Harry's POV
Aku mengamati wajah cantiknya yang sedang terlelap. Dia terlihat sangat buruk. I mean, sepertinya dia sedang menghadapi banyak masalah. Tubuhnya semakin kurus dari terakhir kali aku melihatnya.
Entah kenapa, aku merasa memang telah menyukainya sejak dia datang pertama kali ke restoranku. Sepertinya dia gadis yang baik dan mudah bergaul. Aku masih mengingatnya saat dia berbincang-bincang dengan Gemma. Seperti seorang teman yang sangat akrab padahal dia baru pertama kali bertemu Gemma.
"Astaga...." dia mulai membuka matanya dan mendengus perlahan sambil memegangi kepalanya. Kurasa dia masih kesakitan.
"Zea, are you okay?"
"Kau.. bagaimana aku bisa ada di sini? Apa ini rumah sakit?"
"Tidak. Kau masih berada di restoranku. Kau pingsan setelah pria itu pergi tadi."
Pandangan matanya kosong setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Mungkin pria itu adalah kekasihnya.
"Kau ingin makan sesuatu? Atau kau mau ku antar pulang?"
"Terima kasih. Tapi aku bisa pulang sendiri. Terima kasih sudah menolongku."
Aku hanya mengangguk mendengar jawabannya. Sejujurnya aku ingin mengantarnya pulang. Aku tidak yakin dia dalam keadaan baik-baik saja untuk bisa pulang sendiri.
"God!" dia memekik kesakitan saat berdiri. Dan aku melihat noda darah pada bagian belakang bajunya.
"Apa.. kau ingin ganti baju terlebih dahulu? Sepertinya kau sedang..ya..ehm..mendapat tamu bulanan." Aku tergagap mengatakannya. Mungkin wanita akan merasa malu jika seorang pria memberitahunya bahwa dia 'bocor'.
"Benarkah? Apa aku berdarah?" dia bertanya padaku dengan wajah tak percaya, dan juga sedikit senang. Aneh.
"Kau bisa mengeceknya. Kamar mandinya di sebelah sana."
"Tidak, tidak perlu. Apa tawaranmu masih berlaku? Bisa kau mengantarku ke rumah sakit?"
"Apa?! Maksudku, tentu. Aku akan mengantarmu."
Sejurus kemudian aku melenggang menuju tempat parkir dan mengantar Zea ke rumah sakit dengan mobilku.
"Terima kasih Harry. Kau adalah orang yang sangat baik. Aku sangat berterima kasih. Sekarang kau boleh kembali. Pelangganmu sudah menunggumu." Dia berulang kali mengucapkan terima kasih padaku, dan dia terlihat sangat bersemangat memasuki rumah sakit meskipun dia masih kesakitan saat berjalan.
Zea's POV
Aku sangat bersemangat saat memasuki rumah sakit. Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Hari ini dokter akan memeriksaku dan mengatakan 'maaf, aku turut berduka atas kehilangan bayimu'. Aku yakin darah ini menandakan bahwa dia sudah lenyap, dia akan pergi dari tubuh dan kehidupanku.
"Syukurlah janinnya baik-baik saja. Kau hanya mengalami pendarahan. Tapi biar bagaimanapun, kondisi seperti ini tidak baik untukmu dan juga kandunganmu. Berat janinnya lebih ringan daripada janin normal. Kau harus menjaganya dengan baik."
"Apa?! Apa..kau salah bicara? Bukankah seharusnya kau mengatakan bahwa aku kehilangan bayi ini?"
"Yang terjadi biasanya memang seperti itu. Dengan usia kandungan dan kondisi janin yang seperti ini, pendarahan sangat rentan dengan keguguran. Tapi bayimu luar biasa, dia bisa bertahan."
"Bisakah kau melakukan aborsi untukku, Dokter Clara?"
"Zea, apa yang kau pikirkan? Aku tidak akan melakukan aborsi. Dia adalah anakmu. Kau sangat beruntung karena bisa memilkinya. Kau harus menjaganya dengan baik, Zea."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Become Loves
Fanfiction"I'm not a prince. Aku tidak bisa membuatmu menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Tapi aku akan mencintaimu dan menjagamu." [Harry] "I don't need a prince to be a princess. Karena Harry Styles-ku yang akan menjadikanku seorang putri di dalam kehi...