Author's POV
Zea membuka pintu kamar Zayn dengan kasar dan segera menuju kamarnya sendiri sambil menangis. Harry,Liam,Louis dan Niall yang berada di depan kamar Zayn tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Setelah Zea pergi,mereka tertawa terbahak-bahak. Oh,kecuali Liam dan Zayn.
"Astaga!! Lihatlah gadis baru Zayn. Sangat modis!!" ucap Louis sarkastik sambil memegangi perutnya.
"Zayn,siapa gadis itu?"Tanya Liam penuh selidik.
"Kekasih barumu? Bagaimana dengan berry-berry itu"tambah Harry sekenanya tanpa berhenti tertawa.
"Masuklah ke dalam kamarku,aku akan menceritakan semuanya" ucap Zayn lirih.
Mereka berlima masuk ke dalam kamar Zayn dengan antusias. Mereka ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada Zayn dan gadis itu.
"Astaga,arab gila!! Kamarmu benar-benar berantakan. Apa terjadi perang semalam?"celoteh Niall dengan mulut penuh keripik kentang.
"Ssshh,diamlah pirang!!" tukas Harry.
Zayn segera duduk di pinggiran kasurnya. Dia ingin menceritakan semuanya,tapi ada keraguan dalam hatinya. Ketakutan juga mulai menghantuinya. Zayn mengusap wajahnya kasar,kemudian mengatur nafasnya. Ruangan itu hening seketika. Hanya ada suara mulut Niall yang tidak henti-hentinya mengunyah keripik kentang yang dibawanya. Setelah merasa sedikit tenang,dia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah kesalahan yang benar-benar tidak ingin ia lakukan.
"Arab gila!! Kau benar-benar memperkosanya?!!" teriak Niall sambil terus mengunyah keripik kentangnya.
"Jaga ucapanmu pirang!!" tukas Harry yang merasa terganggu dengan suara Niall.
"Lalu bagaimana dengannya Zayn? Apa kau mau bertanggungjawab jika terjadi sesuatu padanya?" ucap Liam dengan nada khawatir.
"Apa maksudmu bertanggung jawab?" tanya Zayn yang tidak mengerti dengan maksud perkataan Liam.
"Jika dia hamil,apa kau bersedia menikahinya?" Louis yang sedari tadi bungkam akhirnya bersuara.
"Tidak bisa!! Aku mencintai Perrie. Lagipula,aku tidak sengaja melakukannya"
"Tapi kau sudah merusak gadis itu. Apa kau tidak memikirkan perasaan gadis itu? Apa yang akan terjadi dengan masa depannya? Setidaknya kau harus berbicara dengannya. Minta maaf padanya"
"Aku tidak mengenal gadis itu. Bagaimana aku bisa minta maaf padanya?"
"Dia juga menginap di hotel ini kan? Cepat kau cari dia"
"Hotel ini tidak kecil. Bagaimana aku bisa menemukannya"
"Cepatlah unta, cari saja sebelum dia pergi dari hotel ini"
Akhirnya Zayn mengikuti saran teman-temannya untuk mencari gadis itu. Dia bertanya kepada setiap orang yang ia temui. Dia juga menunggu di lobby hotel,barangkali dia bisa bertemu gadis itu saat gadis itu hendak meninggalkan hotel.
"Maaf tuan. Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang resepsionis hotel.
Bodoh. Kenapa dia tidak bertanya kepada resepsionis saja sejak tadi?
"Apa kau melihat seorang gadis cantik,rambutnya panjang kecoklatan,tingginya kira-kira sebahuku,dan mungkin matanya sedikit sembab. Apa kau melihatnya?"
"Oh,gadis itu. Ya,dia baru saja pergi 5 menit yang lalu. Ada apa tuan?"
"Eh,tidak. Terimakasih"
Keempat teman Zayn menghampirinya dan berniat untuk membantunya.
"Bagaimana Zayn? Bisa kita membantumu?"
"Terlambat,dia sudah pergi"
Zea's POV
"Nona,sebentar lagi kita tiba di bandara London" suara lembut seorang wanita membangunkanku. Dia adalah pramugari pesawat.
"Hmm..terima kasih" ucapku dengan suara serak. Ya Tuhan,aku merasa sekujur tubuhku remuk. Rasa sakit menjalar di setiap inci tubuhku. Entah karena posisi tidurku yang kurang pas selama burung besi ini membawaku terbang atau karena kejadian..Ah lupakan saja,Zea!!
Benar saja,beberapa menit kemudian pesawat ini sudah mendarat. Aku menghela nafas lega karena telah tiba di London. Aku segera keluar dari pesawat,kemudian pergi untuk mengambil koper dan barang-barangku. Aku berencana pulang dengan taksi sampai seorang wanita berambut pirang berlari ke arahku sambil meneriakkan namaku.
"Zeeeeaaaaa!!" itu Olivia?
"Olivia,kau datang untuk menjemputku?" aku berusaha berbicara dengan nada seriang mungkin.
"Tidak,aku menjemput oleh-olehnya"
"Oh,begitu? Baiklah,ini oleh-olehnya dan kau boleh pergi"
"Aishh,aku bercanda. Aku merindukanmu,Z"
"Aku lebih merindukanmu. Lain kali aku tidak ingin pergi sendiri" aku sudah berusaha menahan air mataku,tapi tetap saja mataku kalah melawan air matanya sendiri.
"Kenapa kau menangis? Aku tahu kau merindukan sahabatmu yang super cantik ini,tapi kau tidak perlu sesedih itu"
'Zea,kau sangat cengeng,payah'. Aku merutuki diriku sendiri. Kenapa menahan air mata saja rasanya susah sekali. Aku justru menangis sesenggukan di bahu Olivia.
"Oke,aku tahu kau pasti sangat lelah. Kita pulang saja,ya? Sudah jangan menangis" Olivia mengusap punggungku pelan,kemudian membantu mambawakan barang-barangku dan membawaku pulang.
*******
Akhirnya aku tiba di rumahku. Tempat yang paling aku sukai. Yeah,dad memberiku sebuah rumah berukuran sedang di London. Aku tinggal bersama Olivia dan dua pembantu. Aku segera menuju kamar dan menenggelamkan wajahku di balik bantal. Hm,lagi-lagi aku menangis.
"Zea,kau tidak lapar? Bibi Merry sudah membuatkan makanan kesukaanmu"
"Aku tidak lapar. Aku ingin istirahat. Biarkan aku sendiri,Olivia"
Eh,dasar bocah ini. Aku menyuruhnya pergi,tapi dia merebahkan dirinya di sampingku sambil menarik bantal di wajahku secara paksa.
"Sudah kuduga kau menangis lagi. Sebenarnya apa yang terjadi? Ceritakan padaku,Z"
"I'm...I'm not virgin anymore"
"What?! Kau dan Dylan sudah....."
"Tidak. Bukan Dylan. Bahkan aku tidak mengenal pria itu"
"Tidak kenal? Kau diperkosa? Kita harus cepat melaporkan kejadian ini,Z!"
"Bodoh" tukasku sambil menjitak kepalanya. "Siapa juga yang mau menangani kasus seperti ini,Olivia. Ini Eropa. Hal seperti ini sudah biasa terjadi. Lagipula apa kau pikir media tidak akan menyorot dadku? Dia pengusaha terkenal. Aku tidak mau karirnya hancur karena aku"
"Apa kau sudah menceritakan hal ini kepada Dylan atau mom?"
"Tidak perlu. Semua akan baik-baik saja" ucapku mantap.
"Kau yakin?"
"Aku yakin! Semua akan baik-baik saja" Semoga memang tidak terjadi apa-apa padaku. Semoga.
Oi oi oi! Aku balik cepet nih! Bentar lagi UAS. Kayaknya bakal jarang buka Wattpad.
Keep reading ya kakak-kakak semua. Sarannya juga ditunggu,lho.
5 votes buat next chapter please?
Love,Hz :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Become Loves
Fanfiction"I'm not a prince. Aku tidak bisa membuatmu menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Tapi aku akan mencintaimu dan menjagamu." [Harry] "I don't need a prince to be a princess. Karena Harry Styles-ku yang akan menjadikanku seorang putri di dalam kehi...