"Panggil aku Seokmin kalau itu memang membuatmu lebih nyaman..."
..
.
.
."Seok..."
"Ya! Sudah kubilang berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Kau ini kenapa tidak pernah mendengarku sih?"
"Harusnya kau beruntung aku masih mengingat namamu. Berhentilah mengeluh. Lagipula... Dokyeom terdengar asing bagiku. Aku lebih suka memanggilmu dengan nama Seokmin."
Laki-laki yang sedaritadi duduk disebelahmu ini menutupi mukanya frustasi. Kalau saja ia tidak mengingat kepalamu yang masih terbalut perban, dan baru sadar setelah satu bulan terbaring koma, mungkin dia sudah menjitak kepalamu.
"Ngomong-ngomong kecelakaan apasih yang menimpaku?"
Seokmin, ia menjambak rambutnya frustasi, pertanyaan ini sudah kau tanyakan lebih dari sepuluh kali. Dan itu cukup membuatnya frustasi.
"Begini ya nona, lebih baik kau istirahat saja, kau sudah menanyakan hal itu sebanyak sepuluh kali.. Ingatanmu itu masih belum benar-benar membaik. Jadi, istirahatlah untuk segera memulihkan ingatanmu, arra?"
Kau mengangguk pelan, menuruti perkataan pria yang bahkan sekarang kau sudah kembali lupa dengan namanya. Sebenarnya Seokmin ini bukan orang asing bagimu, dia teman sekolahmu dulu. Kau memejamkan kedua matamu, mencoba menuruti kemauan pria berhidung mancung yang berada disebelahmu ini.
Kecelakaan yang menimpamu sebenarnya berhubungan erat dengan Seokmin, mungkin kalau kau tadinya tidak banting stir kemudimu, Seokmin yang akan berada di posisimu sekarang. Kecerobohan pria itu yang berlari seenaknya untuk mengejar seorang wanita yang menyebabkan kau berakhir disini. Dan sebagai rasa tanggung jawabnya, dia yang sudah selama sebulan belakangan ini dia yang sudah merawatmu.
Kau kembali membuka kedua matamu setelah tertidur kurang dari 1 jam. Menerawang sekitar dan mendapati Seokmin tengah serius dengan ponselnya."Seokmin-aa.."
"Eh, kau sudah bangun? Cepat sekali."
"Kau sedang apa?"
"Membaca, kenapa?"
"Aku bosan, bisa kau antarkan aku jalan-jalan?"
Seokmin mengangguk, lantas mengangkatmu perlahan keatas kursi roda. Membawamu keliling rumah sakit, dan berakhir disebuah taman dibelakang rumah sakit ini. Seokmin memarkirkan kursi rodamu tepat disebuah kursi taman yang akan didudukinya.
"Maafkan aku, karena kecerobohanku, kau harus berada disini sekarang."
"Hmm, tidak apa.. Lagipula ingatanku sudah membaik kok. Btw, kau bilang kalau sebulan ini kau yang menjagaku 'kan?"
"Ne, bagaimanapun ini tanggung jawabku, ini semua juga kan salahku."
Kau tersenyum lembut, menepuk bahunya yang sontak membuatnya menatpmu penuh keheranan.
"Mulai besok tidak usah menemaniku lagi, aku takut yeojachingu mu salah paham."
Seokmin tertawa sebelum kembali menatapmu dengan wajah yang masih sangat antusias.
"Karena yeoja itu juga kau jadi begini, dan kau masih memikirkan perasaanya? Kau ini sama sekali tidak berubah dari dulu. Pikirkan dirimu dulu saat ini, tidak usah memikirkannya. Lagipula aku sudah putus dengannya." Ujar Seokmin sembari mengelus puncak kepalamu singkat. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, angin pun bertiup semakin kencang. Seokmin yang merasakan tiupan angin yang semakin kencang sontak mengajakmu untuk kembali masuk kedalam kamarmu.
"Sudah waktunya kau kembali kedalam kamarmu. Ini terlalu dingin untuk seorang pasien."
"Gomawo." Ujarmu setengah berbisik yang cukup membuat Seokmin tersenyum.
***
6 months later
Kau baru saja selesai menjalani operasi pengangkatan pen dari kakimu. Yap tentu saja ditemani Seokmin. Kau masih terbaring diatas tempat tidur. Kakimu masih terasa kebas akibat efek dari obat bius. Seokmin yang sedaritadi duduk disebelahmu sembari memijat kakimu perlahan. Pria ini, entah semakin hari kau semakin jatuh hati dengannya. Setiap sore sepulang kerja, ia menemanimu untuk sekedar jalan-jalan santai ditaman dekat rumahmu. Bahkan kemarin dia membelikanmu boneka stitch kesukaanmu sebagai hadiah karena kau berulang tahun. Tapi, apa dia juga merasakan hal yang sama denganmu? Atau hanya sekedar salah satu tanggung jawabnya?"Dokyeom-aa.."
"Ne? Eh tadi kau panggil aku apa?"
"Dokyeom-aa.. kau tidak bosan menemaniku terus?"
"Ya! Sudah berapa kali kau lontarkan pertanyaan ini? Jangan-jangan ingatanmu belum benar-benar pulih ya?"
"Aku serius, sudah lebih dari enam bulan kau menemaniku, dan ini...."
Seokmin mengangkat sebelah alisnya, menunggu lanjutan kalimatmu yang masih menggantung itu. Kau menarik nafasmu perlahan sebelum kembali melanjutkan kalimatmu.
"Dan ini membuatku salah paham.. A.. Aku rasa aku jatuh cinta padamu. Aku tau ini salahku, tapi selama ini kau selalu berada disampingku, dan itu membuatku nyaman. Seok, ah, Dokyeom-aa.. Ini tidak usah diteruskan, lagipula aku sudah benar-ben...."
Seokmin mengunci mulutmu rapat-rapat dengan bibirnya, awalnya kau terkejut dan mencoba untuk mendorong tubuhnya, namun tangannya menahan tengkukmu yang membuatmu sulit bergerak.
"Ka.. Kau pikir aku menemanimu hanya sekedar karena tanggung jawabku?" Ujar Seokmin yang masih terengah-engah.. Wajahmu memerah, sedangkan Seokmin? Ia menunjukkan senyum jahil, seperti sedang menggodamu yang langsung membuatmu menutup kedua mukamu dengan boneka stitch yang sedaritadi berada dipelukkanmu.
"Panggil aku Seokmin kalau itu memang membuatmu lebih nyaman. Ah iya, aku kalah cepat ya, maafkan aku ya. Aku juga mencintaimu, (Y/n)-aa."
End.