"Tenangin diri lo, biar gue yang bawa mobil." sambil memegang pipi Afsheen.
"Motor lo, gimana?"
"Buat apa ada satpam Sheen. Ayo masuk."
Di jalan pun Afsheen terus menghubungi ayahnya dan orang rumah termasuk Mbok Tok dan Pak Satpam namun sayang tidak ada jawaban, dia pun semakin panik dan gelisah. Rayhan pun mencoba menenangkan Afsheen, digenggamlah tangan Afsheen yang mulai gemetar. Mata Afsheen sontak melihat ke arah tangannya yang sudah digenggam Rayhan, tak lama dia melihat ke arah Rayhan yang tengah serius mengendarai mobilnya.
"Hmm gue gapapa ko Ray." sembari menarik tangannya dari genggaman Rayhan namun gagal.
"Lo gak cukup pintar untuk sembunyiin rasa itu dari gue Sheen. Saat lo panik pasti lo akan seperti ini." sembari terus menggenggam tangan Afsheen.
"Percaya sama gue semua akan baik-baik aja." sembari melihat ke arah Afsheen dengan tatapan yang menenangkan hati Afsheen.Tak menunggu lama akhirnya mereka pun tiba di rumah Afsheen. Afsheen pun bergegas untuk turun dari mobilnya dengan terburu-buru, begitu pun Rayhan yang mengikuti Afsheen dari belakang. Afsheen berlari menuju dalam rumah, saat dia baru saja menginjakkan kaki di teras rumah, kakinya menginjak cairan yang menyebabkan dirinya terpeleset, namun bukan Rayhan namanya jika dia tidak sigap menolong Afsheen.
"Ahhh." teriak Afsheen
"Afsheeeeeeennnnnn." dengan sigap dia menahan tubuh Afsheen yang hampir terjatuh. Tatatapan keduanya pun kembali bertemu.
"Bisa kan gak ceroboh kayak gini huh?" tatap Rayhan yang terlihat sangat takut Afsheen terjatuh."Hmmmm gue gak tau ini siapa yang main air di sini."
"Kalo lo jatuh, kaki kekilir, pinggang patah gimana? Gue gak mau kehi...." rutuk Rayhan khawatir.
"Ahhhhhhh, sakit ayah, ssshh aahh." terdengar suara ibunya yang berteriak.
Afsheen berlari menghampiri kamar ibunya dan melihat bahwa ibunya sedang melahirkan adik kecilnya. Terlihat juga ayah Afsheen yang mendampingi ibunya. Keringat-keringat kecil turut menghiasi dahi ibunya.Dia pun menutup kembali pintu kamar dan menunggu di luar. Sesekali jeritan kesakitan terdengar oleh telinga Afsheen, sontak dia merasa ketakutan dan panik. Rayhan tak tinggal diam, dia mengambilkan Afsheen minum dan mengajaknya untuk duduk sejenak sembari menunggu kelahiran adik kecilnya.
"Semua akan baik, don't worry okay." Rayhan sembari mengelus punggung Afsheen.
"Sesakit itu ya Ray melahirkan?" tanya Afsheen sembari menatap ke arah Rayhan.
"Mana gue tahu, gue kan gak ngelahirin." Ucap Rayhan.
"Hmmm iya juga yaa. Gue jadi takut ngelahirin Ray. Gimana kalo nanti gue mendadak lemes terus gak kuat terus pingsan?"
"Hey-hey be relax Sheen, setiap sakit yang nantinya lo rasain anggap aja itu gelombang cinta." Ucap Rayhan sembari mengusap kepala Afsheen.
Tak lama terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar ibunya. Sontak Afsheen langsung menghampiri kamar ibunya dan menunggu pintu terbuka.
"Ray, kira-kira adik gue cewe apa cowo ya? Gue gak sabar banget pengen gendong."
"Kalo cewek pasti cakepnya mirip lo, kalo cowok mirip gue cakepnya."
"Huuuuuuu kepedean deh lo."
Pintu pun terbuka sedikit dan Afsheen melihat ibunya masih ditangani beberapa dokter di dalam, tak lama suster pun keluar bersama Mbo Tok. Afsheen pun langsung menanyakan perihal keadaan ibu dan adiknya, kemudian juga jenis kelaminnya. Namun suster menyarankan jika ingin bertemu dengan adiknya, Afsheen harus membersihkan diri terlebih dahulu. Lalu dia pun bergegas menuju kamarnya untuk mandi dan merapikan diri sebelum bertemu adik kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Tears [ Completed ]
Romance(17+) Bagi Afsheen cinta hanyalah sebuah ilusi semata. Dia menyukai kesendirian, kesendirian lah membawanya pada titik kenyamanan. Dia tak percaya bahagianya mencinta atau dicinta, semua hanya angan dan bayangan saja, seolah cinta tak benar-benar a...