part 24

36 4 0
                                    

"Dokterrr dokter tolongg dok sahabat saya kesakitan di kamarnya."

"Baik pak, mari." ajak dokter

Dokter pun berlari menuju kamar Afsheen dengan masih berwajah santai, bagaimana pun dokter harus tetap tenang dikala pasien sedang panik.

"Saya periksa dulu ya pak."

Dokter memeriksa keadaan Afsheen, dilihatnya mata Afsheen, dicek tekanan darah dan infusan tapi dokter merasa heran dengan keadaan yang ada.

"Dokter gimana keadaan sahabat saya?" tanya Rayhan dengan cemas.

"Begini pak, kondisi teman bapak baik-baik saja bahkan stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi memang harus dilihat sampai besok."

"Tapi dia, dia mengeluh kesakitan di bagian kepalanya dok."

"Kondisinya stabil pak. Jika nanti ada keluhan boleh beritahu kami kembali ya pak, selamat sore."

"Baik dok terimakasih, sore." dengan wajah yang masih keheranan.
"Sheen, Lo kenapa? Kata dokter Lo baik-baik aja." sambil mengelus rambut Afsheen.

"Emang gue baik-baik aja hahahaha." jawab Afsheen yang sontak mengagetkan Rayhan.

"Lo ya, jadi tadi jailin gue huh?"  menatap serius.

"Hahahaha iyaaa."

"Jahat ya lo sama gue, panik tau." memalingkan pandangannya dari Afsheen dan menyandarkan tubuh ke kursi.

"Cieee panikin guee hahaha. Kan udah lama gak jailin lo Ray. Hahahaha maaf."

Rayhan pun tak menjawab sedikit pun, mukanya sangat datar dan dingin.

"Ray jangan marah dong, becanda doang." rayu Afsheen.

Rayhan masih tetap diam tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Ehannn liat gueee!"
Memandang wajah Rayhan yang memalingkan darinya.

"Waaaaaaaaaaaaaaw." Rayhan yang tiba-tiba mengagetkan Afsheen.

"Aaaaaahhhhhhhh Ehann gue kaget." sambil menutup wajahnya.

"Hahahahhaah 1 sama ya Sheen."

"Ahhhh kaget. Tega ya lo sama gue. Hiks hiks kaget."

"Yahhhh maaf dong jangan nangis yaa." mencoba melepaskan tangan Afsheen yang menutupi wajah cantiknya.

Afsheen pun membuka tangannya yang menutupi wajah dirinya. Rayhan pun berdiri dan duduk di pinggir kasur Afsheen. Seketika tangan Rayhan pun menghapus air matanya.
Sontak Afsheen pun merasa kaget, sahabat kecil yang dulu begitu cuek kini tumbuh menjadi sosok lelaki yang begitu hangat.

"Lo tuh gak pantes nangis." ucap Rayhan sembari menghapus air mata Afsheen.

"Kenapa?" tanya Afsheen.

"Karena lo pantesnya bahagia." senyum Rayhan.
Ia bahagia sama gue, gue gak akan biarin lo terus sedih mikirin si cowok banci yang nyakitin Lo Sheen. Batinnya.

Ray Lo mirip banget sama Tristan. Batin Afsheen.

Tatapan keduanya kembali bertemu, seakan mata mereka saling berbicara.
Namun Rayhan lagi-lagi memecahkan suasana canggung itu. Yaa, suasana yang Rayhan takutkan jika nantinya Afsheen menjaga jarak dengannya.

"Hai Sheen nih gue bawain Lo spaghetti. Makan yak." Vanya yang datang dengan membawa pesan Afsheen.

"Nih gue juga bawain Lo buah-buahan." Arsen dengan membawa parsel buah.

Last Tears [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang