Bab. 18

8.8K 890 52
                                    

Vance

Baru seminggu kami tiba di sini, dan lihat lah tingkah Yue. Si Cebol cantik itu asik berpura-pura jinak, mengambil hati satu per satu anggota keluargaku untuk dijadikan sekutu.

Dia tersenyum polos, berlarian seperti bocah dan seenaknya memeluk siapa pun yang ia temui, menatap memelas demi uang jajan tambahan. Benar-benar bikin malu, juga jegah di saat yang sama ketika melihatnya berpura-pura jadi korban yang dipaksa tinggal bersama dengan ku.

"Yue, sini nak!!" Itu teriakan Uncle Mikael, membawa sekeranjang kue pai madu.

Tentu saja Yue langsung menghampirinya, menadahkan tangan menerima pai itu. "Ehehe... Terima kasih Mika." Ucapnya sok malu-malu, memamerkan senyuman polos tipuannya.

Karena Yue yang sebenarnya sama sekali tak polos, dia juga bukan bocah. Dia seorang pria jalang licik berumur 22 tahun tapi bertampang seperti remaja tanggung, terlihat seperti itu karena tubuh cebolnya. Bahkan ia lebih cebol dari Blade yang berdiri di sampingnya, kalah tinggi dari anak berumur 10 tahun. Hump... Memalukan!

Sekarang ia malah berlari ke arah Vivian saat wanita itu memanggilnya, sambil melompat-lompat kecil. "Apa? Kakak memanggilku?" Sok jadi adik lagi, dasar tak tau diri! Semua kakakku dia klaim jadi kakaknya.

"Iya, kemarin aku melihat kalung ini, kupikir akan sangat cantik kalau kamu yang pakai. Yue tidak keberatan menerimanya kan?" Cih! Itu kalung emas dengan bandul berlian berbentuk bulan yang indah, tentu saja Si Matre itu akan dengan senang hati menerima.

"Mau! Mau! Aku kan sayang Kak Vivian, apapun pemberian Kakak pasti aku mau pakai. Pakaikan ya, kakak..." Lihat? Dia langsung mengangguk antusias, menyodorkan lehernya sambil tersenyum puas di belakang Vivian.

"Cih! Padahal kau sendiri yang bilang kalau tak mau punya kakak mengerikan seperti Vivi, sekali diberi kalung saja sok bilang sayang!" Teriakku sinis, menimbrung obrolan mereka dari jauh.

"Uh, kau bilang apa Vance. Aku tak mengerti kata-katamu..." Itu balasan Yue, memasang wajah seperti seorang korban penindasan. "...Aku kan memang selalu ingin punya kakak, apalagi yang anggun seperti Kak Vivian dan Kak Samantha." Memeluk istri Lexus yang ada di sebelah Vivian, mencari perlindungan di sana.

Seolah-olah aku seorang penjahat yang berniat melukainya. Dasar parasit picik! Sekarang giliran aku yang jadi pusat perhatian, menerima tatapan seperti tersangka oleh keluarga besar ku sendiri.

"Huft! Sama istri sendiri jahat begitu, Vance mah gitu!" Itu komentar kembaran Mommy yang jalang.

"Si Cebol itu bukan istriku!" Aku tak terima, langsung melemparinya dengan kuas yang ku genggam.

PLAK!

Kena, tapi bukan Uncle Marvis. Melainkan kepalaku yang kena tamparan palet dari Mommy yang murka, bukan murka karena adiknya ku tindas, tapi murka karena lukisan yang ia minta tak selesai-selesai dari tadi.

"Anak bodoh! Jangan ganggu Yue terus, cepat selesaikan lukisannya! Tyler sudah lelah terus duduk seperti itu!" Salah sendiri menyuruh ku melukis mereka berdua selama acara piknik keluarga tahunan kami.

Padahal Daddy tak tampak lelah sama sekali, malah tertawa kecil melihatku di omeli Mommy yang makin terlihat seperti nenek-nenek cerewet, malah minta dilukiskan dengan pose pasangan standar.

Daddy duduk cantik dan Mommy sendiri berdiri di belakangnya sambil merangkul bahu Daddy agar terlihat seperti pasangan harmonis atau lebih tepatnya agar dia terlihat seperti seme-nya. Tapi sejujurnya malah tampak makin seperti dia uke-nya. Soalnya cara duduk Daddy sangat maskulin dan cara merangkul Mommy terkesan manja ala-ala uke kegatalan.

OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang