Zea's POV
"Kau akan menghabiskan malam bersamaku,Perrie. Kumohon maafkan aku"
"Jangan. Jangan menyentuhku. Jangan lakukan,kau akan merusakku. Stop it! Aku bukan Perrie!!"
"Jangan lakuk--Aaaahhh!"
"Zea! Bangun,Zea!!"
Fuck. Aku benci mimpi buruk ini. Bagaimana aku tidak gila jika 'kejadian terkutuk' itu selalu mengisi ruang mimpiku. Pria gila itu,semoga Tuhan sudah mencabut nyawanya dan menghukumnya.
"Zea kau baik-baik saja?"
"A-aku baik-baik saja. Hari ini aku tidak pergi kuliah,okay?"
"Badanmu panas. Kau demam? Baiklah aku tidak akan pergi kuliah. Aku akan menjagamu"
"Olivia,kau harus kuliah. Aku baik-baik saja. Ada Bibi May yang akan menjagaku. Kumohon,aku ingin sendiri"
"Tapi aku—"
Tiin tiin!!
"Kau dengar? Nate sudah menjemputmu. Pergilah zaitun! Kau ini keras kepala,ya"
"Baiklah jagung. Dasar cerewet. Cepat sembuh ya. Bye!"
Aku memandangi punggung Olivia yang meninggalkan kamarku. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertinya. Kalau tidak ada Olivia,pasti aku sudah tidak tahan dan mengakhiri hidupku.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Aku butuh istirahat,tapi aku tidak ingin tidur. That fucking dream akan selalu menghantuiku saat aku memejamkan mata. Aaaaah!! Kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Kenapa Tuhan tidak memilih orang lain? Sejak kejadian itu aku selalu merasa hina saat bertemu Dylan. Dia selalu murah senyum seperti biasanya. Dia begitu mencintaiku. Dia terlihat sangat bahagia saat aku masuk kuliah pagi itu. Dia benar-benar menepati janjinya untuk menyanyikan sebuah lagu untukku di depan banyak mahasiswa. Dan saat itu dia tidak tahu apa pun yang telah terjadi padaku.
Aku ingin mengatakan yang sejujurnya pada Dylan,tapi aku tidak ingin dia merasa sedih. Tidak! Aku tidak siap. Bagaimana jika dia meninggalkanku setelah tahu apa yang terjadi? Bagaimana jika dia tidak percaya padaku?
Drrt! Drrrt!
Dylan! Baru saja aku memikirkannya dan dia sudah menelponku.
"Hei..."
"Zea,kau baik-baik saja,kan? Olivia bilang kau sakit. Kau sudah sarapan? Kau harus cepat sembuh. Kau pasti tahu bagaimana rasanya menjadi aku saat mengikuti mata kuliah Mr.Robert tanpamu"
"Aku baik-baik saja,D"
"Kau terdengar sangat tidak bersemangat! Kau pasti merindukanku,kan? Sepulang kuliah nanti aku akan menjengukmu,OK? Tunggu aku,ya!! Jangan terlalu rindu"
Aku tersenyum mendengar ucapan Dylan. Dia selalu saja terdengar riang. Lucu membayangkan wajahnya di seberang sana.
"Catch ya! Aku tidak akan merindukanmu,wlee! Bawakan aku coklat ya,D?"
"Yes,babe. Oke,aku harus masuk ke kelas Mrs.Rebecca. Bye,Z. Mmuach!"
Tanpa Dylan juga,aku mungkin tidak akan pernah tersenyum lagi. Terkadang aku berpikir,bagaimana aku bisa jatuh hati pada pria konyol ini. Pertama kali bertemu dengannya,dia begitu polos,sangat berisik,cerdik,dan apa adanya. Aku juga ingat saat pertama kali dia memainkan gitarnya dan menyanyikan sebuah lagu untukku.
*******
Dylan's POV
"Zeaaaa! I'm home!!"
Aku sudah tiba di ruang tamu Zea dengan sekantung coklat. Aku sudah berteriak heboh seperti biasanya,tapi suasana rumah ini tetap sepi. Tidak ada orang di rumah?
"Tuan Dylan,jangan berisik. Nona sedang tidur di kamarnya" dari arah dapur datang Bibi May sambil berbisik.
"Oke,aku tidak akan berisik. Aku akan pergi ke kamarnya. Bye,Bi"
Aku melesat ke lantai dua tempat kamar Zea berada. Aku membuka pintunya perlahan. Zea sedang tertidur. Keningnya berkeringat. Baru kali ini aku melihatnya tidur dengan wajah tidak tenang seperti ini. Aku meletakkan seplastik coklat yang tadi kubeli di atas meja dan beranjak ke samping ranjangnya.
"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku,Z? Apa yang membuatmu tidur tidak tenang seperti ini?" Aku berbicara padanya sambil mengelus rambutnya. Sang pemilik rambut hanya mengerang kecil.
"Apa kau sudah tidak percaya padaku? Kau bisa menceritakan masalahmu,Zea. Jangan sembunyikan apapun dariku"
"Tolong,jangan lakukan! Jangan lakukan!!! Lepaskan aku!!" Zea berteriak dalam tidurnya. Kurasa dia mendapat mimpi buruk.
"Zea,bangunlah. Ini aku"
"Jangan lakukan!!" Zea berteriak kencang kemudian membuka matanya. Dia melihatku dengan pandangan takut dan menggeser tubuhnya dengan cepat menjauhiku.
"Zea,kau baik-baik saja? Aku Dylan"
"D-Dylan? Sejak ka-kapan kau..ada di sini?"
"Hm,sudahlah. Aku tahu kau pasti bermipi buruk,kan? Aku akan ambilkan minum. Tunggu sebentar" aku segera berlari mengambil air minum untuknya. Aku begitu panik dan khawatir dengan keadaan Zea.
Zea's POV
Aku berusaha mendudukkan tubuh dan menenangkan diriku sendiri. Tiba-tiba aku merasakan sakit pada ulu hatiku. Shit! Aku baru ingat telah melewatkan sarapanku pagi ini. Pasti asam lambungku naik.
"Zea,kau merasa kesakitan? Mana? Apanya yang sakit?" Dylan kembali dengan segelas air putih,susu, dan beberapa lembar roti.
"Aku ingin minum" aku segera meraih segelas susu yang diberikan Dylan. Baru tiga teguk yang masuk ke dalam tenggorokanku,aku merasa mual dan memuntahkannya kembali.
"Astaga Zea! Are you okay? Aku akan menyuruh Bibi May untuk membersihkannya. Sekarang minumlah air putih sedikit"
"Thanks,babe"
"Aku akan mengantarmu ke dokter sekarang,ya?"
"Tidak perlu,D. Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit kelelahan. Ya,dan masuk angin mungkin...." aku berusaha mengatakannya setegar mungkin. Tapi tetap saja aku sendiri merasa sakit telah menyembunyikan sesuatu dari Dylan. Air mata kembali membasahi pipiku.
Dylan beranjak ke atas kasur dan duduk di sampingku. Dia memelukku dan membawa kepalaku untuk bersandar di dada bidangnya.
"Kau tahu,kau boleh menceritakan semua masalahmu,babe"
"Masalah apa,D? Aku hanya merasa sedikit lelah. That's all"
"Aku tidak suka melihatmu kesakitan seperti ini. Aku ingin besok lusa kau sudah sembuh dan kau akan masuk kuliah,okay?"
"I hope so. Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku,ya?"
"Tanpa kau minta aku juga tidak akan meninggalkanmu,Zea. Sudah sekarang tidurlah"
Aku tersenyum mendengar jawaban Dylan. Setidaknya aku merasa lebih tenang mengetahui dia tidak akan meninggalkanku. Aku mempererat pelukanku dan berusaha terlelap.
Hai,aku update nih!
Di tengah-tengah tugas sekolah yang seabrek,masih menyempatkan buat update,lho.
So,leave your vomments please. Thanks :)
Love,Hz :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Become Loves
Fanfiction"I'm not a prince. Aku tidak bisa membuatmu menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Tapi aku akan mencintaimu dan menjagamu." [Harry] "I don't need a prince to be a princess. Karena Harry Styles-ku yang akan menjadikanku seorang putri di dalam kehi...