Magic

22 2 0
                                    

"Takdirku?" Aneta bertanya, jelas masih bingung.

Keito dan Rin saling menatap. "Ikutlah dengan kami." Perintah Keito.
Ketiganya pergi ke rumah Keito. Keito membuka pintunya dan segera masuk. Mereka membuka sepatu mereka.

Aneta melihat-lihat. "Ini rumahmu, Keito?"

"Ya." Jawab Keito. "Tapi itu bukan sesuatu yang penting sekarang."

Ketiganya pun memasuki kamarnya Keito. Di meja belajar Keito, terletak buku yang sudah Rin kenali.

Keito mengangkat bukunya dan memberikannya kepada Aneta. Tapi sebelum itu, Keito membuka bab mengenai Aura.

Aneta menerima buku itu dan membacanya. Mata Aneta pelan-pelan melebar saat membaca isi bukunya.

"Ja-jadi... Aku sudah ditakdirkan untuk pindah ke sini?" Tanya Aneta pelan-pelan.

"Aku rasa begitu." Keito menjawab.

"Tapi kenapa aku?!" Tanya Aneta. "Kenapa aku yang mempunyai takdir seperti ini?!"

"Aku tidak tahu jawaban untuk itu." Keito menyatakan. "Takdir sudah memilihmu, Aneta."

Aneta hanya menatap ke arah buku yang Ia pegang. "Ini... Sulit dipercaya."

"Gila, benar 'kan?" Ujar Rin yang sedang duduk di tempat tidurnya Keito.

"Aku tidak tahu magis memang benar-benar nyata." Aneta meletakkan buku itu.

"Kita juga, sampai kita menemukan kekuatan kita." Ucap Rin. Ia berdiri dan melangkah ke samping Keito. "Tapi mempunyai Aura yang unik itu tidak buruk. Selama kau bisa melakukan hal-hal seperti ini." Rin mengangkat tangannya dan membuka tangannya. Salju mulai terbentuk di atas telapak tangannya.

Aneta mengamati dengan takjub. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya. "Salju?"

"Bukan, ini api." Balas Rin dengan sarkasme. Keito tertawa.

"Waaaaahh, lawak!" Seru Keito.

Aneta menatap Keito, tidak biasa dengan seorang Keito yang tertawa. Aneta lalu menepisnya dan tidak memikirkan terlalu dalam tentang itu.

Butiran-butiran salju mulai berjatuhan, menandakan Rin sudah nyaman.

"Sekarang giliranku." Air terbentuk di sekeliling tubuh Keito dan berkumpul di punggung Keito. Air yang berkumpul itu berbentuk menyerupai sayap dan terbuka lebar. [Lapis Lazuli :3]

"Waaah!" Ini bukalah pemandangan yang orang-orang bisa lihat setiap hari. Wajar Aneta takjub dengan mata berbintang-bintang saat melihat Keito dan Rin.

"Itu bukan bagian terbaiknya!" Setu Rin dan Ia tersenyum lebar. Ia menggenggam tangan Aneta dan menariknya keluar dengan semangat. Keito tersenyum dan ikut berlari mengikuti mereka.
Rin membawa Aneta keluar, keduanya semangat dengan apa yang akan terjadi.

"Jadi, kau mau apa?" Tanya Aneta dengan semangat.

Sebelum Rin menjawab, rambutnya berubah menjadi warna silver dan matanya menjadi biru. Sayap putih terbentuk di punggungnya. Rin menyeringai dan menjawab, "Kita akan terbang."

Sebelum Aneta membalas, Rin memusatkan auranya ke tangannya dan mengangkat Aneta bridal style. "Eek!" Pekik Aneta.

Rin menoleh ke arah Aneta dan berkata, "Kau siap?"

"Aku tidak tahu harus menjawab aPAAAAAAAA!" Aneta dibawa Rin terbang ke udara, angin terasa berhembus melewati wajahnya.

"Wuuuuuuuuuuu!!" Seru Rin.

Aneta melihat-lihat, dan menemukan Keito melesat ke samping Rin, sayap airnya mengepak dan mendorongnya maju.

"Hei, Aneta!" Panggil Keito. Aneta melambai dan Keito melambai balik.

Kita bertiga menikmati pemandangan dari atas langit. Sudah beberapa kali Aneta terpesona dengan pemandangan yang Ia lihat dari pesawat, tapi ini  berbeda.
Rin dan Keito pelan-pelan turun. Aneta melihat mereka bertiga mendekati bukit yang di sekitarnya di keliling-keliling pepohonan. Di bukit itu terdapat pohon besar.
Kaki Rin menyentuh tanah dan menurunkan Aneta. Ia tersandung ke bawah dan terduduk akibat pusing dari pendaratan.

"Aah! Sudah lama kita tidak kesini." Ujar Rin sambil meregang badannya.

"Yaah, Hana, Ryazu dan Zaru tidak ada di sini." Kata Keito. Ia dan Rin lalu berjalan dan duduk di bawah pohon besar yang berdiri di tengah bukit.

Aneta duduk di sebelah Rin, menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang bertiup dengan lembut. Ia meliaht Rin dan Keito lalu bertanya, "Jadi... Apa aku bisa membuat es, membuat air dan terbang seperti kalian?"

Keito menggeleng. "Tidak. Auramu bukan tipe elemental, tapi kemampuan fisikmy bisa bertambah drastis."

"Kemampuan fisikku?" Tanya Aneta.

"Ya, seperti berlari dengan cepat, melompat tinggi, menghancurkan batu dan hal lain seperti itu." Jawab Keito.

Aneta membisu dan menatap pemandangan di depannya. Ia tidak menduga harinya akan menjadi seperti ini.
"Kekuatan kalian sangat hebat." Aneta menyatakan sambil tersenyum ke arah dua temannya.

"Dan nanti kau juga bisa melakukan magis yang hebat." Ucap Keito.

Rin hanya terdiam, sepertinya sedang tersesat di dalam pikirannya.

Senyum Aneta masih tertempel di wajah Aneta. Mungkin perubahan ini tidaklah buruk.

Laughing Under The StarsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin