"Aish," Aku mengacak rambutku sebal, "Aku capek, Oppaaaaa"
Ia tetap memandang bukunya, "1 soal lagi, oke? Habis itu kau boleh melakukan segala hal yang kau mau."
Aku mendenguskan nafasku kasar, "Namjoon Oppa-ku yang paling pintar se dunia, yang paling cakep se dunia, yang paling nye-"
Namjoon mengecup pipiku, "Tinggal 1 soal integral lagi, adikku sayang."
Ia menutup bukunya dan menatapku lembut, "Kau pasti bisa!"
Aku sedikit menggertak mejaku dan menaruh pensilku di selipan buku. "Tapi aku capeeek, aku udah gak bisa mikir lagiii, seriuuus!!"
Tok tok tok!
Aku dan Namjoon refleks melihat ke arah pintu. Namjoon segera bangkit dan membuka pintu kamarku, memunculkan kedua kakak laki-lakiku.
Jin memelukku erat, "Tadi kau pulang sama siapa? Jam berapa? Naik apa? Tadi ku kirim pesan, kau tidak menjawab. Aku jadi khawatir tadi di kampus."
Aku membalas pelukannya, dan sedikit melihat Taehyung yang memutar bola matanya. "Dia sudah besar, hyung. Kalau kita tinggal dia di ujung kutub juga dia akan menemukan jalan pulang." Cetus Taehyung asal.
Namjoon menepis kepala Taehyung, "Ngomong tuh yang realistik dikit kenapa sih? Kau saja kalau tidak bawa mobil, panik minta jemput aku atau Jin Hyung."
Jin masih memelukku, nafasnya terasa sekali di leherku, masih menunggu jawabanku. "Aku tadi pulang sendiri, jam berapa ya tadi aku lupa, dan aku pulang naik bus."
Jin melepas pelukannya dan mengecup kedua pipiku, keningku, dan hidungku. Ia lalu mengelus rambutku pelan, "Lain kali pulang sama Taehyung atau Namjoon aja ya, jangan sendirian. Aku khawatir."
"Tadi sudah ku tunggu di depan sekolah, taunya dia langsung pergi sama temannya." Sahut Taehyung di belakang Jin sambil merebahkan tubuhnya di kasurku. Aku meliriknya sinis.
Kali ini Namjoon menghampiriku, "Atau kau bisa pulang denganku. Setidaknya lebih aman, kan?"
Aku berfikir. Kalau sama Taehyung jelas tidak aman. Karena pasti banyak perempuan penggilanya yang memata-matai gerakan Taehyung.
Apa mungkin lebih aman bersama Namjoon?
Aku mengangguk, "Tapi kalau nanti suatu saat aku pulang bersama temanku, Oppa mau mengantarkan dia dulu, kan?" Tanyaku hati-hati. Ya, orang yang ku maksud adalah Yubin.
Namjoon menunggingkan senyumnya, "Tenang saja, putriku."
Namjoon mengecup puncak kepalaku sekilas dan langsung meninggalkan kamarku. Menyisakan Jin yang sedang duduk di sampingku, dan Taehyung yang sedang asik memainkan ponselnya di atas kasurku.
Jin menyenggol pundakku, "Ada kejadian menarik hari ini?"
Aku menggeleng, "Hari ini hari yang buruk,"
"Karena Jungkook, hyung."
Suara Taehyung terdengar. Jin refleks melihat Taehyung dan langsung melihatku. Tatapannya dalam.
Aku tau.
Dia ingin aku menceritakan semuanya kepadanya.
Aku menghela nafasku, dan mulai menceritakan kejadian hari ini. Mulai dari aku bertemu dengan Yubin, lalu dipasangkan dengan Jungkook, saat Jungkook menghindariku-
"Dia menghindarimu?" Suara Taehyung membuatku berhenti bercerita. Aku menoleh dan mengangguk. "Dia punya alergi atau gimana sih kok sampai menghindariku? Tapi dia deket banget sama teman lelakinya, sepertinya sama kau juga, Oppa."
Taehyung bangkit dari kasurku dan ikut duduk di sampingku. Sekarang, aku diapit oleh Jin dan Taehyung.
Taehyung menatapku, menjelajahi semua sudut wajahku, "Astaga, aku baru sadar. Kau mirip sekali."
Aku menatapnya bingung, "Dia mirip dengan wanita pujaan Jungkook dahulu, ya kan hyung?" Taehyung menepuk pundak Jin pelan.
Setelah Taehyung mengatakan itu, Jin langsung menerka wajahku. "Pantas saja dia menghindarimu."
Aku masih diam, bingung, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Kalian ngomongin apa, sih? Aku nggak ngerti."
Taehyung mulai bergerak sedikit mencari posisi duduk nyamannya, "Dulu, Jungkook menyukai seorang perempuan. Tapi kejadian tidak diinginkan terjadi, dan itu karena Jungkook." Taehyung menyeruput kopi di atas mejaku, "Sejak saat itu, Jungkook selalu menghindari perempuan yang mengingatkannya kepada perempuan itu. Aku lupa namanya siapa."
Taehyung menaikkan salah satu alisnya dan menatap Jin, "Kau ingat tidak, hyung?"
Jin mengelus dagunya, "Seingatku, Jungkook tidak memberi tau namanya. Hanya memberi tau nama kesayangannya."
"Kalau tidak salah, Jungkook suka memanggilnya-"
Seseorang tiba-tiba menerobos pintu kamarku. Menutupnya kasar. Lebih tepatnya, dibanting.
"Ada apa, Namjoon?" Tanya Jin. Namjoon berjalan kearah kami dan ikut duduk.
"Eomma dan Appa berantem lagi. Berisik banget, serius." Ujar Namjoon memijat kepalanya dan menatap ke ubin kamarku.
Aish. Orang tua ku berantem lagi.
Bahkan sesekali aku, Jin, Namjoon dan Taehyung merasakan bahwa kami tidak mempunyai orang tua. Mereka kadang tidak pulang ke rumah, kalau pun di rumah suka bertengkar.
Maka dari itu, kami berempat sering berkumpul kalau kejadian itu terjadi. Dan berujung kami berempat tidak akan keluar kamar hingga esok tiba.
"Lebih baik kita tidur di kamar Jiyeon dulu. Kalau keluar, bisa-bisa kita yang kena." Ujar Jin langsung berdiri dan merapihkan tempat tidurku.
Aku merapihkan buku matematika ku, membuang kopiku. Taehyung dan Namjoon sudah berada di tempat tidurku.
"Aku tidur di sofa aja, kalian bertiga di tempat tidur."
Taehyung menatapku, "Aku saja deh yang di sofa. Kasian Jiyeon kalau di sofa."
"Tidak ada yang tidur di sofa." Ujar Jin. "Tempat tidur Jiyeon cukup kok untuk kita berempat."
"Aku tidur di pinggir." Namjoon merapihkan bantalku, "Jiyeon di tengah, biar nggak jatuh."
Aku mengangguk. Jadi seperti ini urutannya:
Namjoon - Taehyung - Jiyeon - JinAku merebahkan badanku di kasur, menatap ke langit. "Selamat malam."
Aku memejamkan mataku. Tetapi kepalaku masih memikirkan hal lain.
Siapa nama perempuan yang menjadi pujaan Jungkook itu?
------------
Vomment ditunggu!
281016
-greenylovey-
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [BTS Fanfiction]
FanficKarena suatu kejadian mengenaskan saat Jiyeon masih kecil, ketiga kakaknya harus melindungi adik perempuan mereka dengan caranya masing-masing. Jiyeon berada di ambang dilema saat menemui seorang laki-laki di kelasnya. Laki-laki itu menjadi sangat...