Part XIII

7.7K 494 0
                                    

Happy reading!^^

*****
BRIAN

Vica sedang membuat kue di bawah, sedangkan aku dan Noval sedang mengawasi Lee dan Dylan yang masih bermain bersama twins.

"Gue nginep sini kayaknya. Dahlia syuting film soalnya." jawab Noval ketika tadi aku menanyakannya pulang jam berapa nanti.

"Lo udah bawa baju emang?" tanyaku

"Udah. Lo nginep sini?"

"Belum tau, gue belum tanya Demi. Gue juga nggak bawa baju soalnya."

"Nginep sini aja, besok hari sabtu ini. Lee libur kan?"

"Libur sih. Cuma kan nggak bawa baju."

"Baju doang gampang sih. Ntar malem lo ambil aja pas Lee udah tidur sekalian jemput Demi." ujarnya

"Liat ntar lah. Tanya Lee sama Demi dulu."

"Ngapain lo berdua di sini?" Aku dan Noval serentak menoleh ke arah tangga dan melihat rambut jagung maksudku Kim, sedang berdiri menatap kami bingung.

"Emang gue nggak boleh main ke sini?" jawab Noval.

"Kangen lo berdua sama gue ya?" Kim menyeringai lalu berjalan medekati twins yang sudah memanggil appa nya dengan gembira melihat ayahnya.

"Dih jijik gue." jawabku dan Noval berbarengan.

"You miss me?" tanya Kim pada anak kembarnya, yang dibalas dengan anggukan dan senyuman lebar oleh mereka.

"Uncle Kim abis dari mana?" tanya Lee

"Kerja lah. Masa main bola." bukan Kim yang menjawab tapi Dylan.

"Lee kan tanya sama uncle Kim bukan Didi." Lee menatap Dylan dengan bibir cemberut.

"Dylan!" Dylan menatap Lee marah karena seenak jidatnya mengganti namanya menjadi tidak keren, menurutnya.

"Didi!"

"My name is Dylan! Not Didi!"

"Tapi Lee mau nya panggil kamu Didi!" jawab Lee keras kepala.

Sebelum Dylan berbicara Noval langsung memotongnya. "Dylan. Ngga boleh teriak sama perempuan."

"Tapi dia ganti nama aku Dad!" ujar Dylan kesal menatap Noval.

Aku menghela napas. "Lee come here." Lee menurut lalu berjalan menghampiriku. Aku langsung menariknya duduk di pangkuanku.

"Kalian kan udah besar, jangan berantem terus. Kalau berantem terus kalian jadi seperti anak kecil." ujar Kim

"Aku bukan anak kecil!" jawab Lee dan Dylan berbarengan dan menatap Kim tajam.

"Kan uncle bilang kalian seperti anak kecil, karena berantem terus. Bukannya uncle ngatain kalian masih kecil." jelas Kim

"Benar kata uncle." ujar Noval.

"Dylan juga ngga boleh teriak sama perempuan. Ngga boleh jahat sama perempuan." ujar Kim menasehati Dylan yang sekarang duduk bersila di depannya.

"Lee juga. Jangan macing emosinya Dylan." Kim menatap Lee lembut.

"Lee ngga mancing. Didi nya aja yang emosian." bela Lee

Dylan langsung menatap Lee tajam mendengar pembelaan Lee.

"Lilou." Lee mendongak menatapku.

"Kalau lagi di kasih tau sama orang tua nggak boleh ngebantah. Nggak sopan." Aku memperingati Lee.

"Ya Daddy." jawab Lee.

"Lagian kenapa Dylan suka banget gangguin Lee sih?" Kim bertanya pada Dylan. Dylan menjawab dengan gelengan.

"Dylan suka sama Lee ya?" tebak Kim

"Kim!" Aku dan Noval berteriak barengan. Nino dan Dean menatap kami kaget, mungkin mereka kaget mendengar teriakan kami berdua.

"Tuhkan anak gue kaget. Lo berdua sih." Kim mengelus punggung anak kembarnya.

"Lagian pertanyaan lo." protesku.

"Lah kan gue cuma nanya. Kali aja bener." bela Kim. Noval mendengus.

Aku mencium pipi Lee dan memeluknya protektif. Tidak ada yang bisa merebut Lee dariku. Aku tidak akan melepasnya dengan sembarang laki-laki. Lee harus mencari laki-laki yang bertanggung jawab dan menyayanginya apa adanya. Setelah menemukan lelaki seperti itu aku baru akan melepasnya.

"Dylan jawab pertanyaan uncle dong. You like Lee?" Kim kembali bertanya pada Dylan.

"Aku nggak suka sama Lee. I don't like her." jawab Dylan menatap Lee tajam.

Aku balas menatapnya tajam. Apa-apaan dia menatap Lee seperti itu.

"Awas nanti kalau berubah suka sama Lee. Uncle ngga kasih izin." ujarku mengancamnya. Dylan mengangkat sebelah alisnya mendengar ancamanku. Astaga sengaknya anak ini.

"Perjuangan kamu berat sekali Dylan." ujar Kim menggelengkan kepalanya, memperpanas keadaan.

"Lo kompor banget!" Noval melemparinya dengan bantal sofa.

"Kena anak gue!" Kim berbalik melindungi anaknya dari serangan bantal Noval.

"Kalian ngapain sih?" Vica muncul dengan kerutan di dahinya pertanda dia bingung.

"Noval tuh mukul aku pakai bantal. Nanti kalau kena anak-anak gimana coba." adu Kim pada Vica.

Noval mendengus mendengar aduan Kim.

"Aunty." panggil Lee.

"Ya kaka?" Vica menoleh dengan Dean di gendongannya.

"Kuenya udah matang?"

"Udah. Yuk kita makan kue dulu."

"Yeay." Lee berdiri dari panggukanku lalu menggandeng tangan Vica. "Didi ngga dapet kue. Wleeek." Lee memeletkan lidahnya pada Dylan.

Dylan yang terpancing emosinya langsung berdiri lalu berlari menuju tangga melewati Lee.

"Lee duluan!" teriak Lee berlari menyusul Dylan.

"Jangan berebutan. Kalau berebutan kalian nggak aunty kasih." Vica berjalan menyusul mereka.

"Anak lo Bray." Noval menggeleng-geleng. Aku mendengus.

"Lucu kali ya, kalau ternyata nanti mereka berdua udah gede, trus pacaran." Aku sudah siap melempar bantal ke arah Kim yang dengan sigap berlari ke arah tangga dengan cepat.

Aku menghela napas.

"Lo nggak ke bawah?" Noval berdiri.

"Ke bawah lah. Gue takut anak gue di apa-apain sama Dylan." Aku berjalan mendahuluinya. Aku mendengarnya mendengus di belakangku.

To be continued~
*****
Thank you for read, don't forget to vote😁

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang