Setelah dari Apotik mereka pun melanjutkan kembali tujuan mereka selanjutnya, yaitu ke pasar. Dan kini sampailah Zahra pada penjual buah langganannya yang ternyata adalah langganan Arya dan Lucy dulu ketika berbelanja buah.
“Assalamu’alaykum Bu Marni.” Sapa Zahra
“Wa’alaykum salam. Eh mbak Zahra. Mau beli buah apa mbak?” Jawab bi Marni sembari merapikan dagangannya dan tanpa sengaja matanya menatap wajah Arya.
“Eh, mas Arya ya? Waduh kemana saja, sudah lama ga pernah keliatan ke pasar nemenin mbak Lucy. Mbak Lucynya juga ga pernah keliatan ke pasar lagi kayaknya.” Lanjut bi Marni.
“Iya Bi, Lucy-nya lagi di rumah. Lagi kurang sehat dia.” Jawab Arya
“Mas kenal sama mbak Zahra juga toh. Wah mbak Zahra ini langganan belanja buah di saya mas. Salut banget deh sama mbak Zahra ini, sudah hamil besar juga kok masih rajin ke pasar. Saya heran suaminya kok tega ya ngebiarin dia belanja sendirian selama ini.” Cerocos bi Marni yang menyisakan perasaan bersalah di hati Arya.
Zahra hanya menanggapi perkataan bi Marni dengan senyum kecil yang tulus.
“Mas Arya ini siapa mbak Zahra? Sodaranya ya?” Tanya Bi Marni lagi.
“Emm, dia ini is…” Ucapan Arya terpotong oleh ucapan Zahra
“Saya sepupunya mas Arya bu.” Dengan senyum yang masih terukir di bibirnya.
Ya Zahra bukan berniat tidak mengakui Arya sebagai suaminya, namun ia hanya tidak ingin Bi Marni nanti malah berfikir yang tidak-tidak terhadap dirinya, Arya ataupun Lucy.
Deg.
Tapi perasaan Arya sungguh sangat sakit. Ia merasa benar-benar berdosa terhadap Zahra selama ini.
Terlebih lagi ia ingat ketika ia tak mengakui Zahra di hadapan teman-temannya.
Dari tukang buah tadi, mereka pun memutuskan untuk pulang. Namun diperjalanan keluar dari pasar mereka melewati sebuah toko busana muslim. Tiba-tiba ia tertarik dengan sebuah mukena yang terpajang di toko tersebut, ia ingat Lucy menginginkan mukena dengan warna yang sama dengan mukena yang terpajang itu.
Melihat Zahra yang sepertinya tertarik dengan apa yang dijual toko tersebut membuat Arya langsung menawarkan untuk melihat-lihat apa yang dijual toko tersebut.
“Kamu mau beli sesuatu?”
“Emm, sebenernya mbak Lucy pengen banget punya mukena yang kayak gitu.” Zahra menunjuk mukena yang sedari tadi ia perhatikan.
Setelah dicek ke penjaga toko tersebut ternyata mukena tersebut adalah mukena paling bagus dan yang termahal yang dijual di toko tersebut.
“Ya udah, mas akan belikan itu untuk Lucy.”
Sembari menunggu Arya yang membayar mukena tersebut di kasir, Zahra sempat tertarik oleh kerudung berwarna ungu tua dengan bahan yang sangat lembut. Zahra pun melihat harga yang ada di kerudung tersebut dan betapa terkejutnya ia melihat harga kerudung tersebut. Mahal sekali, itulah yang Zahra fikirkan saat itu. Zahra berfikir ulang untuk membeli kerudung tersebut, karena ia kini tak berpenghasilan lagi. Ia tak ingin membuang-buang uang hanya untuk sesuatu yang hanya diinginkannya dan belum dibutuhkannya.
“Kamu mau kerudung itu?” Tanya Arya yang melihat Zahra nampak menginginkan kerudung tersebut
“Ah, ga mas. Saya hanya lihat-lihat saja.”
“Kalau kamu mau ambil saja.”
Zahra hanya menggeleng. Ia tidak enak jika harus merepotkan Arya dengan membelikannya kerudung tersebut, ia tidak mau membebani Arya. Terlebih lagi mbak Lucy membutuhkan dana yang lumayan cukup besar untuk perobatannya. Padahal tanpa Zahra tahu, Arya pun sangat mampu untuk membiayai keingininan kedua istrinya.
Sesampainya di rumah, Zahra pun langsung memberikan mukena yang tadi dibeli Arya kepada Lucy yang diterima dengan sangat bahagia oleh Lucy. Arya pun Nampak sangat bahagia melihat kedua bidadarinya yang terlihat akur bag sahabat. Zahra sendiri malah menganggap Lucy sebagai kakaknya, karena ia merindukan sosok kakak.Zahra kini telah berada di kamarnya sehabis memberikan mukena yang dibeli Arya kepada Lucy. Dia terkejut melihat bingkisan yang bertengger di atas ranjangnya. Ia pun membuka bingkisan tersebut betapa terkejutnya ia dengan apa isi dari bingkisan tersebut. Hatinya amat bahagia mendapati bahwa isi bingkisan tersebut adalah kerudung ia sangat inginkan tadi.
“Kamu suka?” Tanya Arya yang kini bersandar di pintu kamarnya.
“Suka sekali mas. Terima kasih ya mas.” Jawab Zahra sembari tersenyum
Arya pun menghampiri Zahra, memeluknya dan mengecup puncak kepalanya.
….
Usia kandungan Zahra kini sudah memasuki bulan ke Sembilan, yang mana ia kini dalam masa penantian sang bayi yang akan segera lahir. Kondisi Zahra pun semakin melemah.Malam itu Zahra tengah mencuci pakaian, ya semenjak usia kandungannya menginjak tujuh bulan Zahra jadi susah untuk tidur. Itu sebabnya ia mencari-cari pekerjaan agar ia kelelahan yang akhirnya akan membuatnya tertidur. Terlebih lagi mesin cuci di rumahnya entah mengapa sejak kemarin rusak, menjadi alasan bagi Zahra untuk melampiaskan kegelisahannya yang sulit tidur.
Arya baru pulang dari kantornya sehabis lembur. Arya pun kaget mendapati Zahra mencuci pakaian pada malam hari pun malah memarahi Lucy yang telah membiarkan Zahra untuk mencuci pada malam hari. Kemarahan Arya kepada Lucy membuat Lucy menangis dan mengunci diri di kamar.Arya pun menyesali kemarahannya yang tak mendasar tersebut. Ia hanya kelelahan, pekerjaan di kantornya sedang banyak membuatnya akhir-akhir ini sering lembur.
Zahra pun merasa bersalah terhadap Lucy, ia merasa karena dirinya-lah Arya marah kepada Lucy. Padahal itu sama sekali bukan kesalahan Lucy, Zahra sendiri yang ingin melakukannya. Zahra pun berkali-kali mengetuk pintu kamar Lucy, namun Lucy tak bergeming. Zahra pun semakin khawatir, ia pun meminta Arya untuk membujuk Lucy karena ia takut Lucy kenapa-napa. Arya pun menuruti keinginan Zahra.
Zahra pun masuk ke kamarnya. Sesampainya ia di kamar air mata kembali mengalir di pipinya dikarenakan rasa bersalahnya kepada Lucy. Ia merasa telah menghilangkan ketenangan di dalam rumah tangga Lucy. Fikiran aneh pun menyelimuti hatinya, seharusnya ia tak berada di rumah itu. Astaghfirulloh. Zahra beristighfar menghilangkan fikiran jelek yang baru saja terlintas. Bukankah ini sudah menjadi taqdrinya? Harusnya ia ikhlas dengan semua pilihan-Nya, namun bukankah ia manusia biasa yang bisa saja merasa tersakiti. Terlebih kondisinya kini sedang sangat sensitif.Sementara itu di kamar Lucy, Arya sedang berusaha menenangkan perasaan Lucy.
“Aku minta maaf… aku benar-benar menyesal sayang…” Arya memulai percakapan
Lucy masih tak bergeming, ia masih terdiam dengan air mata yang terus mengalir dipipinya.
Lucy menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar.
“Aku yang salah Ar. Aku yang telah meminta kamu, untuk…” Lucy menahan ucapannya dan satu air mata kembali menetes di pipinya. “Menikahi Zahra.” Sambung Lucy. Kini Lucy mulai terisak.
“Aku kira aku bisa kuat, Ar. Tapi nyatanya… ini lebih menyakitkan dari sakit yang selama ini aku derita.” Ucap Lucy dengan terbata-bata menahan isakan tangisnya.
Arya pun ikut menangis melihat apa yang Lucy rasakan, Lucy pasti sangat menderita dengan kehadiran Zahra. Ya walaupun pernikahan itu adalah keinginan Lucy, namun Lucy tetap wanita biasa. Ia inginkan hanya dirinya-lah yang Arya cintai. Lagi pula ia tidak menyangka bahwa semuanya akan semenyakitkan ini. Penyesalan akan pernikahan keduanya pun terbersit dalam benak Arya. Andai saja ia tak menikahi Zahra, Lucy pasti tak semenderita ini batinnya.
“Aku yang salah sayang, seharusnya semuanya memang tak seperti ini. Maafkan aku Luc, maafkan aku yang telah… menduakanmu. Maafkan aku yang ternyata tak bisa hanya… mencintai mu saja.” Arya terbata mengucapkan kalimat tersebut. Air mata terus mengalir di pipinya dengan deras.
Assalamu'alaykum,
Alhamdulillah bisa update.
Padahal laptop yang aku pake lagi error, tapi aku cari cara buat bisa tetep update tulisan aku yang udah aku ketik di laptop.
Dengan cara...
Download aplikasi buat baca file, alhamdulillah bisa.
MasyaaAllooh sekali.
Terima kasih banyak buat para pembaca yang selalu setia nyempetin waktu buat baca cerita yang aku buat ini.
Jangan lupa vote dan komen ya.Oh iya, jangan lupa mampir ke cerita aku yang satu lagi ya.
Masih baru soalnya. HeheTerima kasiiihhh
Muach
YOU ARE READING
istri kedua
RomantizmZahra seorang muslimah yang terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai istri kedua. Walaupun awalnya Ia mencintai Arya, suaminya. Tapi semakin intens kedekatannya dengan Arya semakin membuatnya menyadari bahwa Ia telah merebut Arya dari Lucy, istri...