Dari semalam yang lewat di kepala ini cuma: "Pengen deh, punya 'tempat' yang benar-benar mau mendengarkan apa yang aku ingin katakan. Terserah dalam bentuk apa-atau mungkin malah 'siapa'."
Memang berlebihan banget sih ini, tapi, bukannya manusia memang begitu? Sukanya melebih-lebihkan apa yang dia rasakan.
Pasti rasanya melegakan, ya, disaat kamu butuh tempat atau mungkin seseorang untuk membuka kedua telinganya lebar-lebar hanya untuk bisa mendengar apa yang akan kamu ceritakan.
Pasti nyaman banget, ya, ketika kamu cerita, tempat atau mungkin seseorang itu gak akan berusaha untuk memotong ucapan kamu; melainkan mendengar segala cerita dari mulut kamu dengan mata yang fokus memperhatikan segala macam ekspresi yang kamu keluarkan.
Pasti kamu merasa terharu, ya, pas tahu dengan ikhlasnya dia mengesampingkan urusan-urusannya cuma untuk duduk dengan kamu dan mendengar keluh-kesahmu.
Aku juga pengen punya tempat untuk berkeluh-kesah.
Salah, gak, kalau aku ada keinginan begitu?
Aku juga pengen didengar sama kamu, yang kalau dengerin orang ngobrol aja bakal musatin pendengaran kamu ke mereka.
Aku juga mau, deh, sekali-kali duduk sama kamu; tanpa gawai, tanpa orang lain di sekitar kita juga. Aku mau ngerasain gimana rasanya bercerita ke kamu, dengan kamu yang fokus memperhatikan aku tanpa ngelamun sedikitpun.
Kenapa harus kamu?
Aku tahu kamu itu pendengar yang baik; yang tidak akan menilai tanpa mendengar. Aku tahu kamu itu pendengar yang baik; yang menerapkan prinsip "banyak dengar banyak pengetahuan". Aku tahu kamu itu pendengar yang baik; yang bisa membuat seseorang merasa dihargai hanya dengan mendengar ucapannya tanpa ada niat menyela.
Karena, aku gak butuh saran, gak untuk saat ini. Karena, aku hanya butuh didengar, setidaknya cuma untuk saat ini. Karena, aku sedang tidak butuh dinilai orang lain, cukup kali ini aja.
Boleh, kan, aku minta ke Tuhan supaya dia mengirimkan kamu yang lain untuk jadi tempatku berkeluh-kesah? Karena kamu yang sebenarnya, sudah jadi tempat berkeluh-kesahnya orang lain; dan mengambil apa yang sudah dilabeli orang lain itu gak ada bagus-bagusnya.
Semoga kamu menjawab boleh, dan semoga Tuhan mengiyakan, ya.
Tertanda, Ara.
2015, saat kamu masih jadi rumah milik orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
PoetryKetika di sana semua yang kamu gambarkan itu tentang dia, di sini yang kutulis selalu tentang kamu - ironis, ya?