Part 6

441 41 0
                                    

~~~Jihanluhan Present ~~~

2 jam kemudian.

Sehun keluar dari ruang operasi, ia membuka penutup kepalanya, masih dengan pakaian biru, pakaian khusus yang dokter gunakan jika ia mengoperasi  seorang pasien. Sehun berjalan kearah Eunwoo dan Jingyi. Dari jauh Sehun melihat dengan jelas, bagaimana berantakannya gadis itu. Apa yang terjadi dengannya?
Sehun menghembuskan nafas kasarnya. Sehun sudah berada didepan Jingyi, Jingyi tak bisa bangkit dari duduknya karena memang ada kepala Eunwoo dipahanya. Sudah sejam yang lalu Eunwoo tidur dipangkuannya.

"Bagaimana dengan ayahku?" Tanya Jingyi mengubah sedikit posisi duduknya, ia takut Eunwoo akan terbangun. Sehun melihat Jingyi mengubah posisi duduknya, ia pasti lelah menopang kepala adiknya. Sehun belum menjawab pertanyaan Jingyi, ia melihat kearah adiknya yang sudah terlelap. Mengulurkan tangannya kewajah Eunwoo.

"Eunwoo bangun" Sehun membangunkan Eunwoo dengan lembut. Mengusap pipinya dengan hati-hati. Eunwoo merespon sentuhan Sehun, ia membuka matanya lalu sadar jika ia tidur dipangkuan Jingyi. Eunwoo mengangkat tubuhnya, duduk disamping Jingyi.

"Noona, maafkan aku. Kau pasti lelah. Maafkan aku" Eunwoo menyesal, tentu saja ia membuat Jingyi bertambah lelah karena kepalanya.

"Tidak apa-apa. Kau pasti sangat lelah." Jingyi tersenyum hangat kearah Eunwoo, Sehun melihat sekilas senyuman Jingyi. Seraya bersyukur dalam hatinya.

"Aku akan pergi mencuci wajahku" Eunwoo meninggalkan sehun dan Jingyi.

"Bagaimana dengan ayahku?" Tanya Jingyi lagi dengan mencoba bangkit dari duduknya tapi tak bisa. Ia meringis, rasanya sangat menyakitkan dibagian punggung dan kakinya.

Sehun duduk disamping Jingyi, menyisakan satu kursi. Diantara mereka.

"Operasinya berjalan dengan baik. Tuan Ju akan baik-baik saja namun tak bisa sehat seperti dulu"

Jingyi mendengarkan apa yang Sehun katakan, lalu menghembuskan nafasnya lega. Syukurlah, ayahnya bisa diselamatkan.

"Terimakasih dokter Oh" Jingyi mengucapkannya dengan nada bicara yang formal. Entahlah, ia hanya masih merasa takut. Sehun pasti masih sangat membencinya.

Sehun merasa sedikit aneh dihatinya, jawaban singkat Jingyi. Biasanya ia yang selalu melakukan itu. Tapi sekarang saat Jingyi yang mengucapkannya mengapa rasanya ada nyeri sedikit dihatinya.

Sehun dan Jingyi diam tanpa ada yang mencoba berbicara terlebih dahulu. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Dipikiran Sehun, ia berharap Jingyi berbicara lebih dulu padanya, ia pasti akan menjawabnya. Sedangkan Jingyi, ia merasa Sehun masih membencinya jadi ia harus menjaga cara bicaranya jangan sampai Sehun akan terluka lagi hatinya karena dirinya. Baiknya memang ia diam. Akhirnya Jingyi menyerah dengan kediaman itu, ia bangkit dari duduknya, ingin melihat ayahnya. Sehun dengan cepat memandang kearah Jingyi.

"Terimakasih sudah menolong ayahku. Permisi"

"Tunggu" Sehun bangkit dari duduknya, Jingyi diam dalam keadaan kikuk. Ia berpikir apa bicaranya menyakiti Sehun lagi? Iya kah? Jingyi ingin melihat kearah Sehun namun ia urungkan. Mungkin menunduk memang lebih baik. Sehun memanggil seorang perawat dan mengambil sebuah kota dari sang perawat.

"Duduklah" perintah Sehun dengan nada seperti biasa. Datar. Jingyi masih menunduk, ia pikir Sehun bicara dengan seorang perawat. "Duduklah nona Ju"

Sehun duduk ditempat semula ia duduk, membuka kotak yang ia minta dari perawat Song.

Jingyi mengangkat wajahnya. Ju? Apa Sehun baru saja mengucapkan namanya. Jingyi tak bisa menyembunyikan senyumannya. Jingyi duduk kembali ditempat semula. Ia menatap Sehun yang tengah sibuk dengan kotak putih dipangkuannya.

JUST YOU | Oh Sehun * Ju JingyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang