10

178 21 1
                                    

Taehyung POV

Kami -aku, Namjoon, Jimin dan Hoseok- sudah 1 jam mencari Jiyeon, dan hasilnya nihil.

Kami tidak menemukan dimana Jiyeon.

Ting!

Ponselku yang berdering menghentikan aktivitasku. Aku merogoh saku celanaku lemas dan mengambil ponselku. Ada 1 pesan masuk.

From: Jeon Jungkook
Kau dimana, hyung? Tolong cepat balas!

Aku mendengus kasar. Ku kira, akan ada pesan yang menunjukan dimana Jiyeon berada.

To: Jeon Jungkook
Di lantai 5, dekat rooftop. Jangan ganggu aku.

Aku menaruh ponselku kembali ke dalam saku ku. Kemudian melanjutkan aktivitasku, memeriksa ruangan-ruangan. Kecuali ruang kelas.

Sedari tadi aku sudah mencari di Laboratorium, ruang olahraga, dekat kolam renang, taman belakang, hingga lapangan belakang.

Aku sekarang sudah di lantai 5, ingin mengecek rooftop, dan ruang astronomi.

"Hyung!!"

Aku refleks menengok ke belakang untuk menemukan sumber suara. Seorang lelaki berlari dengan cepat, seperti dikejar binatang buas.

Ia menghampiriku, "Hyung! Hyung!"

Aku menatapnya bingung, "Kau kenapa berada di sini?"

Nafasnya masih naik-turun, "Aku tau Jiyeon berada dimana."

Sontak, Namjoon, Hoseok dan Jimin melihat kearah lelaki di depanku. Namjoon langsung menghampiri, "Dia dimana, Jungkook-ah?"

4 pasang mata melihat Jungkook tajam. Menanti jawaban yang mereka tunggu-tunggu.

"Dia di gudang sekolah."

-------------------

Aku membuka mataku, yang kulihat semuanya buram. Aku ingin mengucak mataku, tapi tidak bisa. Tanganku diikat ke belakang menggunakan tali. Kakiku juga diikat dengan tali. Aku mengedipkan mataku berkali-kali.

"Kau sudah bangun ternyata."

Aku melihat sekelilingku, semuanya gelap. Hanya 1 cahaya diatas kepalaku yang menerangi ruangan ini. Bibirku masih tertutup rapat, tidak berani mengeluarkan suara.

Muncullah seorang perempuan. Berambut merah, memakai choker, bajunya berantakan, dengan rok sejengkal diatas lutut.

Diikuti 2 orang perempuan di belakangnya. Mereka menatapku licik.

Plakkk!

Perempuan berambut merah itu menampar pipiku, lebih tepatnya, kedua pipiku.

Aku meringis kesakitan, "Itu belum merah, Haera-ya. Sepertinya kau harus melakukannya lagi."

Aku masih menunduk, aku takut. Orang yang disebut Haera itu menamparku lagi. Dua kali.

Butiran air sudah mulai keluar dari kedua mataku. Aku tidak bisa membasuhnya.

Seseorang mendongakkan kepalaku. Ku baca nametagnya, Yoon Haera.

"Kok bisa ya lelaki tampan seperti Kim Taehyung mempunyai adik sepertimu?"

Aku menangis.

Inilah yang aku takutkan.

"Pasti kau adik angkat deh. Wajahmu begitu menjijikan."

"Atau kau hanya berpura-pura sebagai adiknya?"

Aku tetap menangis dalam diam.

Haera membentakku, "Jawab, jalang!"

Tangisanku terhenti. Apa yang barusan dia bilang? Jalang?

"Kau yang jalang."

Aku berkata seperti itu dengan menatapnya tajam. Dengan mataku yang sudah membengkak, begitu juga dengan pipiku yang mungkin sudah berubah warna.

Haera terlihat terkejut akan perkataanku. Haera menendang perutku, dan membuatku sukses terjungkal kebelakang.

Kepalaku terbentur lantai. Tanganku terjepit kursi, dan kaki Haera berada di perutku.

"Kau bilang apa barusan?"

Kakinya menekan perutku, aku meringis kesakitan. Butiran-butiran air sudah mulai mengalir dengan derasnya. Aku tidak kuat.

Kepalaku terasa pusing, Haera terus menerus menghajarku. Yang bisa aku lakukan hanya berteriak, dan menangis.

Kegiatan Haera terhenti saat ponselnya berbunyi.

"Wah, kakakmu menelfon. Sadar juga ya dia ternyata."

Aku refleks berteriak, "Oppaa!!!!!!!"

Haera dan temannya melihatku sinis, mereka langsung membekapku dengan handuk. Menutup kupingku dengan tisu yang menggupal.

Aku ingin berkata kalau aku berada di gudang agar mereka bisa membantuku, tapi apa daya. Yang bisa aku katakan hanya 'hmph'

Haera menatapku licik, temannya mendorong badanku hingga aku sekarang dalam posisi duduk.

Haera menamparku dan memukul perutku kembali hingga mengeluarkan suara pukulan bulat. Aku terbaring lemas di lantai. Aku sudah tidak bisa merasakan badanku lagi. Yang bisa aku lakukan hanya menangis, dan merintih.

"Rasakan itu, jalang!"

Yang terakhir kudengar dari ponsel Haera hanyalah teriakan Namjoon.

Haera membuatku bangun dengan memegang daguku kasar, "Jangan pernah mendekati Taehyung-ku."

Haera melihatku tajam, "Aku tidak peduli kalau kau adiknya sekalipun. Jangan pernah berkomunikasi dengan Taehyung."

"Kalau perlu, jangan pernah menjadi bagian dari keluarga Taehyung."

Aku menangis. Walau telingaku tertutup tisu, aku masih mendengar jelas apa yang Haera katakan.

"Tujuanku adalah menyingkirkanmu dari sekolah ini."

Setelah kalimat itu keluar dari bibir iblis Haera, kedua temannya langsung melepas tali di tanganku menggunakan cutter. Dengan sengaja, mereka melukai tanganku dengan cutter.

"Jangan sampai kita bertemu lagi, jalang!"

Haera dan kedua temannya meninggalkan ku sendirian di gudang yang amat gelap. Mereka mengunci pintu dari luar dan tertawa.

Aku tidak bisa membuka tali di kakiku. Tanganku terlalu lemas untuk membuka talinya. Aku berusaha melepas tisu di kupingku, dan handuk yang menyumpal bibirku. Ku usap bibirku, memunculkan darah segar yang mengalir. Pasti karena terlalu keras saat mengikat handuknya.

Aku tidak bisa berfikir. Air mataku tidak berhenti jatuh. Aku hanya menyenderkan kepalaku yang sangat pusing -akibat benturan tadi- di dinding.

Mataku sudah susah untuk dibuka. Perlahan, mataku tertutup dengan sendirinya dan aku tidak merasakan apa-apa.

Oppa... atau siapapun... tolong aku...

--------------

Wkwkkwkw sengaja di pendekkin biar makin penasaran gitu yekan wkwkw

Vomment yha ehheheheheh lopelope

031116

-greenylovey-

Complicated [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang