One

83 16 2
                                    

Zea's POV


"Kau jahat sekali. Kenapa kau baru memberitahuku? Jika kau memberitahuku lebih awal aku akan menemanimu"  God, pria ini benar-benar cerewet.

"Tidak. Aku tidak akan mengganggumu. Aku tahu kau sedang sibuk dengan skripsimu,eh?"

"Kau lebih penting dari skripsiku. Kau berani pergi sendiri? Kau sangat cantik. Bagaimana jika kau diculik?"

"Jangan memujiku disaat seperti ini,Ok? Aku tidak akan berubah pikiran. Dan tidak akan ada yang berani menculikku" tukasku dengan nada sombong.

"Ohh..."

"Ayolah,jangan marah seperti itu. Begini saja, besok pagi kau boleh mengantarku ke bandara. Setuju?"

"Itu lebih baik. See you tomorrow babe-Tuut"

See you. Ah, untung saja kemarahannya tidak bertahan lama. Atau lebih tepatnya dia tidak bisa marah padaku. Dia? Dia siapa?

Ok,let me introduce my boyfriend. Dylan Harrison. Dia adalah pacar pertamaku. Fine,aku 18 tahun dan baru pertama kali berpacaran. Aku pernah dekat dengan beberapa lelaki,tapi..bocah-bocah sialan itu selalu mengatakan "Dasar sok suci"  saat aku menolaknya berciuman. Enak saja,mereka pikir aku jalang yang bisa dicium dan disentuh sesuka hati. Kembali ke Dylan. Dia sama sepertiku. Dia pernah mengatakan bahwa aku adalah cinta pertamanya. Dia itu sangat polos, tapi dia sangat pintar. Dia sangat tampan,pandai bermain gitar,dia sangat lucu. Dia...hooaaam! Baiklah, aku harus segera tidur. Besok pagi aku harus berangkat ke bandara.

*******

"Good morning lazy girl!!!" Astaga,mimpi buruk apa ini. Siapa yang berteriak pagi buta seperti ini?

"Diamlah Matt. Kau mengganggu tidur cantikku" gumamku sebal karena suara lantangnya menghancurkan mimpi indahku.

"Akan lebih cantik jika kau segera bangun dan mandi. Ayo bangun tuan putri!" Dia terdengar sangat bersemangat.Dia menarik paksa selimutku.

"Stop it Ma--" Wait,itu Dylan? "Apa yang kau lakukan di kamarku sepagi ini,huh?"

"Aku akan mengantarmu ke bandara,kan? Ayo cepat mandi"

"Dylan Harrison. Pukul berapa ini,huh?! Kau akan mengantarku ke bandara dan menyuruhku membantu OB membersihkan bandara?"

Dia terdiam dengan mulut menganga. Oh,ayolah "Aku baru menyadari kau sangat cantik saat marah"

"Cukup,aku tidak suka ekspresi itu! Kau selalu saja membuatku gagal marah. Menyebalkan" Ucapanku melunak saat dia mulai memelukku. Dylan sangat tahu cara membuatku tersenyum,bahkan hanya dengan ekspresi wajah atau pelukan darinya.

"Kau tidak ingin mandi dulu? Setelah itu kita sarapan di luar"

"Baiklah,tunggu aku ya. Jangan mengintip" aku segera berlari ke kamar mandi setelah mencium singkat pipinya.

********

Setelah mandi,aku segera turun untuk menemui Dylan. Kulihat dia sedang berada di ruang tengah bersama Dad,Mom,dan Matt. Mereka memang sangat akrab. Dad merestui hubunganku dengan Dylan,karena Dylan bisa menjagaku dengan baik.

"Kau yakin akan pergi ke LA sendirian,Z? Kalian bisa pergi berdua jika kau mau" tanya Dad meyakinkan.

"Kami akan pergi berdua"

"Kami tidak akan pergi berdua"

Aku dan Dylan menjawab pertanyaan Dad bersamaan,dengan jawaban yang berbeda.

"Dad, kutu buku ini harus menyelesaikan skripsinya. Aku akan pergi sendiri"

"Tapi Dad,kutu buku ini bisa menjaga putrimu dengan baik disana" Dylan berusaha membela diri. Sombong sekali dia.

"Bagaimana kalau kita sarapan saja? Melihat kalian bertengkar membuatku lapar" cerocos Matt yang sedari tadi hanya memperhatikan kami.

"Apa mom yang masak hari ini?" Dylan terlihat bersemangat melihat makanan yang terhampar di meja.

"Siapa lagi kalau bukan aku? Mana mungkin pacar kebomu itu bangun pagi dan memasak" celetuk Mom sambil melirikku. Sial.

"Kau bilang akan mengajakku sarapan di luar?"

"Tidak jadi. Masakan ibumu lebih enak. Kita sarapan di rumah saja,ya?"

"Huh,terserah!"

*******

Setelah sarapan,Dylan langsung mengantarku ke bandara. Aku sedikit marah padanya. Padahal aku ingin sarapan berdua saja sebelum pergi ke LA.

"Jangan cemberut. Jangan mulai liburanmu dengan marah seperti ini. Kau akan bersenang-senang,kan?" ucap Dylan sambil mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Yeah,setidaknya ini cukup membuatku luluh.

"Pesawatmu akan berangkat sebentar lagi" suara Dylan memecah keheningan diantara kami.

"Zea,jangan mendiamkanku seperti ini. Maafkan aku ya?" Dylan memeluk erat tubuhku. Membuatku sangat nyaman dan mengurangi kemarahanku.

"Well,tapi kau berhutang padaku. Saat aku kembali kau harus menyanyikan sebuah lagu untukku. Sambil bermain gitar"

"Itu saja? Sangat mudah. Aku bisa menyanyikan lebih dari satu lagu untukmu"

"Tidak semudah itu. Kau harus bernyanyi di hadapan semua orang di kampus"

"Um,baiklah. Aku akan melakukannya. Eh,pesawatmu akan segera berangkat. Ayo!"

"Kau ingin oleh-oleh apa?"

"Aku hanya ingin kau cepat kembali,Ok? Dan kau harus rajin mengabariku saat berada di LA. Aku akan menjemputmu saat kau pulang. Dan yang terpenting,jangan tergoda oleh pria lain"

"Cerewet. Baiklah,aku harus pergi sekarang. Bye Dee"

"Jaga dirimu,ya" ucapnya sambil mencium puncak kepalaku.

Aku segera memasuki pesawat dan mencari kursiku. Aku menatap ke luar sekilas,kemudian memutuskan untuk memejamkan mata. Membiarkan burung besi ini membawaku terbang.


Hai ! Gak menarik ya? Maafkan.

One Direction gak ada? Maybe next chap ya..Please Vomments guys :)

Love,Hz.

Tears Become LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang