Feyrin berlari dengan riangnya, mencari bunda kesayangan demi sebuah kamera penting yang ia butuhkan. Lupa begitu saja dengan keberadaan Lexus yang bersama dengannya tadi.
"BUNDA PELA!! PINJAM KAMELA!! CEPAT!" Jeritnya tak sabaran, menarik rok bundanya yang sedang sibuk merias Lexie.
"Nanti Feyrin, Bunda lagi sibuk buat uke unyu kita jadi makin unyu." Balas Marvella acuh.
"CEPAT BUNDA, NANTI DADDY PEN KEBULU SELESAI ICEH-ICEH! LIN MAU BUAT ALBUMNYA!" Feyrin tak peduli dengan kesibukan bundanya, hasratnya untuk memiliki album pribadi mesum itu membuat dia menjadi liar.
Ditendangnya kotak make up Marvella, menarik kabel hairdryer dengan brutal. Sang Bunda tak marah, malah ikut membuang sisir dan spons bedak yang ia pegang. "Ambil di ruang kerja Jouis, laci lemari dekat jendela. Bunda mau ambil handycam di kamar dulu." Memberi perintah dengan amat serius.
"Ciap Bunda!" Patuh Feyrin, bersikap seperti anak yang berbakti.
Detik berikutnya kedua wanita itu lari menuju tujuan masing-masing, meninggalkan Lexie yang kebingungan di ruang tamu.
"Eh? Kok..." Gumam Lexie, masih belum mencerna apa yang diributkan oleh adik dan keponakannya itu.
Bersamaan dengan itu, Lexus datang menyusul dengan ekspresi wajah yang murka? Oh.. Lexie semakin kebingungan.
"Abang kenapa? Kalau cari Rin, dia ke ruang kerja Kak Jouis." Tanya Lexie cemas, menghampiri abangnya.
"Manisnya~ Kau sangat cocok didandani seperti ini, mana Abang lihat. Putar badanmu Lexie..." Tapi Lexus malah memujinya, lupa dengan kemarahannya tadi.
( ̄▽ ̄) Wajah Lexie langsung berubah, bukannya tadi abangnya sedang marah?
"Abang bukannya sedang mencari Rin ya?" Tanya Lexie, mengingatkan kembali tujuan awal Lexus.
"( ゚ヮ゚) Ooh..." Itu reaksi Lexus.
Si Abang baru saja teringat kembali tujuan awalnya yang ingin meluruskan pola pikir sesat keponakannya itu.
Hal yang merupakan kesialan bagi sepasang ibu dan anak yang tengah berlarian menuju lorong penghubung kedua rumah tersebut. Tentu saja sambil membawa properti andalan mereka, benda yang menyimpan begitu banyak rekaman panas penuh dosa duniawi.
"Kalian berdua berhenti..." Desis Lexus mengancam, sekalian menarik tangan mereka berdua agar tak kabur.
Deg! (!!゚Д゚)
Keduanya berhenti bersamaan, melirik ke belakang takut-takut dengan kompaknya.
"Eh, ada Abang..."
"Hai... Uncle..."
Reaksi mereka, memasang ekspresi wajah sepolos mungkin. Seolah tak sedang memikirkan rencana dokumentasi malam pertama Vance.
"Kalian mau kemana? Bawa-bawa kamera sebanyak itu..." Dingin Lexus.
"Um... Itu... Mau selfie sama-sama Feyrin! Buat album kenangan rutin kita, iyakan Feyrin?" Elak Marvella, padahal nyatanya semua album kenangan mereka berisikan foto-foto random adegan mesra pasangan gay yang mereka kuntit bersama.
"Huuh! Lin cama Bunda Pela kan kompak!" Balas Feyrin, mendukung kesaksian palsu itu.
Lexie pun menimbrung, percaya begitu saja kata-kata tipuan mereka. "Manisnya...Lexie boleh ikut?" Dengan polosnya bertanya apa boleh mengikuti kegiatan rutin sesat mereka atau tidak.
"Boleh! Nanti biar Auntie Lexie ikut praktekan juga! Iyakan Bun?"
"Iya! Iya!! Makanya ayo cepat, nanti Vance keburu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION [END]
RomanceVance dan Yue hanyalah orang asing yang tak saling peduli saat mereka sengaja dipertemukan dengan paksa oleh iblis kecil bersosok malaikat kesayangan Vance. Namun ternyata dibalik kehidupan mereka yang sangat berbeda, mereka memiliki tiga kesamaan...