⚫
⚫
⚫"Zaki, kenapa kamu lakuin itu?"
Suara lembut yang sangat dihapal oleh Zaki itu terdengar kecewa. Di bawah pohon rindang dan semilir angin yang sangat menyejukan saat ini seharusnya dilalui dengan canda tawa dari gadis itu. Karena tawa Freya adalah harmoni yang sangat indah jika bersatu dengan hembusan angin yang sedang menyibak rambut panjangnya. Sangat tidak pas dengan wajah datarnya saat ini. Sorot matanya bahkan seakan penuh selidik. Menyudutkan.
"Maksud kamu apa, Frey?"
"Kenapa kamu mendekati cewek itu?"
"Siapa maksud kamu?"
"Aku tau Zaki, aku lihat dengan mata kepala aku sendiri kalau kamu akhir-akhir ini lagi deketin cewek yang selalu sama Arllen itu. Natasya."
Zaki menhembuskan napas pelan. Membuang muka, tak ingin menatap Freya. Itu melemahkannya. "Iya, kenapa emang?"
"Apa niat kamu deketin dia?" Freya terus menyudutkannya.
"Aku suka sama dia."
"Zaki, aku serius."
"Kenapa—sekarang kamu cemburu?" tanya Zaki dengan sorot mata putus asanya. Seperti apa yang dipikirkan, Freya tak mungkin bisa menjawabnya. Diam yang diberikan Freya lebih memukul perasaannya. Masih lebih baik jika gadis itu berkata "tidak".
Zaki tersenyum miris, "Ya, bodoh aja yang nanya. Udah pasti gak lah."
"Zaki, please jangan berbuat bodoh hanya karena aku—
"Kamu seneng 'kan sebenarnya. Karna dengan begini kesempatan kamu untuk kembali ke Arllen gak akan ada halangan."
"Ini bukan soal aku mau kembali sama Arllen, ini soal kamu yang mendekati Natasya, Zaki!"
"Iya, gua lakuin ini karna lo, Freya. Gua lakuin ini demi lo. Kalau emang Arllen yang bisa buat lo bahagia, gua akan kasih dia ke lo!" Kata-kata Zaki begitu menohoknya. Rasa bersalah kian menyesakkan dada. Ini yang ditakutkan gadis itu, Zaki akan melakukan apa pun untuk dirinya.
"Zaki, aku minta maaf jika aku melukai hati kamu. Tapi gak seharusnya kamu melakukan ini—
"Kamu tenang aja. Aku pastiin bakal buat dia jatuh cinta ke aku. Biar kamu bisa dapatkan Arllen kembali." Zaki beranjak dan pergi begitu saja, tanpa menoleh kembali. Meninggalkan Freya yang masih terperangah di tempat.
Semilir angin yang membelainya entah mengapa terasa menikam. Dingin. Dan membelenggu.
***
Arllen dan Natcha tak terlibat pembicaraan apapun. Saling diam dan membisu. Tapi mendadak Natcha berdecak ketika menyadari mobil yang dikemudikan Arllen menuju arah yang berlawanan dari rumah mereka—ralat rumah Arllen.
"Loh! Ini kemana?" Arllen diam tak mengindahkan pertanyaan gadis di sebelahnya.
Mobil itu melaju ke alun-alun kota dengan bangunan pencakar langit di sisi kanan dan kirinya. Lalu lintas yang padat di kota Jakarta sudah menjadi hal yang biasa untuk mereka. Lalu setelah berada di perjalanan selama kurang lebih empat puluh lima menit mobil itu memasuki area basemen sebuah pusat perbelanjaan.
Natcha menautkan alisnya, setengah dirinya enggan untuk bertanya namun ia tak bisa menahan rasa penasarannya. "Mau ngapain ke sini?" Tetap kebisuan yang menjawabnya, menyebalkan. Natcha mengepalkan kedua tangannya, gemas, ingin meraung di wajah cowok dingin itu.
Natcha menyilangkan kedua tangannya, merajuk, tidak ingin keluar dari mobil itu. Masa bodoh dengan Arllen yang kini telah berada di luar. Namun, Arllen membuat kejutan dengan membukakan pintu mobil untuknya, membungkukan badan untuk melepas seat belt sampai wajah mereka berjarak begitu dekat. Natcha menahan napas ketika hembusan napas Arllen menyapa wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE PRINCE √
Teen FictionHanya fiksi semata, ambil baiknya buang buruknya. Natasya Affrani (Natcha) tak pernah mengira takdir mempertemukannya dengan Arllen Atthala Naufal si cowok famous di sekolahnya. Ia tak tahu apa pun mengenai cowok yang terkenal karena ketampanan waj...