"Hal yang paling menyakitkan karena sebuah perpisahan adalah ketika waktu telah berlalu namun kenangan masih membelenggu."
---
Arllen membasuh wajahnya yang basah dengan handuk yang menggantung di depan cermin wastafel. Membasuhnya kemudian mematut bayangan dirinya di cermin dengan lekat dalam diam. Terpaku. Tertikam oleh sorot matanya sendiri.
Dulu, beberapa tahun silam ketika ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Rasanya baru kemarin suara-suara berdecak kagum itu mengelilingnya. Kata teman-temannya ia adalah sosok super hero sungguhan. Kuat seperti Superman, Spiderman, Ironman dan semua pahlawan super yang ada di bumi ini. Kekaguman tergambar jelas di mata polos anak-anak itu termasuk dirinya. Siapa yang tidak senang di puji seperti tokoh pahlawan kesukaannya? Apa lagi ia hanya anak berumur delapan tahun. Tahu apa?
Arllen kecil memang tahunya ia hebat. Memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain pada umumnya. Mau terjatuh seperti apa pun ia tidak akan menangis. Jelas, ia kan super hero. Kuat seperti baja. Tahan banting. Pahlawan super, seperti itulah dulu ia dianggap.
Pantulan dirinya di cermin seakan sedang menertawainya. Handuk dalam genggamannya sudah terlempar dan tersungkur di lantai dengan asal. Cukup mengingat itu semua, ia tak ingin cermin di hadapannya jadi pecah karena emosi yang tak terkontrol pada dirinya. Kembali ke kamarnya Arllen rebahan dan memejamkan mata. Sialnya ia malah teringat Natcha dan pesan teks yang membuatnya tak bisa tidur semalaman.
Natasya Affrani : kamu suka ya sama aku?
---
Freya dan Zaki saling diam selama perjalanan menuju sekolah. Saling membisu setelah beberapa menit yang lalu mungkin seharusnya Zaki tidak dengan nekatnya menyatakan kembali perasaan cintanya. Ini sudah yang kedua kalinya cowok itu mengutarakan perasaannya lagi. Dan kedua kali pula ia mendapat penolakan dari sang pujaan hati.
Lengang suasana di antara mereka, hanya deru mobil yang senantiasa bersuara.
Freya benci dengan suasana canggung seperti ini. Bukan Freya tidak menyukai Zaki. Zaki adalah salah satu orang yang menempati tempat special di hatinya. Tapi untuk perihal mencintai ia tidak bisa. Bagaimana bisa ia menerima Zaki dengan perasaan yang masih melekat kepada Arllen, mantan kekasihnya. Permasalahan hatinya dengan Arllen pun masih terbilang rumit. Bukan juga ia ingin memaksakan kembali pada Arllen. Setidaknya mereka tidak saling menghindar satu sama lain, itu saja.
"Kasih aku satu kesempatan, Frey." Akhirnya ucapan memohon itu terucap juga. Zaki menoleh ke Freya yang tengah duduk dengan memalingkan wajahnya, menolaknya secara halus. Selalu, seperti itu. Zaki mendesah singkat, tatapannya sendu lalu kembali menatap lurus-lurus jalan raya di depannya. Putus asa.
"Kamu 'kan tau apa alasan aku menolak kamu, Zaki," ucap Freya begitu lirih. Ada tangis yang tertahan di bibirnya.
Zaki menyeringai datar. "Karena kamu belum bisa lupain Arllen 'kan?" Freya diam tak menjawab. Bibirnya kelu untuk berucap. Ia tidak ingin menyakiti hati sahabat baiknya itu. Tapi cinta, bukan hal yang mudah untuk di pindah tempatkan kepemilikannya.
"Asal kamu suruh aku menunggu, aku akan menunggu, Frey. Berapa lama aku harus menunggu lagi? aku siap." Penuh harap dalam kata-kata yang dilontarkan cowok berlesung pipit itu. Namun bagaimana bisa Freya menjanjikan sesuatu hal yang tak pasti padanya.
Zaki merasakan gejolak dalam dadanya terasa kian menyesak setiap menatap Freya yang bahkan tak meliriknya. Padahal ini bukan kali pertama gadis cantik itu menolaknya namun rasa sakitnya tetap sama bahkan lebih. Ia tak habis pikir kenapa susah sekali untuk Freya sekedar memberikannya sebuah kesempatan, padahal ia bersungguh-sungguh mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE PRINCE √
Teen FictionHanya fiksi semata, ambil baiknya buang buruknya. Natasya Affrani (Natcha) tak pernah mengira takdir mempertemukannya dengan Arllen Atthala Naufal si cowok famous di sekolahnya. Ia tak tahu apa pun mengenai cowok yang terkenal karena ketampanan waj...