Part IV

10K 657 4
                                    

Happy reading!^^

*****
DEMI

Aku memasuki pesta pernikahan Vica dan Kim sendirian. Ya sendirian, aku beralasan bahwa Lee tidak suka di ajak ke pesta pernikahan, padahal kenyataannya tidak begitu. Lee sangat menyukai pesta, bertemu orang baru dan anak-anak seumurannya. Aku hanya tidak mau Lee bertemu dengan ayah biologisnya, katakanlah aku egois.

Irin berdiri di sampingku dan berkata, "sayang banget Lily nggak ikut. Padahal ada banyak anak kecil disini. Ah lo si kenapa nggak paksa Lily ikut!" Irin menatapku tajam.

Aku menghela napas, lalu menjawab "kasian juga nanti dia kecapekan. Lagipula besok dia sekolah."

"Iya juga sih ya." Irin mengangguk.

Aku melihat Arul, pacar Irin memanggil Irin.

"Rin, Arul manggil tuh." beritahuku padanya.

"Gue lihat kok. Biar aja nunggu dia nyamperin ke sini." balas Irin santai

Aku hanya tersenyum kecil. Irin ini sifatnya seperti anak kecil, manja. Hampir sama seperti Lee.

"Gue keliling dulu ya." kataku padanya

"Yaudah gih sana. Cari cowo." balasnya

Aku mendengus. Lalu memutuskan untuk berkeliling memperhatikan setiap orang yang hadir di sini dan juga melihat-lihat dekorasi. Aku tahu Vica sangat menyukai warna toska, itulah kenapa sekarang hampir semua dekorasi berwarna toska. Jika aku menikah nanti aku mau semua dekorasi berwarna putih atau coklat.

Aku memutuskan untuk menghampiri stan makanan. Aku mengambil pudding lalu mencari tempat duduk. Aku menghela napas, semua tempat penuh terpaksa makan dengan berdiri. Aku memakan pudingku dalam diam sambil memperhatikan sekitar.

"Hai." Sial, tiba-tiba saja aku merasa seperti dejavu. Aku menoleh ke samping kananku dan terpaku melihatnya. Dia di sana ber-tuxedo lengkap dengan rambut yang rapi. Aku memperhatikannya dari atas sampai bawah lalu melihat wajahnya. Wajahnya sama sekali tidak berubah, cuma lebih kelihatan dewasa. Matanya yang berwarna hijau menatapku tajam, hidungnya dan bibirnya yang seksi itu kini sedang menyeringai.

Masih dengan menyeringai, dia berkata, "enjoy what you look?"

Aku salah tingkah mendengar pertanyaannya. Sial. Aku kembali mengalihkan pandangan ke depan.

"Aku melihat di instagram Sarah kemarin, kamu temannya Vica?" tanyanya

"Hm. Iya." jawabku singkat.

"Kalian dekat? Sampai Vica menjadikanmu bridesmaid nya?"

"Cukup dekat, bisa dibilang kami sahabat." jawabku.

Aku meliriknya yang sedang menatapku dengan alis terangkat.

"Aku seperti pernah bertemu denganmu. Terasa familiar, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya.

Aku menggeleng lalu mengangguk. Sial. Dia melupakanku? Padahal menurutku, tidak ada yang berubah dari diriku.

"Kita pernah bertemu sebelumnya kan?" tanyanya lagi dengan nama memaksa.

"Maybe." jawabku pelan.

Aku mendengarnya mendengus. Lalu dia bertanga, "siapa namamu?"

Apakah aku akan menjawab? Bagaimana dia tiba-tiba mengingat kejadian lima tahun lalu? Lalu menayakan Lee? Ah dia tidak akan menanyakan tentang Lee, dia bahkan tidak tahu bahwa dia punya anak.

"Hello there!" Dia mengibaskan tanganku di depan wajahku.

"Demi. Demi Miller." jawabku cepat.

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang