Part 4

101 9 3
                                    

Afsheen melalui harinya seperti biasa, dari mulai sekolah, mengurus boutique, datang ke coffee shop, mall. Ya bisa dibilang hari-hari Afsheen sangat membosankan tanpa hadir seorang kekasih di hidup Afsheen. Namun hari ini Afsheen libur dan memutuskan untuk berlibur bersama sahabatnya Vanya dan Arsen.

Rencananya mereka akan mengunjungi Raja Ampat yang terkenal dengan wisata bahari yang sangat indah. Sekaligus merefresh fikiran Afsheen yang akhir-akhir ini terasa penat ditambah lagi sejak kejadian kemarin bersama lelaki freak.

Afsheen pun bergegas mempersiapkan semua perlengkapan dari mulai hotpants, dress pantai  kaos oblong, kaca mata, bikini biru tua, alat makeup dan sunblock, untuk ukuran wanita barang-barang yang dibawanya cukup simple hingga memuat satu koper silver berukuran kecil miliknya, yang dia letakkan di depan pintu keluar rumah, dan dia tidak lupa berpamitan kepada kedua orang tuanya walau pada awalnya mereka tak menyetujui Afsheen berlibur terlalu jauh, namun mereka tau Afsheen butuh refreshing.

"Sheen kamu pergi sama Vanya kan?" tanya ayahnya

"Iya yah, ada Arsen juga."

Ayahnya juga mengenal Arsen karena Vanya sering bermain ke rumah bersama Arsen .

"Ayah antar kamu ke bandara ya." pinta ayahnya.

"Enggak usah ayah, Sheen udah pesen taksi ko, bentar lagi taksinya nyampe."
"Tuh taksinya dateng, Sheen pamit ya, ayah sama ibu baik-baik di sini." Afsheen memeluk mereka seakan-akan Afsheen pergi jauh meninggalkan ayah dan ibunya.

"Hati-hati ya nak, kabari ayah dan ibu kalau sudah sampai di sana." raut sedih ibunya terlihat saat mengantarkan anak kesayangan ke depan.

Tentu saja ibunya sedih, Afsheen anak semata wayang yang dulu sangat diinginkan oleh kedua orang tua sampai ibunya pergi ke luar negeri untuk melakukan pengobatan kandungan agar bisa subur, dan alhasil dengan segala upaya bisa mengandung Afsheen, namun ibunya sulit mempunyai anak lagi, menurut ibunya bahwa rahimnya diangkat karena mengalami pendarahan terus menerus saat melahirkan Afsheen.

Dan pantas saja jika Afsheen sangat disayangi oleh keduanya dan takut sesuatu menimpa anaknya ketika berada jauh dari mereka.
Namun mereka tahu bahwa ada Allah yang mampu menjaganya dimanapun berada.
Saat mata tak mampu menjagkau, dan saat tangan tak mampu menggenggam.

Afsheen pun bergegas memasukkan barang-barang yang sudah dibawanya dengan dibantu supir taksi. Afsheen membuka jendela mobil lalu melambaikan tangan ke arah ayah dan ibunya. Afsheen pun membenarkan duduknya lalu membuka ponsel dan melihat ada pesan dari Vanya yang sudah memenuhi setengah layar ponselnya.

Vanya
"Sheen dimana lo?"
"Woy nyampe mana?"
"Elah lama banget balesnya coy."
"Woy diculik jenglot ya, atau lo lagi ena-ena sama jenglot wkwk."
"Kita take off jam 9."

Afsheen
"Iya ini gue udah otw ko."

Afsheen pun melihat jam di tangannya yang menunjukkan 8.45. Otomatis 15 menit lagi keberangkatan ke Raja Ampat.
Dia pun menyuruh supir taksi untuk memacu mobil lebih cepat.
5 menit tersisa, Afsheen bergegas menurunkan barang-barang dan berlari menuju Vanya dan Arsen. Tanpa melihat orang-orang yang berlalu lalang.

"Maaf-maaf gue enggak sengaja, lagi buru-buru." ujar Afsheen sambil mengambil tasnya yang jatuh.

"Lo lagi. Kayaknya lo demen banget ya tabrak-tabrak gue. Semoga ini bukan pertanda buruk deh buat gue." jawab lelaki itu

"Lo? Jangan kepedean deh, males banget ketemu cowok angkuh kayak lo." berlari menuju Vanya dan Arsen .

"Dasar cewek aneh!" teriaknya kepada Afsheen yang sudah berlari.

Last Tears [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang