Bimbang

291 52 2
                                    

Ternyata mengambil keputusan tak semudah memilih makanan ringan berdasar rasa yang kamu selerakan.
Pun tidak sesederhana membalikkan kedua telapak tangan.

Mengambil keputusan seolah seperti diberikan sebuah pertanyaan, "Pilih Ibumu atau Ayahmu?"

Jika kamu jawab Ibu, maka Ayah akan kecewa. Bila kamu jawab Ayah, maka hati Ibu mungkin bisa terluka.

Sama pula ketika aku ingin memutuskan apakah aku harus menanyakan ini kepadamu, "Kamu baik?" saat aku memergoki dirimu yang sedang berada di ujung tebing yang curam.

Di satu sisi, aku tahu, kamu tidak baik. Makanya aku ingin bertanya, ingin mendengarkan ceritamu — sebagaimana yang telah kamu lakukan beberapa bulan belakangan kepadaku.

Namun di sisi lain, pikiranku menyuarakan, "Memangnya kamu siapa, berani-beraninya sepeduli itu kepada dia?"

Aku ingin menolak pikiran itu, tapi aku tak bisa berbuat banyak.

Mungkin memang sebenar-benarnya, yang berhak menanyakan hal itu bukan aku, melainkan dia. 

Tertanda, Ara.
9 Februari 2016, saat aku tidak sengaja membaca pesan yang kamu terima darinya.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang