14

171 24 2
                                    

Jiyeon POV

"Astaga, Yubin-ah.."

Aku yang masih terbaring di kasur rumah sakit, menatap mata Yubin. "Jadi dia kakakmu yang kau ceritakan padaku?"

Yubin mengangguk pelan, "Iya.. Entah kenapa, tadi aku sangat takut melihat dia di depanku."

Yubin masih menundukkan kepalanya. Untungnya, Yoongi sedang keluar menuju kamar kecil. Sehingga Yubin dapat mengeluarkan apa yang dia rasakan saat ini denganku.

"Kenapa kau takut dengannya?" Hoseok memegang bahu Yubin dari belakang. Walaupun Hoseok menanyakan dari belakang, Yubin tidak menatapnya dalam menjawab pertanyaan.

"Aku tidak tau." Jawab Yubin seadanya.

"Aku tau dia orang yang sangat dingin. Tetapi aku tidak tau kalau dia juga menjadi orang yang sangat dingin di depan adiknya." Perkataan Seokjin mengarah pada Yubin. Yubin hanya mengangguk lemah.

"Aku jadi iri pada kalian." Yubin tersenyum tipis. "Apalagi kau, Jiyeon-ah."

Aku mengerutkan alisku, "Apa maksudmu?"

Akhirnya Yubin mengangkat kepalanya, dan menatapku. "Aku iri padamu. Jujur saja, tadi aku sangat terkejut melihat kakakmu, terutama saat Seokjin-ssi mendobrak pintu dan langsung menanyakan keadaanmu. Begitu pula dengan kakakmu yang lain yang sangat peduli denganmu. Aku iri akan itu semua."

Aku refleks mengelus punggung tangan Yubin menggunakan tangan kiriku yang tersuntik jarum infus. Aku tersenyum pada Yubin. "Kau tidak perlu merasakan seperti itu."

"Yoongi pasti suatu saat akan berubah." Ujar Seokjin. "Aku akan membantumu."

Yubin menatap Seokjin, "Terima kasih banyak, Seokjin-ssi."

"Kau bisa memanggilku Oppa, jika kau mau. Panggilanmu barusan terdengar sangat formal di telingaku." Ujar Seokjin sambil tertawa kecil melihat Yubin dan diriku.

"Apa-apaan, hyung?! Yubin hanya boleh memanggil Oppa, kepadaku! Tidak boleh ke orang lain!" Hoseok tiba-tiba berteriak dan menaruh kedua tangannya di dadanya. Mulutnya dia ciutkan dan mengalihkan padangannya dari Seokjin. Aku, Seokjin, Jimin, dan Jungkook hanya tertawa melihatnya.

"Dia juga memanggil kakaknya dengan sebutan Oppa, bodoh." Sahut Namjoon dari sofa tanpa memalingkan muka dari ponselnya. Kami semua tertawa kecuali Hoseok yang pura-pura cemberut.

--------

Taehyung POV

Aku sudah selesai membeli makan untuk Jungkook. Ya walaupun aku hanya membelinya bibimbap. Sebenarnya membuat bibimbap tidak lama, tetapi pelayan wanita tadi terus mengulur waktu dan terus berbicara denganku. Tentu aku merasa risih. Aku terus menghilangkan topik pembicaraan yang dia buat dan terus menerus menanyakan kapan bibimbapnya selesai. Yah, ketampananku memang tidak bisa dielakkan lagi. Setelah hampir 30 menit, bibimbapnya jadi dan aku langsung bergegas menuju kamar Jiyeon.

Aku telah sampai di lantai 5. Aku keluar dari lift dan melangkahkan kakiku ke kamar bernomor 514.

"Loh, Yoongi-hyung?"

Aku melihat Yoongi duduk di depan kamar Jiyeon. Dia melihatku dengan tatapan yang biasa. Aku mengerutkan alisku, "Kenapa kau tidak masuk, hyung?"

Yoongi menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Aku mengikutinya dan dia mulai berbicara denganku.

"Tadi sudah masuk." Ujarnya singkat. Aku tambah bingung melihatnya.

"Kenapa kau tidak masuk lagi, hyung? Di dalam ramai, ya?" Tanya ku double. Yoongi tidak menjawab apa-apa. Dia malah menggerakan kepalanya ke kanan, melihatku.

Complicated [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang