=Enjoy this long chapter!=
Zea's POV
Sesuatu yang hangat terasa di telapak tanganku saat aku mulai membuka mata. Tangan seorang pria yang tertidur di samping kasurku. Aku senang melihatnya. Seperti bertemu seseorang yang telah lama tidak kulihat. Mungkinkah?
Tanganku ingin bergerak untuk menyentuh rambutnya, tapi aku merasa kasihan kepadanya. Sepertinya dia telah duduk di sana sejak semalam. Suara dengkuran halusnya terdengar dari balik wajahnya yang tenggelam dalam siku tangannya.
"Hmmmm...." Dia terbangun sambil meregangkan otot tangannya. Dia..Dylan? Tidak mungkin, aku pasti sedang bermimpi. Aku belum terbangun dari tidurku, kan?
"Zea, kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Apa tubuhmu terasa sakit?"
Aku terdiam mengamati wajahnya. Kenapa mimpi ini begitu nyata? Aku dapat mendengar suaranya. Bahkan aku dapat mendengar hembusan nafasnya.
"Zea, kau baik-baik saja?" dia membelai pipiku. Aku menahan tangannya dan menggenggamnya.
"Apa..kau Dylan? Apa aku sudah bangun?"
"Ini aku Zea. Apa kau sudah lupa? Dan kau sudah bangun. Dunia mimpimu telah berakhir sekarang."
"Dy-lan, aku...aku merindukanmu." Aku memeluk tubuhnya sangat erat. I really miss him so much. Dan air mata ini pasti tidak akan pernah bisa tertahan di hadapan Dylan.
"Aku juga sangat merindukanmu Zea. Kemana kau selama ini? Kenapa kau tega membiarkanku hampir mati untuk mencarimu? Aku sangat merindukanmu, Zea..."
"Maafkan aku Dylan. Aku sangat menyesal. Maafkan aku..."
"Aku yang seharusnya meminta maaf. Maaf karena aku terlalu sibuk dan tidak memperhatikanmu. Mulai sekarang kau harus menceritakan semua masalahmu dan aku akan mendengarkannya dengan baik, ok?" ucapnya sambil menghapus air mataku.
Aku menganggukkan kepalaku sedikit dan tersenyum tipis. Tentang bayi ini, apa aku siap menceritakannya? Atau jangan-jangan, dia sudah mengetahuinya dari dokter?
"Dylan, boleh aku...tanya sesuatu?"
"Tentu. Apa yang ingin kau ketahui?"
"Apa yang dikatakan dokter tentang diriku? Ehm, tentang kesehatanku."
"Kau mengalaimi stress berat, asam lambungmu naik dan tingkat keasamannya tinggi sehingga melukai dinding ususmu dan membuatmu muntah darah. Dan juga tekanan darahmu rendah sehingga membuatmu pusing. Ah iya.."
Deg!
Aku takut dengan kalimat yang akan diucapkan oleh Dylan. Aku benar-benar tidak ingin mendengar tentang kehamilan, bayi, rahim, dan semua yang berhubungan dengan itu. Aku terlalu takut.
"Dokter bilang kondisi tubuhmu sangat lemah sehingga kau membutuhkan banyak istirahat."
"Huh, syukurlah." Aku menghela nafas lega setelah mendengar perkataannya.
"Apa yang harus disyukuri? Saat ini kondisimu benar-benar sangat buruk tapi kelihatannya kau sangat senang mendengar jawabanku. Kau aneh, Zea."
"Ah..itu..setidaknya aku tidak memiliki penyakit yang akan membuatku mati dalam waktu dekat."
"Hei, kenapa kau berkata seperti itu? Kau tidak akan meninggal dengan cepat. Bahkan malaikat tidak akan berani mencabut nyawamu jika aku tidak mengizinkannya."
"Memangnya kau siapa? Tuhan?"
"Aku adalah malaikat pelindungmu Zea." Dia menatap ke atas, kemudian meletakkan tangan di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Become Loves
Fanfiction"I'm not a prince. Aku tidak bisa membuatmu menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Tapi aku akan mencintaimu dan menjagamu." [Harry] "I don't need a prince to be a princess. Karena Harry Styles-ku yang akan menjadikanku seorang putri di dalam kehi...