Part XIV

8.1K 483 3
                                    

Happy reading!^^

*****
BRIAN

Demi meneleponku tadi dan mengabari kalau dia ada pakerjaan di luar kota, dia lupa tadi pagi memberitahuku karena sepertinya dia juga lupa kalau pekerjaan diluar kotanya hari ini. Jadi akhirnya aku memutuskan untuk menginap di rumah Vica malam ini. Karena ternyata Lee tidak mau pulang ke apartemen, anakku itu masih mau bermain bersama twins.

"Daddy ambil baju dulu di apartemen ya?" Aku berlutut di depan Lee yang sedang menonton televisi.

"Lama nggak?" tanyanya menatapku.

"Nggak, sebentar. Selesai ambil baju Dad langsung ke sini."

"Okay. Bawain bunny ya Dad." Bunny adalah boneka kelinci kesayangan Lee. Boneka yang sejak kecil selalu di bawa ke mana-mana olehnya.

"Iya, Dad nggak akan lupa sayang." Aku berdiri lalu menatap Dylan yang duduk di sebelah Lee.

"Dy, jangan gangguin Lee ya. Uncle mau ambil baju dulu." Aku menatap Dylan tajam. Dylan melirikku lalu kembali menonton televisi.

"Hm." jawabnya singkat. Astaga songong sekali anak ini.

"Awas aja nanti pas uncle balik ke sini, Lee nangis di gangguin sama kamu." ancamku pada anak lelaki berumur sepuluh tahun yang sangat sengak gayanya.

"Ya uncle." jawabnya.

"Good."

"Aku gangguin Lee pas uncle udah balik lagi ke sini aja." lanjutnya, menatapku dengan menyeringai. Sebelum aku marah padanya, Dylan lebih dahulu berlari menuju kamar yang akan di tempatinya malam ini.

"Anak lo ngeselin Noval!" Aku menatap kesal ke arah Noval yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ngapain lagi dia?" tanya Noval mengangkat sebelah alisnya.

"Tau lo tanya aja sendiri." Aku menunduk menatap Lee. "Lee nanti kalau Dylan gangguin kamu, bilang sama Aunty Vica ya?"

"Ya Dad." balas Lee.

"Okay, Dad pulang dulu bentar." Aku mencium puncak kepalanya lalu berjalan turun.

"Small, gue balik ke apartemen dulu, ambil baju." Aku mencium pipi Vica.

"Hati-hati." balasnya.

"Hm."

*****

Aku memasuki baju Lee dan bajuku sendiri dengan cepat ke dalam travel bag. Aku lalu mengambil bunny yang berada di tempat tidur. Aku terburu-buru karena takut gadis kecilku di ganggu oleh bocah sengak itu. Shit, bagaimana Dahlia bisa mempunyai anak sengak begitu sih. Setahuku Dahlia tipe perempuan yang baik, sopan tidak sengak seperti anaknya. Mungkin ayah kandung Dylan sangat sengak jadi menurun ke anaknya.

Satu jam kemudian aku sudah sampai kembali di rumah Vica. Aku masuk dengan terburu.

"Cepat banget Bray." Vica menyapaku di depan pintu.

Aku mencium pipinya. "Lee nggak nangis kan?"

"Nggak kok." Vica tersenyum. "Dylan nggak gangguin Lee, tenang aja."

Aku menghela napas lega, lalu berjalan ke lantai atas dan melihat semua orang sedang menonton televisi selain si kembar, mungkin mereka sudah tidur. Vica duduk di sebelah Dylan.

"Hai sayang." Aku memeluk Lee erat lalu melirik Dylan yang sedang makan camilan.

"Hai Dad. Mana bunny?" Aku memberikan bunny padanya.

Be FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang