Part 15

7.5K 357 38
                                    


Arya pun kembali terdiam. Diingatnya kembali bahwa istrikeduanya itu tengah hamil muda. Ia pun berniat meminta maaf kepada Zahra danmelarangnya untuk membuang mangga muda tadi namun Zahra sudah terlanjurberjalan ke depan rumah dan memasukkan kantong plastik berisi mangga mudatersebut ke dalam bak sampah.

Arya amat menyesali sikapnya terhadap Zahra tadi. Ia samasekali tak bisa mentolerir kesalahan Zahra barang sedikit pun. Ia seakan mulaimemperlakukan Zahra sebagai pelayan di rumah tangganya dengan Lucy.

Zahra selepas membuang mangga muda tersebut ia pun langsungmasuk ke kamarnya. Ia duduk termenung di dekat jendela kamarnya sembari menatapke luar jendela.

Dilihatnya semua yang ada diluar rumahnya, yang telah lamatidak ia kunjungi. Gedung-gedung mall yang tinggi menjulang yang dulu sering iakunjungi bersama orang tuanya ataupun bersama dengan teman-temannya, kini telahlama tak ia kunjungi.

Semua yang dekat dengannya kini terasa amat jauh dari genggamannya.Ia bag terkurung di rumah tersebut.

Dari semenjak hari itu tatapan sendu dan senyum manis nanlembut itu mulai memudar dikarenakan kerasnya kenyataan hidup yang ia pilih dania tak bisa berbuat apa-apa lagi apalagi sampai mengeluhkannya, yang dapat ialakukan hanyalah bersabar dan ikhlas menjalani kehidupannya. Karena Zahra amatmengerti jika Ridho-Nya kini ada pada suaminya. Apalagi kini kondisi Lucy mulaimembaik sehingga dokter Fauzan semakin jarang datang mengecek kondisi Lucymembuat Zahra semakin merasa sendiri berada di rumah tersebut.

....

Hari terus berlalu dan keadaan semakin menyakitkan bagi Zahrayang perutnya mulai membuncit dikarenakan usia kehamilannya yang memasuki bulanke-empat.

Sore hari itu, Zahra sedang duduk di pinggir kolam renang danArya yang baru pulang dari kantor pun menghampirinya.

"Usia kehamilan kamu sudah berapa bulan, Zahra?"

"Sudah masuk 4 bulan mas."

"Sudah pernah USG?"

"Belum mas."

"Emmm... kalau begitu besok mas temani kamu USG ya Zahra. Besokpas jam makan siang mas akan datang ke rumah sakit. Kamu besok pergi duluansaja, mas akan datang ke sana. Mas janji." Jelas Arya dengan tangan yang taklepas membelai kepala Zahra.

Zahra hanya mengangguk pelan, dalam hatinya amat bahagiamendapat perhatian dari suaminya.

Keesokan harinya, setelah menyiapkan makan siang untuk Lucy,Zahra pun pergi ke rumah sakit untuk cek rutin kondisi kehamilannya dan hariini ia akan melakukan USG untuk mengecek lebih dalam lagi keadaan bayinya.

Sesampainya di sana Zahra menunggu di bangku tunggu sampaigiliran namanya dipanggil. Namun berkali-kali namanya dipanggil Zahra selalumeminta orang selanjutnya saja yang masuk duluan karena ia masih menunggu Aryayang belum juga datang.

Tiga jam sudah Zahra menunggu kedatangan Arya, namun hasilnyanihil. Jam praktek dokter kandungan yang ia kunjungi akan segera berakhir dania mau tidak mau harus masuk ke ruangan dokter tersebut lalu melakukanpemeriksaan rutinnya juga USG sendirian. Tanpa Arya yang telah berjanji akandatang menemaninya hari ini.

Kecewa. Ya Zahra amat kecewa. Mengapa Arya harus berjanji namunia tak menepati janjinya, mengapa Arya tak memberinya kabar barang hanyasekedar pesan singkat. Kondisi anaknya-lah yang menguatkan hatinya untuk tetapbertahan. Anaknya sehat, tumbuh dan berkembang dengan baik di rahimnya.Alhamdulillah.

Sesampainya di rumah, Arya belum juga pulang dan Lucy dijemputmamanya tadi siang sehabis makan siang. Kembali perasaan sakit di hatinyamuncul kembali. Ia keluarkan hasil USG yang tadi sore ia lakukan. Ia masuk ke ruangankerja Arya dan meletakkan hasil USG di meja kerja Arya bersama dengan tumpukanhasil pemeriksaan rutin yang ia lakukan tiap bulan. Entah Arya pernahmelihatnya tau tidak, yang jelas Zahra selalu meletakkan hasil pemeriksaanrutinnya itu di ruang kerja Arya. Sekedar memberi tahu bagaimana kondisi bayimereka.

Disaat Zahra ingin keluar dari ruang kerja Arya, disaat yangbersamaan Arya pun masuk ke ruangan tersebut. Melihat Arya yang baru pulangkerja Zahra pun kembali melakukan tugasnya yaitu mengambil tas dan jas kerjaArya serta sepatu Arya dan meletakkan ditempat biasa barang-barang itudisimpan.

"Mas mau saya buatkan teh hangat?"

Arya hanya mengangguk pelan.

Disaat Zahra ke dapur untuk membuatkannya teh hangat, mata Aryamenangkap sebuah foto hasil USG yang dilakukan Zahra tadi sore. Dan perasaanbersalah kembali menyelimuti hati Arya tatkala ia teringat dengan janjinyakemarin sore yang tak bisa ia tepati karena ada meeting mendadak di kantornya.Perasaan bersalahnya pun semakin dalam karena ternyata hasil pemeriksaan rutinZahra selalu diletakkan di meja kerjanya dan ia tak pernah menyadari itu.

Dari semenjak hari itu, Arya semakin ingin lebih memperhatikanZahra bahkan mulai terkesan protektif. Namun Zahra, perasaan tak dianggapsemakin membuatnya ingin menjauh dari Arya. Terlebih lagi ia harus memikirkanperasaan Lucy jika ia terlalu dekat dengan Arya.

Status suami istri tak menjamin kalau Arya adalah miliknya. Ya,Zahra adalah milik Arya namun Arya tetap milik Lucy. Zahra tidak mau menjadiperebut Arya dari Lucy. Hal tersebut membuatnya semakin memfokuskanperhatiannya kepada kesembuhan Lucy dan kondisi janin yang ada dirahimnya.

....

Hari terus berlalu, kehamilan Zahra semakin membesar.Kehamilannya mulai menginjak usia tujuh bulan.

Hari itu hari Sabtu dan Arya sedang tidak bekerja membuatnyamenyempatkan diri untuk menemani Zahra berbelanja ke pasar.Sebelum mereka kepasar mereka terlebih dahulu mampir ke apotik membelikan obat untuk Lucy.

Zahra pun masuk seorang diri ke apotik dan Arya menunggunya dimobil. Di dalam apotik Zahra pun memberikan resep obat yang Lucy butuhkan namundisaat ingin membayar ia menyadari ternyata dompetnya tertinggal di mobil.Zahra pun berniat pergi untuk mengambil dompetnya namun disaat yang bersamaan ternyatadokter Fauzan ada di sana dan melihat kepanikan pada wajah Zahra.

"Assalamu'alaykum Zahra, beli obat buat Lucy?"

"Wa'alaykum salama dok, iya dok." Jawab Zahra sembari menatapsekilas wajah dokter Fauzan lalu ditundukkan lagi.

"Ada apa ya Zahra, kok kamu kelihatan bingung?'

"Eh, ini Dok. Sepertinya dompet saya ketinggalan."

"Oh, yaudah. Biar aku saja yang bayarin."

"Eh, ga usah dok."

"Ga papa Zahra, sekali doank. Dulu kamu malah sering bangetbawain aku bekal sarapan waktu jadi asisten aku." Jelas dokter Fauzan sembarimengeluarkan uang untuk membayar obat yang Zahra beli.

Pernyataan dokter Fauzan mengingatkan Zahra kembali dengankenangannya semasa masih bekerja sama dengan dokter Fauzan.

Di mobil Arya pun menyadari jika dompet Zahra tertinggal dan iapun segera mengantarkan dompet tersebut ke dalam apotik. Sesampainya ia didalam apotik hatinya kembali terbakar melihat Zahra yang sedang mengobroldengan dokter Fauzan. Dan Arya pun memutuskan kembali ke mobil demi meredamrasa cemburunya.

Assalamu'alaykum,

Alhamdulillah bisa update lagi.

Jangan lupa vote dan komen ya.

Oh iya, aku update cerita dengan judul baru loh... hehehe

Judulnya Cinta Pertama dan Cinta Terakhir

Genrenya kali ini teenfiction.

Semoga pembaca sekalian bisa nyempetin baca ceritaku yang itu juga ya.

istri keduaWhere stories live. Discover now