Bab. 10

13.6K 1K 98
                                    

Vance

Mataku mendelik, mengintip Yue yang sedang mojok berdua dengan Si Bencong setelah Lexus menyeret Rin ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Pagi hari yang damai menjadi buruk gara-gara Lexus sialan itu seenaknya memutuskan untuk menginap di rumahku selama seminggu masa inpeksi tahunan sekolah kebanggaannya itu.

Padahal sejak sekolah itu dibangun empat tahun yang lalu, dia selalu memilih tinggal di rumah Jalang Senior. Tapi tahun ini dia malah seenaknya memutuskan tinggal di rumah ku dan sok-sokan mencampuri urusanku dengan Yue.

Menyebalkan. Si Bencong itu juga, buat apa dia senyum-senyum mencurigakan seperti itu dengan Yue? Sejak kapan juga mereka bisa menjadi akrab seperti itu? Tertawa bersama seolah-olah kemarin Si Matre tak duduk gemetaran sambil memeluk Rin.

Aku harus mencaritahu apa yang mereka bicarakan, tak ada tindakan mencurigakan yang boleh terjadi di rumahku. Apalagi jika Si Bencong itu sampai mencuci otak Yue dan membuat pria cantik itu mengikuti hobi berpenampilan ala gadis remaja menjijikkan.

Aku tak terima Yue jadi bencong, dia harus tetap sinis seperti biasanya.

"Jadi Kakak akan tinggal di sini seminggu? Sayang sekali, coba lebih lama. Aku pasti senang." Itu kata Yue.

Apa yang salah dengan otaknya? Kakak!? Sejak kapan Si Bencong super cengeng itu jadi kakaknya!

"Maaf ya, tapi Lexie tidak bisa tinggalkan Romi lama-lama. Abang juga sibuk, cuma punya waktu seminggu. Bagaimana mana kalau Yue ajak Vance pulang ke rumah?"

Cih! Si Bencong itu juga sok-sokan elus-elus kepala Yue, seenaknya memperlakukan Yue seperti adiknya. Aku tak terima!

"Tuan Vance? Cih! Aku bahkan sudah muak melihat mukanya." Apa!? Sikap macam apa itu? Padahal tadi dia senyum-senyum, tapi begitu menyebut namaku ekspresi wajahnya jadi berubah muak.

Aku kesal!

"Eh!? Kok, jangan begitu Yue... Vance sayang sama Yue, kalau Yue sinis seperti ini nanti Vance bisa sedih." Makin kesal ditambah dengan kalimat menjijikkan yang selalu menyebutkan nama orang berulang-ulang itu.

"Dia bilang aku bukan siapa-siapanya, lalu buat apa aku peduli. Biarkan saja Tuan Denial itu sedih, sakit pantat sekalian."

"Yue jangan begitu! Tidak sopan mengumpat menyebut pantat semudah itu."

"Habis... Dia seenaknya mempermainkan hatiku." Lirih Yue, memeluk Si Bencong bermanja-manja.

Aku makin kesal, padahal kalau ku peluk dia selalu minta bayaran. Tapi sama laki-laki berpakaian ala boneka barbie itu dia malah memeluk duluan, tanpa minta uang. Cih!

"Bukan kok, Vance tak pernah mempermainkan hati orang, apalagi orang yang dia cintai. Vance cuma pemalu, Yue lihat dari sikapnya saja, jangan dengarkan kata-kata Vance. Mulutnya sudah jadi denial permanen kata Daddy Mika." Ini juga, seenaknya mencapku denial permanen!?

"Benar?" Yue tolol! Jangan langsung percaya!

ARGGGH!! AKU KESAL!!!

Kenapa aku harus mengendap-endap di rumah ku sendiri dan mendengarkan bagaimana mereka asik mengosipkan ku sambil makan es krim!?

"Heeh, percaya deh sama Lexie. Yue minta apa saja pasti Vance akan berikan kok, tinggal bilang." Itu tangan juga, singkirkan dari tangan Yue. Bisa-bisa virus bencongnya menular, aku tak sudi melihat Yue pakai gaun!

"Tinggal bilang ya..." Tunggu! Senyuman picik apa itu!? Pasti dia mau memerasku setelah ini.

Lihat saja, apapun yang dia minta tak akan aku belikan. Seenaknya saja Yue memerasku, menuduh ku dan bersikap buruk padaku. Dia pikir aku akan sudi dibudak olehnya? Cih! Mimpi! Aku yang akan memperbudaknya!

OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang