Ify menghela nafas berat lalu berusaha menatap Rio yang sudah sangat bingung. Ify tersenyum getir ketika menatap mata hazel indah itu.
"Lo gak kenal gue Yo?" lirih Ify
Rio mengerutkan dahi tapi tiba-tiba raut wajahnya berubah kaget, "L-Liv-Livina?"
Ify atau lebih tepatnya Livina mengangguk sembari tersenyum hambar. Rio menelan salivanya berusaha membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba mengering.
Rio turun dari motornya dan berdiri tepat di hadapan Livina. Tidak, Rio masih belum percaya kalau gadis di hadapannya sekarang adalah Livina.
Rio semakin mematung ketika gadis itu tiba-tiba memeluknya. Dia tidak bergerak sedikit pun dan juga tidak membalas pelukan gadis itu.
"Aku kangen kamu Yo"
Rio bergeming, dirinya tidak merasakan getaran apapun ketika gadis yang dulu sangat di cintainya memeluknya. Rio melepaskan pelukan Livina lalu memegang kedua pundak gadis itu.
"Kamu berhutang penjelasan" ujar Rio
Livina mengangguk lalu menautkan jemarinya dengan jemari Rio.
Tangannya dingin batin Rio
Livina terus menarik Rio hingga ke sampai ke taman komplek dekat rumahnya. Terlihat taman sedikit ramai oleh anak-anak kecil yang sedang bermain bersama orang tuanya.
Rio dan Livina duduk di salah satu kursi taman yang berwarna putih itu.
"Udah 2 tahun lebih kita gak ketemu Yo" lirih Livina dengan pandangan lurus kedepan.
Rio tersenyum, "Sejak kapan kamu jadi mellow gini Liv?"
Livina terkekeh lalu menoleh kearah Rio yang duduk di sebelah kanannya, "Kamu gak berubah"
"Aku banyak berubah ketika tahu kamu mening—tunggu kamu bukan roh kan?" Rio menunduk untuk melihat kaki Livina.
Livina kembali terkekeh, "Kamu terlalu banyak nonton Film"
"Jadi kamu kemana 2 tahun ini?"
Livina menghela nafas berat, "Kamu tahu ayah aku pengusaha sukses di Asia maupun Eropa bukan? Sudah hal biasa kalau banyak yang ingin menjatuhkannya dan puncaknya terjadi 2 tahun lalu. Ify yang tinggal di London di culik oleh salah satu pesaing perusahaan ayah. Makanya aku balik ke London, semuanya terjadi sangat cepat. Aku, Daniel dan beberapa suruhan Ayah berhasil selamatin Ify tapi—"
Rio tersentak ketika melihat butiran air yang membasahi pipi gadis di sampingnya ini dan dengan cepat Rio memeluk Livina.
"Mama aku yang jadi bayarannya, mama aku meninggal saat melindungi Ify." Ujar Livina yang sudah mulai sesegukan.
Rio terus mengusap punggung Livina agar gadis itu tenang
"Setelah mama meninggal Ify juga ikut tinggal di Indonesia bersama aku dan Daniel. Semuanya berjalan normal tapi Ify sangat susah di atur. Tiap malam dia ke Klub dan pulang mabuk-mabukan."
Ify mabuk? Tidak, dia gadis baik-baik, batin Rio
"Aku kecelakaan karena Ify Yo! Ify yang hampir buat aku meninggal! Dia maksa aku ke Klub dan buat aku mabuk!"
Rio kembali bergeming, "Ng-gak mungin Ify gitu Liv" ujar Rio sembari melepaskan pelukannya.
"Tentu saja itu gak mungkin"
Rio dan Livina menoleh ke sumber suara.
"Alvin?"
Alvin menghiraukan Rio yang kaget akan kehadirannya. Laki-laki itu langsung menarik pergelangan Livina dengan kasar yang berhasil membuat Livina berdiri dan meringis kesakitan.
Rio mengeratkan rahangnya melihat perlakuan kasar Alvin, "Lo apa-apaan Vin, Jangan main kasar ke cewek!" Rio menepis tangan Alvin dari Livina.
Alvin menyeringai seram, "Dia bukan Livina yang dulu Yo!"
Rio terdiam, dia juga merasakan kalau Livina sangatlah berbeda. Dia tidak seperti Livina yang dulu.
Alvin tersenyum sinis, "Kebohongan mungkin bisa menutupi kebenaran tapi tidak menghilangkannya."
"Ma-maksud lo apaan sih Vin"
"Gue udah ngikutin lo dari awal kita ketemu, mending lo beritahu gue dan Rio apa tujuan lo ngelakuin ini!"
"Tunggu, I-Ify iya Ify di mana Liv?" kini Rio baru menyadari kalau Ify masih di toilet.
Livina terdiam sembari menundukkan kepalanya. Rio semakin khawatir bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Ify.
"Sialan!" umpat Rio baru saja dirinya ingin pergi untuk menjemput Ify tiba-tiba Alvin menahannya.
"Gue ngomong baik-baik jadi gue mohon untuk jawab, dimana Ify?" Tanya Alvin kin emosinya sudah dapat sedikit di kendalikan.
"Gue gak tahu!"
"Gue bilang dimana Ify?!" kini emosi Alvin kembali tersulut bahkan sekarang tangan Alvin sudah berada di leher Livina.
Rio lumayan kaget dengan tindakan Alvin karena ini pertama kalinya dia melihat Alvin bermain kasar dengan perempuan. Alvin memiliki prinsip untuk tidak menyakiti perempuan karena dia sangat menyayangi ibunya.
"G-Gue ng-nggak"
BRUK
Alvin jatuh tersungkur ketika Rio melayangkan sebuah pukulan di rahang kanannya.
"Aish—" ringis Alvin
"Sorry Vin, gue gak mau lo ngerusak prinsip lo sendiri" ujar Rio lalu membantu Alvin berdiri.
"Thank's"
Rio mengangguk lalu menatap Livina sangat lekat.
Bruk..
Rio berlutut di hadapan Livina sambil menunduk, "Gue mohon beritahu gue dimana Ify" lirih Rio
"Jadi lo suka sama adik gue sendiri?"
Rio mendongak, "Iya dia yang udah berhasil ambil hati gue yang dulu gue kubur dalam-dalam"
Livina tersenyum sinis, "Lo emang gak bakal pernah jadi milik gue ya Yo?"
Livina merogoh saku celananya mengambil benda pipih lalu menekannya.
"Halo"
"..."
"Gue bakal bawa Rio dan Alvin kesana"
Livina kembali memasukkan ponselnya lalu menatap Alvin dan Rio bergantian.
**
"Rio!"
Betapa kagetnya Rio ketika melihat Ify sedang terikat dikursi di ujung atap sebuah gedung kosong dan terlihat seseorang yang sangat di kenalnya sedang berdiri di belakang Ify.
Tanpa menunggu apa-apa Rio berlari memasuki gedung itu tidak peduli sudah berapa banyak anak tangga yang di pijaknya. Akhirnya, Rio sampai di atap gedung itu dengan nafas tak beraturan.
"Apa yang lo lakuin Yel?" Rio berusaha mendekati Ify walapun nafasnya tak beraturan dan kakinya terasa sakit.
"Lo bisa nyakitin dia"
Gabriel hanya tersenyum sinis lalu sedikit mendorong kursi Ify. Rio yang melihat itu segera berlari kearah Ify namun Gabriel memberi tanda untuk tetap di situ.
"Lo jangan serakah dong Yo, Lo udah punya Livina kan? Jadi Ify buat gue" ujar Gabriel
Rio mengeratkan rahangnnya berusaha menahan emosinya yang sejak tadi di tahannya.
"Bagaimana kalau kita barter Yel?" kini Alvin muncul dengan Livina.
"Barter?"
YOU ARE READING
Sweet Devil [#Wattys2016]
Fanfic"Ga bagus jari-jari cantik ini mengepal lebih bagus kalau ada jari-jari gue di sela-selanya, nah kayak gini" ujar rio sambil menautkan tangannya ditangan mungil ify Hangat, Nyaman, Ify menggelengkan kepalanya 'nggak ini nggak boleh' Dughh "Ugh.. yae...