Sepanjang perjalanan tadi, aku banyak berpikir tentang tiga hal ini; hujan, berteduh, dan rumah.
Banyak orang, yang ketika ingin pulang ke rumahnya, terpaksa mencari sebuah tempat berteduh agar dirinya tidak basah kuyup dan nantinya berunjung tumbang.
Banyak orang, yang ketika ingin pulang ke rumahnya, memutuskan untuk menepi karena dia sadar dia tidak siap untuk berhujan-hujanan.
Banyak orang, yang ketika imgin pulang ke rumahnya, tidak memiliki pilihan yang lebih baik daripada berteduh.
Tujuannya satu: untuk melindungi diri mereka, bukan untuk menetap di tempat berteduhnya.
Mereka hanya berada di sana dalam masa temporal; selama hujan belum dirasa cukup reda, maka mereka belum akan beranjak.
Karena pada akhirnya, senyaman apa pun tempat berteduh, akan selalu kalahlah dia dari rumah yang dituju oleh orang-orang tadi.
Dan aku rasa, kamu pun begitu.
Kamu di sini hanya singgah, dan sekarang waktumu untuk pulang sudah tiba.
Tempat berteduh ini, hanya bisa berterima kasih padamu, seorang komuter yang sudah rela menetap walau hanya sesaat, sebelum akhirnya dirimu kembali pulang ke tempat berteduhmu yang sesungguhnya; rumah-mu.
Tertanda, Ara.
3 Desember 2015, saat aku sadar kalau aku hanyalah sebuah tempat berteduh untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
PoetryKetika di sana semua yang kamu gambarkan itu tentang dia, di sini yang kutulis selalu tentang kamu - ironis, ya?