ANETA'S POV
Aku membuka mataku. Sinar mentari seperti biasanya menyambut bangun tidurku. Yang pertama kali aku pikir adalah percakapan Rin dan Aku kelemarin.
"Ahaha!" Rin tertawa setelah mendengar cerita-cerita teman-temanku dulu. Aku tersenyum. Kita berdua berada di dalam kamarku.
"Aku merindukan mereka." Ucapku.
"Eh, mungkin disini bisa menjadi rumah barumu." Rin mencoba untuk menghiburku. "Ini baru hari pertamamu ke sekolah!"
"Aku tak tahu..." Aku melanjutkan. "Disini sepertinya tidak terlalu... Seru. Membosankan."
Rin terdiam. Ia menatapku dengan dingin. Tatapannya menusuk seperti es. "Benarkah?" Gumamnya.
Aku menelan ludah.
"Kau tak tahu apa-apa tentang kota ini. Tidak ada.." Hawa dingin terasa seperti menyelimutinya. "Yang kau tahu!" Mata Rin yang awalnya berwarna cokelat hazel tiba-tiba berubah warna biru. Ia menutup matanya dan membalikkan tubuhnya.
"Maaf..." Rin langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu."Tunggu!" Panggilku.
"Aku harus pergi." Rin membuka pintu dan pergi.
Aku berlari mengejarnya. Tapi saat aku ke bawa dan membuka pintu, Ia sudah tak ada.
'Aku bisa meminta maaf sebentar.' Batinku. Aku akhirnya beranjak dari tempat tidurku dan mandi. Setelah itu, seperti biasa, aku ke ruang makan untuk sarapan.
Anita duduk di depanku. "Ohayo, Neechan." Sapanya."Ohayo." Aku membalas. Kita berdua makan edalam kebisuan. Anita terlihat curiga.
"Ada apa, Neechan? Kok tiba-tiba jadi pendiam?" Tanya Anita dengan semi polos.
"Tidak, tidak ada apa-apa." Aku cepat-cepat berkata. Anita terlihat tidak puas.
"Kalau Neechan tak mau bilang, ya sudah." Dengan itu, Anita menyelesaikan sarapannya dan pergi, meninggalkan aku sendirian.
TIMESKIP | di sekolah
Aku pelan-pelan berjalan ke arah kelasku. Seringkali bertanya kepada siapa saja di mana kelas 9-A. Aku tidak melihat teman sekelasku di perjalanan.
Akhirnya, aku tiba di depan pintu kelasku. Perasaan gugup menyelimuti dadaku. 'Bagaimana kalau Rin masih marah?' Batinku bertanya. Aku mengumpulkan keberanianku dan membuka pintu. Aku berdiri di depan pintu."Aneta!" Panggil seseorang. Itu Hana. Ia berlari kepadaku.
"Hana." Balasku. Aku menatap Hana.
"Apa kau benar-benar membuat Rin marah?" Tanya Hana.
"Yaah... Aku tidak sengaja." Aku mengaku. Hana menggeleng kepalanya.
"Kau beruntung kau masih berdiri sekarang." Ucap Hana.
"Me-memangnya kenapa?" Aku bertanya. Perkataanku terbata-bata.
Hana menghela nafas. "Rin memang tidak gampang marah. Ejek saja dia, dia tidak akan marah dan mungkin hanya mengejarmu dengan setengah hati. Itu saja yang Ia lakukan." Hana dan Aku melihat ke arah Rin. Ia sedang menggambar sendiri. "Tapi," mulai Hana, "Jika apa yang kau katakan membuatnya marah begitu, kalau dia merontak disana, kau tidak akan berada disini sekarang."
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Laughing Under The Stars
Fantasy[Indonesian] Mishuro Aneta, seorang gadis biasa yang menjalani rutinitas baru di tempat tinggal barunya. Ia tidak menyangka teman-teman barunya adalah orang-orang pengguna magis. Terjerumus dalam situasi barunya, Ia akan berhadapan dengan petualanga...