Olivia's POV
"Sudah terlambat Olivia. Aku akan mati." Zea tersenyum tipis. " Maafkan aku Olivia." suaranya lirih. Tubuhnya lunglai, dia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Zea pingsan. Atau mungkin mati? Oh,tidak tidak!!
"Zea!!! Bangun Zea!!" aku berteriak. Panik!! Aku tidak bisa berpikir saat aku panik.
"Bodoh Olivia! Lakukan sesuatu. Berpikirlah otak udang!!" aku merutuki diri. Aku berusaha menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus aku lakukan.
"Dylan!! Aku harus memberitahu Dylan." aku segera mengambil Iphone Zea dan menghubungi Dylan.
Tuut tuut tuut!
"Dylan, cepat angkat telponnya!"
Sial. Dylan tidak menjawab telponku. Aku melihat Zea yang semakin pucat karena kehilangan banyak darah. Tanpa berpikir panjang aku membawanya ke rumah sakit.
"Zea bertahanlah. Aku tahu kau akan sangat marah jika mengetahui bahwa aku yang mengemudikan mobilnya. Aku tahu aku tidak bisa mengemudikan mobil dengan baik. Tapi berharaplah aku bisa membawamu ke rumah sakit dengan selamat. Jika tidak..kita akan mati bersama." mulutku terus mencerocos saat aku berusaha menghidupkan mobilnya. 'Olivia, kau bisa!!' Aku mulai menjalankan mobilnya sambil berusaha menenangkan diri. Aku tidak boleh terlambat membawa Zea.
*******
"Dokter!! Perawat!! Tolong aku!"
"Astaga! Apa yang terjadi?"
"Dia telah berusaha bunuh diri. Tolong selamatkan dia!!"
Dokter dan para perawat membawa Zea ke dalam ruang UGD. Aku ingin menemaninya di dalam. Tapi perawat memintaku untuk menunggu di luar.
"Apapun yang terjadi, tolong selamatkan dia. Aku mohon!!" pintaku sebelum perawat menutup pintu ruangan.
"Kami akan melakukan yang terbaik. Tabahkan dirimu." ucap sang perawat menenangkanku.
*******
"Permisi, apa kau keluarga dari Nona Zea?" seorang dokter muda yang cantik keluar dari UGD setelah selama 30 menit menangani Zea.
"Ya..aku—aku saudaranya. Apa yang terjadi dengannya? Dia baik-baik saja kan?"
"Kesehatannya sangat buruk. Dia juga mengalami stress berat. Bisakah kita membicarakannya secara pribadi? Ikutlah ke ruanganku."
"Oh,tentu."
Aku mengikuti dokter tersebut. Dokter Clara namanya. Dia masih muda tapi sikapnya sangat dewasa. Aku sangat nyaman berbicara dengannya. Seolah aku sudah mengenalnya sejak lama.
"Aku sangat berterima kasih karena anda telah menyelamatkan Zea, Dokter Clara."
"Tidak perlu berterima kasih. Itu sudah menjadi tugasku sebagai dokter. Panggil aku Clara saja."
"O..Oh, iya. Terima kasih, Clara."
"Ehm, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?"
"Tentu. Apa yang ingin anda tanyakan, dok? Eh, Clara?"
"Apakah yang menyebabkan Nona Zea mengalami stress berat seperti ini adalah...tentang kehamilannya?" Clara mengucapkannya dengan sangat hati-hati. Dia tidak ingin aku tersinggung dengan kata-katanya.
"Kehamilannya? M-maksudmu?" aku mengernyit. Bingung. Apa? Siapa yang hamil? Apa maksudnya?
"Bukankah anda tahu jika saat ini Zea sedang mengandung? Usia kandungannya 3 minggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Become Loves
Fanfiction"I'm not a prince. Aku tidak bisa membuatmu menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Tapi aku akan mencintaimu dan menjagamu." [Harry] "I don't need a prince to be a princess. Karena Harry Styles-ku yang akan menjadikanku seorang putri di dalam kehi...