22. This is Worse 2

10.4K 907 66
                                    

Kepotong enggak sih?
###

Akihiko sampai di kampus lebih pagi daripada biasanya. Kali ini Seika tidak di rumah lagi. Menginap di rumah teman katanya. Akihiko yang malas memasak memilih berangkat lebih pagi dan sarapan di kantin kampus.

Di depannya saat ini ada sepotong roti kismis dengan lelehan keju dan juga segelas susu coklat. Ia memakan sarapannya dengan lambat. Jujur saja, ia takut jika Daiki tidak menemukan pesannya. Bagaimana jika malah ayah Daiki yang menemukannya lalu membuangnya? Atau, bagaimana jika Daiki menemukannya tapi tidak mau menemuinya? Tanpa sadar ia hanya menusuk-nusuk rotinya tanpa memakannya.

Disaat pikirannya berkecamuk, seseorang menyentuh pundaknya. Pelan, tetapi Akihiko yang pikirannya sedang berkelana terkejut bukan main. Garpu yang ia pegang terlontar dan jatuh ke lantai, menimbulkan denting yang berisik karena hari masih pagi dan suasana masih sunyi.

"Upss, g-gomen."

Akihiko mendongak, mencari tahu siapa yang barusan menepuk pundaknya. Meskipun sebenarnya ia bisa menebak dari suaranya, itu Masato.

Masato duduk di samping Akihiko tanpa ijin. Sementara, Akihiko memperhatikan semua yang dilakukan Masato. Kemudian Masato menoleh pada Akihiko, menatapnya beberapa saat lalu menghembuskan napas. Seolah-olah ia sedang menghadapi ujian berat, nampaknya memang Masato ingin mengatakan sesuatu. Namun, entah mengapa Masato gugup.

"Ano... Aki, aku em... Gomen. Hontoni gomen ne...?"

Akihiko hanya mengangguk. Tidak ingin mempermasalahkan lebih lanjut perihal Masato yang meninggalkannya beberapa hari lalu. Sudah lewat beberapa hari. Alasan Masato baru sempat meminta maaf sekarang, bukan karena tidak ingin atau malu. Namun, kegiatan perkuliahan akhir-akhir ini sangat padat dan banyak sekali tugas. Mereka memang beberapa kali berada di dalam kelas yang sama. Namun, kesibukan mereka bahkan membuat mereka seperti tak saling mengenal.

Ragu-ragu Masato bertanya,
"Bagaimana kau dan Daiki?"

Akihiko menggeleng lemah.
"Aku, tak bisa menghubungi ponselnya. Tapi, aku memberinya pesan untuk menemui setelah kuliah nanti. Aku ingin menjelaskan semuanya."

Masato mengelus pundak Akihiko.
"Aku ingin menemanimu, tapi tugas sialan itu tidak membiarkanku."

Akihiko tersenyum, "Aku bisa mengatasinya."

"Maafkan aku."
Masato memberikan pandangan menyesal.

"Tak masalah. Ayo ke kelas."
Akihiko berdiri. Meninggalkan rotinya yang belum habis.

Masato ikut berdiri, dan mereka berjalan menuju kelas mereka.

###

Selesai kelas Akihiko tak ingin membuang waktu. Ia segera melesat ke taman dan menunggu Daiki. Napasnya sedikit tersengal, dan keringat menetes di dahinya karena berlari. Akihiko kemudian duduk di salah satu bangku, memandang ke kumpulan bunga yang baru mekar.  Pikirannya sudah kembali berlari memikirkan Daiki, awal pertemuan mereka, kenangan mereka, sampai ingatan terakhir yang membuat Akihiko menghela napas gusar.

Ia tak ingin Daiki membencinya. Akihiko mencintai Daiki, dan ia tak pernah berniat selingkuh.

Tiba-tiba, sebuah tangan menutupi matanya dari belakang. Ia merasakan sapuan bibir di pipinya. Akihiko tersentak. Ia menarik tangan yang menutupinya, kemudian ia berdiri dan berbalik. Terkejut dengan apa yang dilihatnya, Akihiko bahkan tidak sadar ketika orang tersebut sudah berjalan dan berada di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan di sini, sayang? Menungguku?"
Orang tadi sudah memeluk pinggang Akihiko.

"Brengsek! Apa yang baru saja kau lakukan!"
Akihiko menyentak, mencoba melepaskan tangan yang melilit pinggangnya ketika akhirnya ia sadar dari keterkejutannya.

Dumb! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang