ps : jika cerita kepotong"/tidak lengkap bisa log out dlu lalu log in lagi. Cerita akan lengkap kembali.
---
Aku mulai memikirkanmu, dari tatapan misteriusmu dan raut wajah yang selalu dingin dan datar itu. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu. Salahkan dirimu sendiri yang selalu mengundang rasa simpatiku. Salahkan dirimu sendiri yang selalu melangkah kedaerah teritoriku.
֎֎֎
Malam begitu cepat menyapa. Menyingkirkan sang mentari yang berganti dengan bulan. Menghadirkan sekumpulan bintang-bintang yang bertaburan. Namun, tidak untuk malam ini yang menjadi kelabu. Awan mendung yang bersatu dengan gelapnya malam begitu sempurna menyapu keramaian dengan gemuruh dan kilatnya.
Arllen menatap kilat dari balik jendela kamarnya dengan bosan. Rumah begitu sepi di tambah hari ini Farhan dan Fani tidak pulang karna masih berada di luar kota untuk urusan bisnis. Itu artinya di rumah hanya ada ia dan Natcha. Di tambah Idah yang sudah izin pulang sejak sore tadi. Benar-benar tinggal berdua saja.
Tiba-tiba Arllen teringat peristiwa siang tadi di atap sekolah. Mengingat semua ekspresi Natcha itu membuat ia menarik senyum tipis di bibirnya. Membayangkan kembali ekspresi-ekspresi lucu Natcha entah mengapa bisa membuatnya senang hati dan tertawa.
Tawa yang beringsut menghilang saat ia meraba perut yang ditinju gadis bermata hitam bening itu. Raut wajahnya kembali datar. Ada segelintir perasaan yang menyesakkan dada. Ia mengepalkan tangan dan meninjukannya ke jendela. Kencang. Retak. Dan terluka. Ingin berteriak jika teringat pada kenyataan. Ingin marah. Ingin menghilang saja jika bisa. Tapi cairan merah segar yang mengalir dari tangannya selalu membawanya pada kenyataan.
Arllen mengulum senyum. Senyum miris menyakitkan.
Arllen menarik napas, mencoba meredam emosi pada dirinya. Ia memejamkan mata. Ia tidak ingin seperti ini terus menerus. Ia butuh pelampiasan, sebuah pengalihan suasana.
֎֎֎
Natcha keluar dari kamar sambil mengelus-ngelus perutnya yang bergemuruh layaknya gemuruh awan di luar sana. Sudah lewat jam makan malam tapi sedari tadi ia menahannya. Malu dan ogah berhadapan dengan manusia kurang ajar itu. Makan berdua saja dengan Arllen? Demi apa ia tidak mau.
Rentetan kejadian bersama Arllen membuatnya enggan bertemu dengan cowok itu. Argh, ia jadi teringat lagi. Kecupan, pelukan, dan tinjuannya tadi siang. Ugh, sungguh membuatnya uring-uringan. Dan sekarang ia berakhir kelaparan.
Dengan langkah kaki yang tidak bersuara Natcha melangkah menuruni anak tangga menuju dapur. Alih-alih menghindari Arllen ia malah melihat cowok itu tengah berada di sana juga. Memasak mie instan. Astaga, ini benar-benar menyebalkan. Natcha merengutkan muka sebal dan mendengus kesal. Memutuskan berbalik dan kembali ke kamar namun luka di punggung tangan Arllen menyita perhatiannya.
"Arllen tangan kamu kenapa?" tanya Natcha menghampiri Arllen dengan panik.
"Gak pa-pa," jawabnya singkat.
"Itu luka loh, harus diobatin biar gak infeksi..."
"Gak apa-apa. Ini cuma luka kecil, gak usah ribet deh!" jawab Arllen menyentak. Cowok itu tidak menghiraukan Natcha, ia fokus mengaduk mie yang sudah matang di mangkuknya. Aroma semerbak MSG mie instan yang menggoda menyapa penciuman keduanya. Makanan paling enak dan favorite semua orang. Kruyukk... suara perut gemuruh milik Natcha membuat Arllen mendelik ke arahnya.
"Bikin sendiri!"
Natcha terkekeh setengah menganga. Siapa juga yang mau minta!
Setelah mengatakan itu Arllen berjalan tak acuh menuju meja makan. Lagi-lagi Natcha menatap punggung tegap yang menjulang tinggi milik Arllen. Secara fisik Arllen benar-benar kriteria cowok idaman. Namun dari segi sikap dia benar-benar buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE PRINCE √
Teen FictionHanya fiksi semata, ambil baiknya buang buruknya. Natasya Affrani (Natcha) tak pernah mengira takdir mempertemukannya dengan Arllen Atthala Naufal si cowok famous di sekolahnya. Ia tak tahu apa pun mengenai cowok yang terkenal karena ketampanan waj...