1 bulan lamanya mereka di rumah sakit yang membuat keduanya jenuh. Dan tepat sebulan Tristan diperbolehkan pulang.
Keluarlah Tristan dengan kursi roda yang Afsheen dorong."Sayang makasih ya kamu beberapa hari ini temenin aku di rumah sakit."
"Iya sama-sama Tan." Afsheen memberikan senyuman manis kepada Tristan.
"By the way kita jangan langsung pulang ke Jakarta ya."
"Loh terus kita mau kemana? Kamu kan baru aja sembuh Tan."
"Aku tuh udah sembuh dari waktu itu kali. Cuma aku sengaja aja dilama-lama biar terus manja-manjaan sama kamu." menjulurkan lidahnya ke Afsheen.
"Ih kamu ya, nyebelin deh. Yaudah jalan sendiri gak usah pake kursi roda." berjalan sembari meninggalkan Tristan.
"Hoon jangan tinggalin aku dong, aku kan masih atit nih kepalanya." meraih tangan Afsheen sembari memberikan wajah childishnya.
"Hmmm udah sehat masih aja manja heran deh." ledek Afsheen.
"Aku kan ceritanya lagi sakit ini." Tristan pun cemberut.
"Cakit apa cih cakit apa coba liat?"
"Yang ini cakit nyut-nyut gitu." menunjukkan kepalanya ke arah Afsheen.
Diciumlah kepala Tristan yang diperban dengan lembut dan penuh cinta oleh Afsheen sembari memejamkan matanya.
"Udah kan, sakitnya ilang?"
"Udah tapi pindah di deket bibir." Tristan merajuk.
"Sini-sini aku obatin lagi, tapi kamu merem ya."
"Siap komandan."
Afsheen berniat mengerjai Tristan yang selalu memanfaatkan keadaan untuk mencari kesempatan.
"Sheen ko lama sih, buruan dong sakit nih bibirnya."
"Iya tunggu sebentar dong ah." Afsheen mulai mendekatkan dirinya ke wajah Tristan.
"Arghh aww sakit tau, jahat banget sih." meringis kesakitan.
"Hahaha Itu obat buat cowok modus kayak kamu." merasa puas mencubit bibir Tristan.
Tak lama sedan putih berhenti di depan RS. Mount Elizabeth untuk menjemput mereka berdua.
Mobil itu pun menuju salah satu tempat yang akan membuat Afsheen bahagia.
Dilihatnya jam tangan Tristan menunjukkan pukul 7 malam atau pukul 6 sore di Jakarta.Di dalam mobil pun Afsheen tertidur dan Tristan menyenderkan di bahu gagahnya.
Afsheen terlihat begitu letih setelah beberapa hari ini merawat Tristan.
Wajah cantiknya begitu melemahkan Tristan, dengan sentuhan lipstik pink di bibir kecilnya.Kasian kamu Sheen. Gak seharusnya kamu kecapean gini gara-gara aku. Maaf ya sayang aku nyuri kiss kamu, abis kamu nakal sih sentil bibir aku hihi 1-0 ya, i love u marmut. Batinnya.
Tubuh Afsheen pun menggeliat seperti merasakan sesuatu yang menyentuh bibirnya. Tristan tersadar kelakuannya ini hampir saja membangunkan kekasihnya, dipeluknya tubuh Afsheen dengan erat.
"Jangan tinggalin aku." Afsheen mengigo.
"Will never hoon."
Perjalanan itu pun tidak terlalu panjang hanya membutuhkan 25 menit saja untuk sampai di tempat.
Namun Tristan menyuruh supirnya ke Swissotel Merchant Court Hotel yang jaraknya hanya 200 meter ke tempat yang dituju Tristan.Afsheen masih terlelap dalam tidurnya. Tristan juga tidak tega jika harus membangunkan. Dia pun turun dari mobil, dengan sigap membawa Afsheen pada dekapannya.
Dibawalah Afsheen ke dalam hotel yang Tristan pesan saat diperjalanan. Orang-orang yang berlalu lalang pun memperhatikan wajah tampan Tristan yang menggendong seorang wanita yang tengah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Tears [ Completed ]
Romance(17+) Bagi Afsheen cinta hanyalah sebuah ilusi semata. Dia menyukai kesendirian, kesendirian lah membawanya pada titik kenyamanan. Dia tak percaya bahagianya mencinta atau dicinta, semua hanya angan dan bayangan saja, seolah cinta tak benar-benar a...