggi itu menyerahkan buku yang diambilnya kepada Natcha.

Natcha menoleh sedikit kaget. "Oh, iya ma—makasih."

"Biar gue bantu," kata cowok itu tanpa menunggu persetujuan langsung ikut berjongkok dan memungut buku-buku yang berserakan. Natcha canggung ia tak tahu harus merespon bagaimana. Tidak saling kenal juga, tapi satu yang ia yakini kalau dia adalah kakak kelas.

"Emm, makasih ya, Kak."

"Lo kelas satu atau dua?"

"Dua, Kak."

"Gue kaya baru lihat lo deh, padahal gue lumayan banyak kenal adik-adik kelas loh."

"Saya enggak pernah liat pertandingan basket soalnya," jawab Natcha seraya meraih buku yang ternyata diraih juga oleh cowok yang belum ia ketahui namanya itu. Mata mereka saling berpandangan untuk beberapa detik sebelum Natcha segera memalingkan wajahnya karena malu.

"Maaf, Kak—

"Zaki..."

"Hah?"

"Nama gue Zaki. Lo?"

"Natasya, Kak."

Zaki mengulum senyuman sehingga menampilkan lesung pipit tunggal di pipi kirinya. Manis. "Buku-buku ini lo mau bawa kemana? Biar gue bantu bawain."

"Ke ruang guru, Kak. Enggak enggak apa-apa kok, saya bisa sendiri..." jawab Natcha gugup.

"Enggak apa dari pada jatuh lagi, mending gue bantu aja, ya.”

Dengan wajah malu-malu tapi mau Natcha pun akhirnya mengangguk menerima tawaran Zaki. Jalan berdua dengan seorang cowok yang baru dikenalnya membuat cewek itu begitu gugup serta malu, tapi entah mengapa ia merasa senang.

Natcha mengeratkan genggaman pada buku yang dibawanya. "Sekali lagi terimakasih banyak ya, Kak," ucap Natcha dengan mata yang berbinar-binar haru. Zaki sangat baik dan ramah, selain mau membantunya ia juga tak segan-segan membalas senyuman dari Natcha.

MY POSSESSIVE PRINCE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang