Prolog

18.9K 713 2
                                    

Happy reading!^^

*****
DEMI

Aku sedang berlibur di Singapore bersama teman modelingku, umurku memang masih muda, yaitu 16 tahun. Aku menyukai dunia modeling, makanya aku memutuskan untuk menjadi model dan juga untuk meringankan beban mama. Aku hidup berdua bersama mamaku di Bali, setelah papaku meninggal. Papaku asli Australia sedangkan mama asli Jawa tapi lahir dan besar di Bali. Setelah mereka menikah, mereka memutuskan untuk tinggal di Jakarta. Sampai akhirnya, papa meninggal karena serangan jantung waktu aku umur 13 tahun. Akhirnya setelah aku lulus sekolah menengah pertama, mama dan aku memutuskan untuk tinggal di Bali, tempat lahir mama.

Aku menatap Patricia dan Rachel yang sedang menari di lantai dansa. Aku menghela napas, tadinya aku berfikir untuk jalan-jalan sendiri menikmati negara ini pada waktu malam. Tapi ternyata mereka memaksaku untuk ikut ke sebuah club di Singapura. Demi tuhan umurku bahkan masih enam belas tahun! Aku tidak tahu bagaimana mereka meyakinkan penjaga di depan pintu tadi, karena setahuku sebuah club harus delapan belas tahun ke atas. Aku meminum air putih yang aku pesan.

"Hi," sapa seseorang di sampingku. "You're alone?"

Aku menoleh dan mendongak karena dia berdiri disampingku. Aku memperhatikan wajahnya, matanya berwarna hijau dengan mulu mata yang cukup panjang, hidungnya mancung, bibirnya yang seksi dan juga rambutnya yang berwarna cokelat terang. Dia turis atau warga lokal?

"Hei you hear me?" tanyanya kembali dengan senyuman kecil

"Ah ya," kataku gugup

"You're alone?" tanyanya sekali lagi, masih dengan senyuman.

Dia mempunyai senyum yang manis, yang bisa membuat perempuan jatuh cinta dengan senyumnya.

"I'm with my friends," jawabku

"I'm with my friends too," lanjutnya "what's your name?

"Demi. You?" kataku

"You can call me, Louise." jawabnya

Jadi namanya Louise, sangat cocok dengan wajahnya. Dan entah mengapa ketika dia ngucapkan namanya, terdengar sangat seksi. Aku yakin dia seumuran denganku, melihat dari wajahnya yang masih muda.

"Where you from?" tanyaku padanya

Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah tersenyum lalu meminum minumannya. Aku mengerutkan dahi, apa dia tidak mau memberitahu asalnya padaku? Baiklah, aku tidak akan bertanya padanya lagi.

"Wanna dance?" tanyanya

"No. I can't dance," tolakku. Memang benar aku tidak bisa menari dan juga aku tidak tertarik untuk menari di dance floor itu.

"It's okay. Just dance," lalu dia melanjutkan, "just move your body."

Lalu dengan kurang ajarnya dia menggengam tanganku dan menarikku ke dance floor.

"What are you doing!" aku berteriak padanya, karena musik yang sangat berisik.

"Dance." jawabnya santai. Lalu melanjutkan, "c'mon enjoy the music and move your body."

Akhirnya aku menyerah, mengikuti permintaannya. Yang kuingat selanjutnya adalah kami berdua kembali menuju bar dan dia memesankanku minuman yang sama dengan punyanya. Aku meminumnya. Setelah itu yang aku ingat adalah, keesokkan harinya aku terbangun berdua dengannya di kamar hotel, tanpa mengenakan pakaian. I just know one thing, i lost my virginity last night.

To be continued...
*****

Thank you for reading, don't forget to Vote, guys!😁

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang