Bab 12

1.6K 94 0
                                    

Hari ini merupakan hari keberangkatan Jehna menuju kota Lynconstone. Jehna sudah bersiap-siap. Ia memakai pakaian tebal agar tidak merasa kedinginan di kota Lynconstone yang sedang turun salju itu. Setelah selesai mengecek barang-barang yang akan dibawanya, ia menghela nafas pelan. Ia menelusuri seluruh sudut kamarnya dengan teliti.

'Aku akan segera merindukan kamarku ini.' pikirnya.

John yang sedang berdiri di ambang pintu, hanya menatap datar ke arah Jehna. Ia tidak begitu senang saat mendengar Jehna harus pindah dari rumah dan tinggal di kota lain yang sulit dijangkaunya.

'Bagaimana jika Jehna kesepian? Bagaimana kalau ia dalam bahaya? Siapa yang akan membantunya?' Itulah pertanyaan yang menghantui pikiran John.

John mengambil langkah dan memeluk Jehna dari belakang. Jehna terkejut dengan aksi dadakan John yang tidak disangkanya itu. Tapi Jehna menikmati setiap detik pada waktu seperti ini. Jehna tersenyum kecil, dan kemudian John melepaskan pelukannya. Ia memutar badan Jehna agar berhadapan dengan dirinya. Mereka saling tersenyum.

"Jaga diri lo baik-baik ya?" Harap John.

"Lo uda bilang kayak gitu untuk ke-10 kalinya." Jehna tertawa kecil. Tapi ia kemudian mengangguk.

"Jangan sembarangan pilih cowok ya?" Tanya John asal. Jehna mencubit perut John.

"Ngomong apa sih lo?" Tanya Jehna dengan malu. John hanya terkekeh pelan.

John membantu Jehna membawa barangnya ke bagasi mobil. Setelah selesai, Jehna mengucapkan kata-kata perpisahan kepada papa,mama dan John untuk kesekian kalinya. Kali ini dengan air mata yang bercucuran. Kecuali papa dan John tentunya. Dan kemudian mereka ber-4 saling berpelukan ala teletubies.

"Jehna pergi dulu ya." Pamit Jehna sebelum masuk ke dalam mobil.

Mobil yang diduduki Jehna pun perlahan-lahan menghilang dari pandangan mereka. Jehna menatap keluar jendela dengan perasaan senang dan juga sedih. Ingin sekali Jehna bertemu dengan Zoe dan Maggy untuk mengucapkan salam perpisahan, tapi rasanya sangat tidak mungkin. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menemui Zoe lagi. Ia ingin segera melupakan perasaan yang ia rasakan terhadap Zoe.

Tak sadar, mobil yang diduduki Jehna sudah sampai di depan bandara. Pak supir tau bagaimana perasaan Jehna sekarang. Jadi ia putuskan untuk membiarkan Jehna berdiam diri sebentar. Setelah beberapa saat, pak supir pun mengatakan ke Jehna bahwa ia sudah sampai di bandara. Jehna tebangun dari lamunannya dengan rona merah di wajahnya. Dengan malu, ia mengatakan terima kasih kepada pak supir.

Ia turun dari mobil. Menarik kopernya menuju pintu masuk. Jehna tiba-tiba saja ingin mengalami kejadian seperti di cerita-cerita remaja. Si perempuan berhenti tepat di depan pintu masuk, saat laki-laki berteriak memanggil nama si perempuan itu. Kemudian mereka saling berpelukan dengan erat. Dan si perempuan pun berangkat dengan hati yang gembira.

Jehna menggelengkan kepalanya menghilangkan imajinasi yang tidak penting itu. Ia menoleh ke belakang mencari-cari Zoe. Tapi Zoe tidak kelihatan sama sekali. Ia menghembuskan nafas dengan kecewa. Kemudian ia berjalan masuk dan menghilang di balik pintu itu.

Jehna sudah tau bahwa zoe tidak mungkin mengejarnya sampai di pesawat. Tapi ia berharap. Dan harapan itu tidak terpenuhi. Rasa sakit dan kecewa terasa di dadanya. Tapi kenapa ia tidak terkejut sama sekali ya?

***

Hal pertama kali yang Jehna rasakan saat ia sampai di kota Lynconstone adalah kesepian. Ia sama sekali tidak mengenal kota ini. Ini merupakan kali pertamanya ia datang ke kota Lynconstone. Orang-orang datang dan pergi tanpa menoleh, hanya menatap lurus ke depan tanpa memperdulikan sekitarnya.

Beautiful in Its Time (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang