Bab. 16

9.8K 861 129
                                    

Yue

Vance menghilang, meninggalkan aku sendirian di kamarnya. Dipelototi oleh seorang asing yang tak ku kenal, berjongkok di samping tempat tidur. Mata hitamnya menatap lurus padaku, tangannya bermain seenaknya di rambutku sementara tangan yang lain bergerak mencurigakan, menarik selimut yang menyelimutiku perlahan-lahan...

"Yah... Ternyata pake baju Mikael." Keluhnya, memasang wajah kecewa.

Aku pun sadar, di sisi tempat tidur yang lain ada seorang lainnya. Seorang pria nyentrik berambut oranye terang, perlahan aku membalikkan badan, menatap acuh pada pria bernama Mikael itu.

"Kan dah gue bilang, nih bocah bukan pacar Vance. Dia cuma doyan tante-tante montok yang dadanya tumpah-tumpah." Balas Si Nyentrik.

Seorang lagi yang ternyata seorang wanita tomboi itu, menarik habis selimutku hingga tak tersisa. "Lihat tuh! Dia pake piyama Vance! Udah pasti pacarnya, gue yang menang!" Nyolot menghadapi Mikael seolah-olah aku yang mereka perdebatkan tak ada di sini.

Aku pun duduk bengong, melihat meneliti kedua manusia cukup berumur itu saling tunjuk dengan ngotot. Tak paham dengan permainan apa yang mereka mainkan, yang kupahami dari perdebatan itu hanyalah sesuatu tentang Vance dan aku.

"Ngak lah! Blom tentu kali Lex, selama Vance gak kenalin dia jadi pacar, loe belum menang."

"Aturannya gak gitu! Asalkan kebukti dia pacarnya Vance, gue dah menang!"

"Mana buktinya!? Dia gak bugil tuh pas kita grebek!"

"Masa mau tunggu loe lihat dia bugil dulu sih, emang dasar uke rempong loe!"

Perdebatan itu pun makin sengit, diiringi dengan adegan saling jitak dan cubit... Hingga sebuah suara menginterupsi perdebatan itu. Berasal dari seorang pria yang entah sejak kapan duduk di kursi meja kerja Vance.

"Gue yang menang, kalian berdua kalah." Itu katanya, tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali dari sebuah buku yang tengah ia baca.

"Gue yang menang Babe, uke unyu lho~. Vance bawa cowok cantik jadi menantu kita!" Wanita itu berbalik, terkekeh menyebalkan menghampiri pria itu. Mengucapkan kata-kata sejenis Rin, sebuah kalimat pendek pembawa masalah buatku.

"Gak, gadis muda. Gue yang menang." Balas pria itu, menujuk tepat ke wajahku.

Aku pun sadar satu hal, dia mengira aku seorang gadis? GADIS MUDA!?

Merasa kesal, aku langsung bangun dan memungut semua bantal yang berserakan di lantai, melempari mereka satu per satu.

"Aku ini laki-laki! Dan berhenti saling berteriak tentangku di depan mataku sendiri tanpa rasa bersalah seperti itu!!" Meluapkan emosi yang coba kutahan dari tadi.

Mereka mengelak dengan mudah, membuatku makin kesal. Menatap takjub padaku, kecuali pria berambut cokelat yang masih saja membaca buku dengan ekspresi datar.

"Wow! Dia ngerti Bahasa Indo lho, masa Vance beneran bawa ke sini buat dikenalkan secara resmi sih!?" Pekik Mikael.

"Yeah! Kalian dengar tuh, laki-laki. Hulalala~ Uke unyu nambah satu dan gue menang! Cepat kasih hadiahnya!" Di sambung oleh Si Wanita, menadahkan tangan ke dua orang komplotannya.

Tentunya lagi-lagi mereka mengabaikan ku begitu saja... Rasanya kesal!!!

"Tunggu dulu! Maksud kalian apa! Jangan bilang kalian taruhan hubungan ku dengan Vance!?" Kuputuskan untuk mendekati mereka, meminta penjelasan atau setidaknya uang pajak jika mereka seenaknya menggunakan aku sebagai bahan taruhan.

OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang