Part 5

7.4K 285 8
                                    

Di rumah tersebut Zahra mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri dan ia juga harus merawat Lucy & membantu mengurus keperluan Arya. Arya pernah mengusulkan untuk memakai asisten rumah tangga tetapi Zahra menolaknya karena ia fikir ia akan bosan jika di rumah tersebut ada asisten rumah tangga yang membuatnya tidak melakukan apapun lagi selain merawat Lucy. Akhirnya kini Zahra memutuskan melakukan pekerjaan rumah tangga tersebut seorang diri, dimulai dari subuh ia melaksanakan tugasnya. Menyiapkan sarapan, menyiapkan pakaian kerja Arya dan juga merawat Lucy serta pekerjaan rumah tangga yang lainnya. Lelah, ya memang lelah. Terlebih lagi dahulu ia mendapat fasilitas dari orang tuanya untuk tak melakukan terlalu banyak pekerjaan rumah. Walaupun ia lelah, tapi ia melakukannya dengan ikhlas. Ya setidaknya ia melakukan hal tersebut untuk mendapat ridho dari suaminya.

Hingga menginjak sebulan usia pernikahannya, Zahra sama sekali belum berani untuk menatap wajah Arya. Dan suaminya pun sama sekali tak pernah memperdulikannya, bahkan menyentuhnya pun tak pernah. Semua perhatiannya hanya tertuju pada Lucy. Mungkin kini Arya belum sadar kalau istrinya bukan hanya Lucy, melainkan juga ada Zahra. Tapi bukankah pernikahan tersebut bukanlah keinginannya? Dan ia menikahi Zahra hanya karena Lucy. Ya, semua Arya lakukan hanya karena Lucy. Tiada cinta.

Zahra kembali tersadar akan tugasnya di rumah tangga Arya dan Lucy. Ia hanya bertugas merawat dan menolong Lucy. Miris memang, namun hanya keikhlasan yang mampu membuat ia terus bertahan dalam kondisi yang amat ia tak senangi sekalipun.

....
Sampai akhirnya kondisi Lucy mulai membaik.

Hari itu Arya harus menghadiri sebuah undangan peresmian salah satu kantor cabang perusahaan  sahabat ayahnya. Ia pun mengajak Lucy untuk pergi bersamanya namun Lucy meminta agar Zahra pun ikut bersama mereka. Dengan perasaan terpaksa akhirnya Arya pun mengajak Zahra untuk ikut bersama ia dan Lucy mengahadiri acara peresmian cabang perusahaan sahabat ayahnya itu. Keadaan tersebut semakin membuat Zahra seakan menjadi orang ketiga antara Arya & Lucy.

Perasaan perih pun kembali mengusik hati Zahra, dimulai ketika Arya begitu telaten membukakan pintu mobil untuk Lucy. Dan Zahra, ia sama sekali tak perdulikan keberadaannya.

Sesampainya di tengah acara peresmian cabang perusahaan sahabat ayah mertuanya itu, kenyamanan Zahra kembali terusik ketika banyak mata yang menatap Zahra dengan tatapan aneh. Itu semua karena pada saat itu Zahra mengenakan gamis longgar berwarna biru dongker dengan kerudung warna yang sama dengan bros kristal berwarna biru terang. Wajahnya terus menunduk selama berada ditengah acara tersebut.

Hingga akhirnya kejadian yang amat membuat hatinya teramat hancur pun terjadi.
"Wuih bro, siapa nih Ar?" Kata Dony salah satu teman Arya yang menghampiri mereka.

"Cantik bener bro, kayak ustadzah. Hahaha..." sambung Reza teman Arya yang lainnya.

"Kenalan boleh ya Ar?" Sambung Dony sembari mengulurkan tangan mengajak Zahra untuk bersalaman.

"Zahra." Jawab Zahra dengan menangkupkan tangan ke dadanya.
"Saya..." Sambung Zahra namun terpotong oleh perkataan Arya
"Dia sepupu gue. Udah deh ga usah pada kegatelan. Udah pada punya anak bini juga loe pada." Sambung Arya.

Perkataan Arya tersebut seakan merobek hati Zahra dan menguji batas kesabaran Zahra. Hatinya hancur bag kepingan kaca yang tak dapat disatukan lagi. Seluruh kekuatannya runtuh seketika. Menyisakan seberkas air bening di sudut matanya. Rasanya ia ingin segera lari dari tempat tersebut.

Melihat apa yang baru Arya lakukan kepada Zahra, Lucy langsung menatap Arya dengan tatapan kecewa dan marah.

Zahra yang sebisa mungkin menahan air matanya pada akhirnya benteng pertahanannya pun luruh juga. Dengan suara tercekat ia meminta izin kepada suaminya dan Lucy untuk ke toilet.

Sesampainya di depan toilet, entah bagaimana ceritanya ia pun bertemu dokter Fauzan. Dokter Fauzan pun langsung memberikan sapu tangannya yang berwarna abu-abu kepada Zahra. Tanpa bertanya apapun dan berkata apapun lagi dokter Fauzan langsung pergi meninggalkan Zahra yang menangis sesenggukan sembari bersandar di dinding samping toilet.

....
Setelah melihat Zahra pergi ke toilet dengan mata yang basah menahan air mata, Lucy pun meminta Arya untuk menyusul Zahra ke toilet. Sesampainya di toilet, Arya pun melihat perlakuan dokter Fauzan terhadap Zahra. Tanpa Arya sadari ada yang bergemuruh di hatinya melihat kedekatan Zahra & dokter Fauzan. Ia menyadari sikap Zahra sangat berbeda terhadap dokter Fauzan. Senyum Zahra selalu mengembang di saat Zahra bersama dengan dokter Fauzan dan langsung sirna ketika berhadapan dengan Arya. Arya mulai cemburu terhadap kedekatan Zahra dengan dokter Fauzan. Ya, cemburu. Mungkinkah pertanda cinta?

Setelah dapat meredam emosinya, Zahra pun keluar menuju parkiran. Ia menunggu Arya dan Lucy keluar dari acara tersebut. Ya mungkin akan lama, tapi tak apalah. Dari pada ia berada di dalam dengan ketidak nyamanan yang terus menghinggapi perasaannya.

Zahra pun menunggu Arya dan Lucy di salah satu bangku taman yang berada tak jauh dari parkiran. Tak lama ada seseorang yang duduk di salah satu bangku taman yang lainnya yang berada tak jauh dari bangku yang Zahra duduki.

"Perlu taxi?" Tanya orang tersebut yang menyadarkan Zahra siapa orang tersebut.

"Dokte Fauzan? Kok di luar?" Sambung Zahra yang akhirnya mengetahui bahwa orang duduk di bangku sampingnya adalah dokter Fauzan.

"Kamu juga ngapain di luar, Zahra? Kan dingin?" Lanjut dokter Fauzan yang melihat Zahra mulai mengusap-usap lengannya karena kedinginan.
"Butuh taxi?" Sambung dokter Fauzan yang melihat Zahra menunduk pertanda ia tak mau menjawab pertanyaan dokter Fauzan sebelumnya.
Zahra hanya menggeleng.

Tanpa Zahra dan dokter Fauzan sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan yang tak dapat didefenisikan. Ya, dia adalah Arya. Arya mengikuti Zahra setelah dari toilet tadi. Hatinya seakan sesak melihat apa yang terjadi antara Zahra dan dokter Fauzan.

Handphone Arya berdering. Lucy meneleponnya mengajak untuk pulang karena kondisinya yang belum terlalu membaik. Arya pun masuk ke tempat diadakan acara peresmian kantor cabang sahabat ayahnya tadi. Ia pun lantas menghampiri Lucy dan berpamitan kepada pemilik hajat. Lalu mereka pun keluar dari tempat tersebut dengan Arya mendorong kursi roda Lucy.

Assalamu'alaykum buat para pembaca yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cerita karangan ku ini.

Terima kasih juga atas vote nya juga.

Dan aku lebih senang lagi jika para membaca bersedia memberi kritik dan saran bagi kemajuan cerita saya ini. Hehe

Jangan lupa vomentnya ya.
Wasalam.

istri keduaWhere stories live. Discover now