(IMAGINE) MY BOO

273 27 12
                                    

  "Yasudah, jadi kau mau aku tidur dimana?"  

.

.

.

.

.

"Siapa wanita itu Boo?"

"Temanku."

"Oh." Ucapmu sembari mengangguk singkat lalu berjalan menuju kedalam kamarmu. Berusaha berpositif thinking walaupun sulit. Sulit sekali. Boo Seungkwan, seorang pria yang cukup banyak digemari wanita dan malam ini dia pulang bersama dengan seorang wanita cantik yang katanya adalah "Temannya"

"(Y/n)-aa, kau marah?"

Kau tidak meladeni pertanyaannya dan bergegas menuju ke dalam kamarmu. Berharap Seungkwan seperti di film-film, menahan tanganmu dan.. ah sudahlah, ini sudah malam tidak baik kalau terlalu banyak bermimpi.

Kau berjalan menuju ke sebuah lemari yang berada disalah satu pojok kamarmu. Sambil tersenyum penuh kemenangan kau membongkar lemari tersebut yang isinya adalah puluhan boneka berukuran diatas 1 meter. Namun bukan mereka yang kau cari, tapi..

"Gotcha! Annyeong Peppa-aa, sudah lama tidak berjumpa. Malam ini temani aku tidur ya." Ucapmu sembari menarik sebuah giant teddy bear yang bahkan ukurannya duakali lipat lebih besar darimu.

Tubuh besar Peppa hampir menutupi tiga perempat bagian tempat tidurmu ketika kau meletakkannya diatas kasurmu. Kau baru saja memejamkan kedua matamu ketika pintu kamarmu terbuka dan menunjukkan Seungkwan yang sepertinya baru saja selesai membersihkan diri. Tubuhmu bersembunyi dibalik tubuh besar Peppa, Seungkwan tersenyum singkat sebelum berjalan kearahmu dan Peppa, ia mencoba menyingkirkan penghuni baru yang bertubuh cukup besar itu namun terhambat karena tangan dan kakimu seketika memeluk Peppa dengan erat.

"(Y/n)-aa, kalau Peppa tidur disini, aku tidur dimana?"

"Terserah."

"Eish, kok terserah, jangan marah (Y/n)-aa, wanita itu tadi benar-benar hanya temanku, sungguh. Mobilku mogok, dan kebetulan dia lewat, jadi dia menolongku."

"Klasik, Boo! Pokoknya aku mau tidur dengan Peppa."

"Yasudah, jadi kau mau aku tidur dimana?"

"Didepan."

"As your wish."

Beruntung! Benar-benar beruntung Boo Seungkwan adalah pria yang amat sangat sabar menghadapimu. Tidak seperti pria lain yang tidak sabaran dan malah memaki istrinya karena hal sepele. Seungkwan mengambil bantalnya dan mematikan lampu kamar kalian sebelum berjalan keluar menuju ke ruang televisi. Kau memperhatikan punggung Seungkwan yang menghilang dibalik pintu. Sedikit merasa bersalah dengan perbuatanmu barusan. Tapi ini sudah kesekian kalinya Seungkwan berhasil membuatmu terbakar api cemburu.

***

Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Bahkan kau masih belum bisa tertidur. Tidur dengan Peppa adalah pilihan yang salah.

"Peppa-aa, apa aku keterlaluan? Tapi dia selalu saja seperti ini, aku cemburu tau." Ujarmu sembari memeluk tangan kanan teddybear mu ini. Setelah berkutat cukup lama dengan pikiranmu, akhirnya kau memutuskan untuk berjalan keluar dari kamarmu. Sekedar ingin tahu apa Seungkwan sudah tidur atau belum. Kau membuka pintu kamarmu perlahan lalu berjalan layaknya seorang detektif yang sedang mengendap-ngendap.

"Boo.."

"Ya? Eh, kau terbangun ya?"

"Aku tidak bisa tidur, mau temani aku tidur?"

Seungkwan menghela nafasnya lembut lalu berjalan kearahmu. Dia mengecup keningmu singkat.

"Ayo tidur, ini sudah larut."

"Tidak dikamar." Jawabmu yang sontak membuat Seungkwan menatapmu bingung. Kau menunjuk kearah sofa yang lagi-lagi membuat Seungkwan kembali menghela nafasnya. 'sabar.. sabar...' - mungkin itu isi hati Seungkwan

"Kau mau tidur disofa?"

"Hmm.."

"Tubuhmu bisa sakit kalau tidur disana."

"Aku mau disana, Boo."

"Baiklah, ayo."

Seungkwan menarik tanganmu dan berjalan menuju sofa. Membaringkan tubuhnya dibagian pinggir sofa, dan kau dibagian dalam tentunya. Seungkwan mengecup bibirmu singkat sebelum beralih pada dahimu dan memelukmu erat.

"Ayo tidur, sudah larut. Besok seharian aku janji untuk mengajakmu kencan."

Kau tersenyum sebelum memejamkan kedua matamu.

"Boo.." Bisikmu pelan.

"Hmm?" Sahutnya tanpa merubah posisinya sedikitpun, bahkan kedua matanya pun masih terpejam.

"Aku... hamil."

"Baguslah.. EH, APA TADI KATAMU?" Pekik Seungkwan yang langsung terlonjak dan terjatuh dari sofa. Kau sedikit terkekeh melihat tingkahnya yang terkejut karena berita bahagia itu. Kau menunjukkan sebuah kertas yang sedaritadi kau simpan didalam kantung piyamamu.

"Sudah 11 minggu." Ujarmu. Seungkwan memelukmu, erat. Erat sekali. Ia bahkan berkali-kali menciumi kepalamu.

"Jadi ini sebabnya kau menjadi lebih overprotektif padaku, hm? Kalau begitu aku juga akan melakukan hal yang sama, kkaja kita tidur dikamar."

"Boo.."

"(Y/n)-aa, ayo tidur dikamar."

"Yah, Boo, ayolah.."

"Nyonya Boo sekarang ini kau sedang hamil, tolong jangan membantah, kali ini aku memaksa dan aku tidak akan mengalah. Kkaja."

"Baiklah, tapi Peppa juga tidur bersama kita."

"Mwo? Bagaimana bisa (Y/n)-aa, Peppa itu besar tau. Kau tau, bahkan Peppa jauh lebih besar dariku."

"Tidak ada bantahan, mau atau tidak?"

"Baiklah." Seungkwan kembali menghela nafasnya singkat sebelum menggandengmu menuju kedalam kamar. Seungkwan menghimpit tubuhmu diantara Peppa dan tubuhnya.

"Sempit 'kan? Peppanya malam ini tidur di karpet dulu ya?"

"Shireo-yo!"

"Hmm.. Beruntunglah aku menyayangimu sepenuh hati, kalau tidak mungkin Peppa sudah kubuang jauh-jauh."

"Iloveyou, Boo."

"Me more, sweetheart."

End.

SEVENTEEN FANFICTION/IMAGINEWhere stories live. Discover now