Part 7

7.6K 319 5
                                    

Zahra mencoba melepaskan diri dari pelukan Arya, namun Arya justru semakin erat memeluknya.

Arya pun tak percaya dengan sikap spontannya tersebut. Ia menyadari bahwa dia tak seharusnya melakukan hal tersebut. Namun di sisi lain Arya pun enggan melepaskan pelukannya terhadap Zahra.

Namun tanpa Arya sadari Lucy juga ada diantara mereka. Ia melihat kejadian tersebut dari balik pintu dapur.

Zahra yang melihat keberadaan Lucy yang menatap dengan kekecewaan terhadap apa yang baru saja Arya lakukan kepadanya, membuat Zahra akhirnya mendorong tubuh Arya agar melepaskan pelukannya. Zahra pun dengan cepat berjalan menuju kamarnya untuk menenangkan diri.

Masih ditempat yang sama-ketika ia memeluk Zahra-Arya masih terdiam. Ia bingung harus bersikap bagaimana terhadap Lucy. Ia mengerti pasti ada kekecewaan di hati Lucy atas apa yang baru saja ia lakukan dengan Zahra. Arya pun mulai merasa bahwa ia telah menghianati Lucy.

Lucy pun berniat meninggalkan Arya yang masih bingung harus bagaimana. Namun seketika itu pula fikirannya tersadar dan langsung berlari menghampiri Lucy.

"Maafin aku sayang, aku ga bermaksud..." Omongannya terpotong oleh Lucy

"Ga apa-apa kok Ar. Zahra kan juga istri kamu." Jawab Lucy sembari membelai wajah Arya.

Kalimat yang dilontarkan Lucy menyadarkan Arya akan satu hal yang selalu tak ingin diakuinya. Ya, Zahra adalah istrinya juga. Yang akhirnya memaksa ia untuk membagi cinta yang selama ini ia berikan seutuhnya kepada Lucy kepada Zahra.

...
Hari pun terus berlalu. Zahra masih menyimpan beribu kecanggungan di hatinya ketika berhadapan dengan Arya. Tatapan mata sendu dan senyum teduh pun mulai hilang dari wajahnya. Yang ada kini hanyalah raut wajah ketakutan ketika ia harus berada dekat dengan Arya. Ya, ia takut jika Lucy melihat mereka berdua dan akan salah paham padanya. Astaga, ia malah merasa seperti wanita simpanan sekarang.

Akan tetapi, dengan anehnya senyum yang telah hilang itu akan muncul lagi di bibirnya ketika dokter Fauzan datang untuk mengecek kondisi Lucy.

Zahra dapat bebas mengobrol dengan dokter Fauzan seakan tanpa beban lagi di hatinya.

Zahra pun tertawa lepas ketika Dokter Fauzan bercerita tentang kejadian lucu yang terjadi di Rumah Sakit tempat mereka bekerja dulu.

Tak lama senyum dan tawa riang tersebut lenyap dari wajah Zahra. Penyebabnya tak lain adalah kepulangan Arya dari kantornya.

Zahra pun melayani suaminya dengan wajah tertunduk seakan tak halal baginya untuk menatap suaminya.

Arya hanya bisa memandang wajah Zahra dari sudut wajahnya saat mengambil sepatunya untuk disimpan. Zahrapun membawa tas kerja Arya untuk disimpan di ruang kerja suaminya.

"Mas mau saya buatkan minum apa?"

"Buatkan mas teh saja. Jangan terlalu manis ya dan antarkan ke ruang kerja mas." Jelas Arya

"Iya mas."

Beberapa saat kemudian pun Zahra masuk ke ruang kerja Arya dengan membawa nampan yang berisi srcangkir teh.

"Zahra, maafkan mas ya atas sikap mas kemarin."

Zahra terdiam sejenak mencerna maksud dari suaminya tersebut.
"Iya mas. Saya ga apa-apa kok. Saya bisa memakluminya."

"Zahra, bisa tidak mulai sekarang kamu tidak menyebut diri kamu dengan sebutan 'saya' ketika bersama ku?"

Zahra kembali terdiam dan kemudian mengangguk pertanda ia mengerti. Dan sepersekiab detik lagi ia pun berpamitan keluar dari ruang kerja Arya.

...
Perasaan Zahra kembali berkecamuk ketika pada suatu sore ia sedang duduk di ruang menonton tv sembari membaca buku. Arya menghampirinya dan duduk di samping Zahra. Arya merasa sangat canggung ketika harus hanya berduaan dengan Arya. Ya, perasaan itu kembali muncul. Perasaan seakan-akan bahwa ia perempuan yang akan mengganggu suami orang lain.

Pada sore itu Lucy memang sedang berada di kamarnya. Dan Arya memanfaatkan hal tersebut untuk sedikit mencairkan dinding antara ia dan Zahra. Karena sesungguhnya ia ingin semakin dekat dengan Zahra. Bahkan mungkin lebih dari sekedar dekat. Ya, dia suaminya. Dia berhak atas Zahra.

"Baca buku apaan?" Tanya Arya sambil mendekatkan duduknya dengan Zahra

Zahra kembali merasa canggung mendapati bahwa Arya telah duduk dengan jarak yang sangat rapat dengannya.

Zahra menghentikan kegiatan membaca bukunya. Ia terdiam. Ia mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca dan menatap Arya.

"Mas butuh sesuatu?" Tanya Zahra yang hendak berdiri menyiapkan apa yang akan diminta Arya. Mungkin lebih tepatnya menghindar dari Arya.

Namun Arya menahan tangan Zahra yang membuat Zahra kembali duduk di sebelahnya.

Zahra kembali menatap Arya dengan tatapan bingung. Hingga ia menyadari bahwa tatapan Arya terlihat sangat berbeda dari biasanya.

Arya pun menatap Zahra dengan tatapan tajam seolah terpesona oleh kecantikan paras yang dimiliki Zahra. Dan entah dorongan dari mana Arya mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Zahra. Cup. Arya mencium bibir Zahra dengan gerakan yang sangat cepat.

Zahra sangat terkejut dengan apa yang baru saja Arya lakukan terhadapnya. Nafasnya pun terasa sesak. Ia bingung, kenapa ia merasa ada yang meledak di dalam hatinya. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Perasaannya berkecamuk.

Zahra pun pergi ke kamarnya untuk menyembunyikan perasaanya.

Arya pun hanya tersenyum penuh arti saat melihat tingkah Zahra yang tersipu malu. Terlebih wajah gadis tersebut nampak merona karena perlakuannya.

Saat berjalan menuju kamarnya hatinya amat berbunga-bunga. Ya, dia sangat bahagia dengan apa yang baru saja ia dapatkan. Ciuman pertamanya dari cinta pertamanya.

Hingga Zahra melintas di depan kamar Lucy. Zahra mengernyitkan dahinya ketika ia seperti mendengar isakan tangis dari dalam sana.
"Apakah mbak Lucy sedang menangis? Tapi kenapa?"

Ia dekatkan telinganya ke pintu kamar Lucy. Mungkin lebih tepatnya kamar Lucy & Arya.

"Ya Allooh apakah suamiku telah mencintai istri keduanya?"

"Apakah aku telah salah mengambil keputusan ya Allooh?"

"Rasanya hati ini belum bisa menerima jika Arya mencintai Zahra, ya Robb."

Kalimat itu terucap dari orang yang berada di dalam kamar tersebut dibarengi dengan suara isakan khas orang yang sedang menangis. Dan Zahra meyakini bahwa itu adalah suara Lucy.

Deg

Zahra merasa nafasnya tercekat. Ia benar-benar merasa sebagai pengganggu rumah tangga orang lain. Astaghfirullooh. Batin Zahra. Ia telah menyakiti hati Lucy.

Assalamu'alaykum.
Sebelumnya terima kasih buat para pembaca yang udah nyempetin waktunyanbuat baca cerita karangan aku ini.
Hehe

Terima kasih yang udah support dan bikin aku semangat buat update.

Masih diharapin banget atas vote, komen dan kritik serta sarannya loh ya. Supaya akunya jadi tahu kekurangan aku dalam menulis. Hehe

Ceritanya agak gaje emang, tapi kalo pada penasaran ya silahkan dilanjut...

istri keduaWhere stories live. Discover now