"Dad, aku ingin sapu balap terbaru." Rengek Draco saat ia dan keluarganya sedang sarapan di Malfoy manor.
"Untuk apa lagi?" Lucius masih terpaku pada Daily Prophet di tangannya sambil sesekali menyesap secangkir kopi.
"Tentu saja untuk quidditch!"
"Ganti sapu pun tetap saja akan kalah dari Gryffindor, apa gunanya," Draco tersinggung.
"Aku sudah berlatih selama liburan, Dad!" Draco menatap Lucius yang masih fokus dengan bacaannya. "Aku harus punya sapu baru untuk melengkapi latihanku!"
"Tenanglah, Drakie sayang, Mom yang akan membelikannya untukmu. Habiskanlah sarapanmu!" Narcissa, istri Lucuis menenangkan putra semata wayangnya. Lucuis menatap istrinya sejenak dengan tajam.
"Berhenti memanjakannya!"
"Anak yang bisa kumanja hanya satu, sayang..." Narcissa tersenyum membujuk, Lucius berdehem dan melanjutkan bacaannya. Narcissa memang ibu yang akan selalu memanjakan anaknya. Bahkan, Draco adalah segalanya baginya. Mungkin perlakuan itu yang telah menciptakan sifat Draco yang pemaksa dan manja--Entahlah.
Dua hari lagi Draco akan kembali ke Hogwarts. Tahun ketiga telah datang dan Draco akan kembali ke sekolah terkenal itu dengan penampilan yang lebih dewasa. Ah~ Draco sudah remaja sekarang--bukan bocah lagi. Feromon mulai menguar dari sosoknya dan ia menyadari hal itu--tentu saja!
Ketika hari keberangkatan ke Hogwarts datang, Draco hanya diantarkan ibunya, sementara Lucius sedang ada urusan mendadak. Seperti biasa, sebelum masuk kereta, dia akan dicium penuh sayang oleh ibunya Narcissa dan dia bangga akan hal itu. "Bye, Mhom!" Draco pamit dan bergegas pergi disambut oleh Crabbe dan Goyle di depan pintu masuk.
"Semoga harimu menyenangkan, Sayang..." Narcissa tersenyum manis sambil melambai.
Draco begitu siap untuk memulai semuanya di tahun yang baru, terutama kembali bermain quidditch, hal yang paling ia nanti. Draco sama sekali lupa pada dendam yang telah ia tanamkan pada seorang gadis kecil. Tapi sudahlah, apa pedulinya!
Lalu bagaimana kabar gadis kecil itu? Dendam kepada Draco Malfoy telah mengakar kuat selama liburan, bahkan ia sempat ingin mengirim sebuah Howler agar dapat memaki dengan lebih puas--untung saja dia masih bisa berpikir jernih untuk mengurungkan niatnya.
Gadis kecil itu sudah makin tinggi dan cantik sekarang. Dia adalah Hermione dan Draco harus ingat untuk menghindar darinya selama di Hogwarts, karena kini Hermione dapat melakukan apa saja untuk membalas Draco.
Hermione menceritakan kejadian penguncian di kamar kecil hari itu kepada kedua sahabatnya, Harry dan Ron. Mereka berdua geram, wajah Ron memerah karena kesal dan selama perjalanan ke Hogwarts, mereka sibuk menyusun rencana untuk mengutuk Draco Malfoy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just, SHUT UP! √
FanfictionSemua ini hanya antara Slytherin dengan Gryffindor, Antara Pure-blood dengan Maggle-born, Antara si licik dengan si cendekia, Si bad boy dengan si good girl, baik dengan buruk, Platina dengan hazel, Dan antara cinta dengan kebencian. Semua ini hany...