"Yang keluar tanpa bilang itu aku atau kamu?"
.
.
.
.
.
Malam ini kau kembali berbohong pada pacarmu Joshua Hong. Pria yang sudah menemanimu kurang lebih selama 3 tahun belakangan.
"(Y/n)-aa.." Panggil pria yang tengah duduk dimeja paling pojok.
"Jeonghan oppa." Sapamu sontak berlari kecil kearahnya. "Aku sangat merindukanmu." Ujarmu sembari memeluk namja bernama lengkap Yoon Jeonghan itu.
"Aku juga merindukanmu, bagaimana dengan Josh?"
"Josh.. Tadi terakhir dia blg padaku kalau dia mau tidur, dan aku juga bilang hal yang sama padanyaa." Jelasmu sedikit merasa bersalah. Yap, berbohong pada Joshua untuk bertemu dengan Jeonghan yang statusnya adalah sahabat baik Joshua cukup membuat batinmu tidak tenang.
"Kenapa melamun? Ada masalah?" Tanya Jeonghan sembari menggenggam tanganmu lembut. Kau menggeleng singkat sembari memamerkan senyuman termanismu padanya.
"Aigoo.. aku bisa benar-benar gila kalau kau selalu tersenyum semanis itu." Goda Jeonghan yang tentu saja membuat pipimu merah merona.
'Shit. Teman macam apa yang diam-diam mengajak kencan pacar sahabatnya sendiri.' - Batin Joshua sembari menahan amarah. Diam-diam Joshua memperhatikan kalian berdua yang sibuk bercakap-cakap diujung sana dan ini sudah yang kedua kalinya.
Joshua kembali menyeruput espresso-nya sambil sesekali melirik kearah kalian. Manik matanya bahkan menangkap tawa lepasmu saat bersama Jeonghan yang bahkan tidak pernah dilihatnya ketika kau bersamanya.
'Matanya.. benar-benar indah.'
'Dia benar-benar bahagia.'
'Apa aku harus melepasnya?'
'Atau menunggu sampai dia dan Jeonghan mengaku?'
'Atau..'
"Drrtt.. drrrttt.." Suara ponsel Joshua menginterupsi kegiatannya yang sedang sibuk berkecamuk dengan batin dan pikirannya itu.
Fr: (Y/n)
"Oppa sudah tidur? aku tidak bisa tidur, mungkin aku akan jalan-jalan sebentar."
Joshua terkekeh sinis ketika membaca isi pesan darimu. Kedua ibu jarinya menari-nari diatas layar ponselnya menyusun beberapa kata menjadi sebuah kalimat.
To: (Y/n)
"Perlu kutemani?"
Begitu tombol enter di tekan, Joshua sontak kembali menatap kearahmu. Kau membuka pesan dari Joshua yang membuatmu terkejut.
"Apa katanya?" Tanya Jeonghan
"Oppa, apa Josh sedang mabuk?"
"Maksudmu?"
"Dia menawarkan diri untuk menemaniku." Jawabmu yang membuat kedua mata Jeonghan terbelalak. "Oppa, aku harus ke apartemennya sekarang, sepertinya ada yang tidak beres dengan Josh, tidak biasanya dia begini."
"Biar aku antar." Tawar Jeonghan
"Gwenchana, aku bisa sendiri. Aku pergi dulu, oppa. Annyeong."
Joshua yang mendengar perkataanmu barusan langsung bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke parkiran mobilnya. Berbanding terbalik dengan Jeonghan yang menghela nafasnya dengan kasar lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi tempatnya duduk.
"Kau beruntung, Joshua Hong." Gumam Jeonghan setengah berbisik.
***
Joshua turun dari mobilnya dan langsung berlari menuju apartemennya. Beruntunglah apartemennya berada di lantai 8 jadi tidak butuh waktu yang lama untuk sampai disana.
Ia memasukkan beberapa kode akses untuk membuka pintu apartemennya. Melepas coatnya juga celana training yang mengcover boxernya itu.
"Oppa darimana?"
Joshua yang baru saja memasukki ruang tv sontak membelalakan kedua matanya ketika melihat kehadiranmu disana.
"(Y/n).. Kau."
"Oppa darimana? Apa oppa sedang mabuk? Kenapa keluar tanpa bilang?"
Ia menatapmu, kali ini tatapannya melembut padamu. Joshua mengecup keningmu singkat sebelum duduk disebelahmu.
"Yang keluar tanpa bilang itu aku atau kamu?"
Degh.. Jantungmu rasanya seketika berhenti ketika Joshua menyelesaikan kalimatnya.
"Kenapa diam saja? Ah, baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu lebih dulu." Joshua menarik nafasnya pelan sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku tadi dari cafe ah, aku lupa apa nama cafenya, yang pasti aku mengikutimu dan Jeonghan hyung. Eh, jadi tadi sampai mana? Ah, iya siapa yang tidak mengabari ketika mau keluar?"
"Aku."
"Kamu selingkuh? Aku tidak marah. Salahku juga yang terlalu sibuk dengan pekerjaanku."
"Josh.."
"Jeonghan menyukaimu dan kau.. aku tidak pernah melihatmu tertawa sebahagia itu disaat kita sedang bersama." Satu kali tarikan nafas sebelum kembali melanjutkan perkataannya "Aku tak apa, tapi berjanjilah untuk bahagia." Sambung Joshua.
"Ayo pulang, biar aku antar." Joshua kembali memakai celana trainingnya juga coatnya sebelum menarik tanganmu.
"Tidak mau. Aku mau disini."
"Kamu dan Jeong..."
"Aku dengannya tidak ada apa-apa. Tiga tahun, Josh. Hahaha.. Tiga tahun semenjak kita menjalin hubungan kau bahkan selalu meminta Jeonghan untuk menemaniku nonton, belanja, makan. Yang pacarku itu kamu atau Jeonghan? Come on, Josh, dimana Joshua yang dulu? Kalau dihitung kau menemaniku tidak sampai sebulan sekali. Apa sebegitu sibuknya sampai tidak pernah bisa ada waktu untukku? Hadiah ulang tahunku pun.. Sudahlah. Kalau memang mau berakhir, aku tak masalah. Masalah pergi tanpa izin.. Maaf, itu salahku, aku terlalu lupa diri kalau kau itu masih pacarku sehingga belakangan ini aku memilih untuk tidak memberitahumu kemana aku pergi dan dengan siapa aku pergi."
Joshua mematung. Kau berdiri, berjalan kearahnya. Memeluknya erat, meresapi aroma tubuhnya yang membuatmu nyaman.
"Terimakasih untuk tiga tahun dua bulannya. Aku janji, aku akan bahagia." Ujarmu sembari melepas pelukanmu namun tertahan karena Joshua menahan punggungmu dengan kedua tangannya.
"Lepas, Josh." Pintamu, namun Joshua menggeleng pelan.
"Maafkan aku." Ucapnya
"Gwenchana."
Kau mengusap punggung Joshua lembut. Airmatamu pun mengalir membasahi kedua pipimu. Joshua.. Dia terlalu berarti untukmu.
"Aku tidak akan melepasmu. Aku janji, mulai hari ini aku akan selalu ada untukmu."
"Tidak perlu selalu ada. Aku hanya ingin Joshua yang kukenal."
"As your wish, my sweetheart."
End.